Jumat, 23 September 2016

ZOONOSIS

PENYAKIT  SAMPAR
(PENYAKIT  PES,  YERSINIOSIS)

Oleh: Drh. S. Dharmojono

PENDAHULUAN

Penyakit Pes (Yersinia pestis atau Pasteurella pestis) di  Indonesia mempunyai sejarah yang panjang. Penyakit Pes pertama kali masuk ke Indonesia pada th 1910 melalui pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, kemudian tahun 1916 melalui Pelabuhan Tanjung Mas, Semarang. Tahun 1923 melalui pelabuhan Cirebon dan pada tahun 1927 melalui pelabuhan Tegal. Korban manusia meninggal karena Pes dari tahun 1910 – 1960 tercatat 24.375 orang, kematian tertinggi terjadi pada tahun 1934 yaitu sebanyak 23.275 orang.
Penyakit Pes hingga 1999, masih ada di Kecamatan Selo dan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Tosari, Puspo, Nongkojajar dan Pasrepan Kabupaten Pasuruhan, Jawa Timur.
Pada hewan, penyakit Pes dikenal sebagai Influenza atau Fowl Plaque (pes ternak unggas), Rinderpest pada ternak sapi (Indonesia telah bebas dari penyakit ini), Duck Plaque atau Duck Viral Enteritis (pada itik), Septichemia epizootica pada ternak sapi, domba, babi.

PENYEBAB  PENYAKIT

Penyakit Pes disebabkan oleh bakteri bernama Yersinia pestis atau Pasteurella pestis. Oleh karena penamaan penyakit berdasarkan penyebab, maka penyakit ini dinamakan Yersiniosis atau Pasteurellosis. Bakteri ini berbentuk batang, berukuran 1,5-2 X 0,5-07 mikron, sifatnya bipolar, tidak bergerak (non motile), tidak membentuk spora dan golongan bakteri Gram -. Suhu 37 C merupakan suhu paling baik bagi pertumbuhannya. Penulis secara langsung mengalami wabah Pes ketika tinggal di Solo (daerah Nusukan) sekitar tahun 1947, hampir setiap hari kentongan berbunyi tanda ada kematian pen duduk oleh wabah Pes ini.
Dengan nama Pasteurellosis dalam Kedokteran Veteriner dapat dikisruhkan dengan penyakit Pasteurella pada sapi yang disebabkan oleh Pasteurella multicida dan dinamakan Hemorrhagic septicemia (HS) atau Septichemia Epizootica (SE), yang oleh penduduk setempat dinamakan Penyakit Ngorok. Demikianlah juga dengan Penyakit Pasteurellosis pada babi, sapi dan domba yang disebabkan oleh kuman Pasteurella multicida atau Pasteurella Haemolytica. Pasteurellosis pada sapi, domba, babi, kelinci yang disebabkan oleh bakteri Pasteurella sp yang memperlihatkan gejala pneumonia kadang disebut pula Pneumonic pasteurellosis. Nama Pes atau Sampar (plaque) dalam Kedokteran Veteriner juga dapat dikisruhkan dengan Pes sapi (cattle plaque) yang lebih dikenal dengan Rinderpest yang disebabkan oleh virus golongan morbilli (morbilli-virus). Penyakit Pes dikenal pula pada ternak Itik (duck plaque) yang disebabkan oleh virus herpes (herpes-virus). Sedangkan Pes pada ternak unggas (fowl-plaque) disebut pula fowl influenza yang sebabnya adalah orthomyxovirus.

PENYEBARAN  PENYAKIT

Hewan utama yang membawa Bakteri pes (yersinia pestis) ini adalah hewan pengerat (rodentia), seperti tikus, tupai, kelinci, hamster, dll. Hewan piaraan dan kesayangan yang mungkin menularkan Pes kepada manusia dapat anjing dan kucing. Dari tikus melalui gigitan pinjal (flea) tikus, Pes dapat ditularkan kepada manusia. Jenis pinjal tikus ini adalah Xenopsylla cheopis, Culex iritans, Neopsylla sondaica, Stivalius cognatus, jadi pinjal-pinjal tsb boleh jadi sebagai vector Penyakit Pes.

SIMPTOMATOLOGI

Masa inkubasi penyakit Pes tipe Bubo adalah 2-6 hari, sedangkan Pes tipe Paru antara 2-4 hari. Gejala-gejala Pes pada manusia antara lain: demam tinggi, akut tanpa sebab yang jelas (fever unknown origin), sesak nafas (tetapi bukan asma), batuk tanpa atau dengan berdarah, pembengkakan kelenjar lymphe daerah ketiak, lipat paha, sekitar leher, dll (lihat gambar).




Dalam percobaan dengan cara menginfeksi pasteurella kepada 5 ekor kucing, setelah 24-48 jam paska suntikan, kucing-kucing tsb mulai memperlihatkan kesakitan akut, demam tinggi (41 C), kemudian 3 ekor kucing mati pada hari ke-4, 6 dan 20. Sedangkan 2 ekor kucing lainnya tetap hidup dan suhu kembali normal setelah 6 hari paska infeksi.
Percobaan yang sama pada 10 ekor anjing memperlihatkan tanda-tanda transien kesakitan, demam tinggi (40,5 C) selama 72 jam, tetapi semua anjing percobaan ter-sebut berhasil sembuh setelah 7 hari.
Pada bangsa Felidae, yang menunjukkan gejala-gejala demam, pneumonia dan lymphangitis, jangan dilupakan kemungkinan infeksi oleh kuman pasteurella.

DIAGNOSIS

Bila ditemukan bangkai tikus dan atau pinjalnya, baik dipakai sebagai sampel untuk pemeriksaan laboratorium selanjutnya. Dokter Hewan dapat membantu mengumpulkan sampel berupa darah anjing dan atau kucing dari wilayah tertular sebanyak 3-5 ml beserta pinjalnya (kalau ada) dan segera dikirim ke laboratorium karena specimen seperti itu harus disimpan dalam temperature minus 20 C. Diagnosis laboratories meliputi :

1. Pemeriksaan HA (Hemaglunatin antigen) dan uji HI (Hemaglunatin Inhibisi) dan
 2. Pemeriksaan bakteriologis.

PENGOBATAN

Seraya menunggu hasil pemeriksaan laboratorium untuk diagnosis kausalis, jadi masih tersangka (manusia), dapat diberikan tetrasiklin 250 mg, diberikan per-os 4 X sehari selama 5 hari berturut-turut. Antibiotika pilihan lain adalah Khloramfenikol 250 mg diberikan per-os  4 X sehari selama 5 hari berturut-turut.
Bagi penderita (manusia) positif Pes, diberikan Streptomisin dosis 3 gr setiap hari melalui suntikan i.m selama 2 hari berturut-turut, kemudian dilanjutkan selama 5 hari berikutnya dengan pengurangan dosis menjadi 2 gr  setiap hari melalui aplikasi yang sama. Setelah gejala demam hilang, pengobatan dilanjutkan dengan pemberian tetrasiklin 4-6 gram setiap hari per-os selama 2 hari berturut-turut, kemudian dosis diturunkan menjadi 2 gram perhari diberikan per-os selama 5 hari berturut-turut.
Pemberian antibiotika dapat dengan khloramfenikol dosis 6-8 gram sehari, diberikan per-os selama 2 hari berturut-turut, kemudian dosis dikurangi menjadi 2 gram perhari dan harus diberikan selama 5 hari berturut-turut.

PENCEGAHAN

Dengan memahami bagaimana bakteri Pes masuk ketubuh manusia atau hewan, maka pencegahan dapat dirumuskan,  sbb
1.    Manusia dan hewan dapat tertular Pes kalau mereka memasukki daerah enzootic yaitu daerah silvatik (sylvatic zone)
2.    Berantas tikus-tikus liar atau pinjalnya (vector) diperumahan/pemukiman. Bisa jadi juga gigitan tikus langsung
3.    Pekerja hutan atau orang yang camping dalam hutan harap waspada pada gigitan serangga (mis: pinjal) karena kemungkinan serangga itu pembawa bakteri Pes
4.    Orang yang tinggal serumah dengan penderita seyogyanya diberikan juga anti biotika, tetrasiklin 500 mg perhari selama 10 hari berturut-turut.

KESEHATAN  MASYARAKAT

Dalam pembrantasan penyakit Pes, masyarakat perlu dilibatkan dalam kegiatan pencegahan ini yang meliputi hal-hal sbb:

1.    Membrantas tikus dan pinjalnya dilingkungan rumahnya
2. Bila mengetahui ada orang/tetangga yang menderita demam tinggi, pembengkakan (bubo) didaerah ketiak atau lipat paha, batuk berdarah tiba-tiba (akut) segera laporkan melalui RT/RW/Puskesmas/RS terdekat.
3. Pemilik hewan piara (anjing, kucing) didaerah wabah Pes hendaklah minta hewannya diuji serologik untuk kemungkinan Pes kepada Dinas Kesehatan Hewan atau Puskeswan setempat
4.    Bencana alam: banjir, kebakaran hutan, gempa bumi, gunung meletus, dll akan mengusik habitat hewan (terutama tikus) berhati-hatilah baik yang masih hidup maupun bangkainya. Bangkai hewan yang tersangka harus dibakar atau dikubur yang dalam

Khusus untuk tingkat rumah tangga:

1.    Kalau memelihara ternak, kandangnya harus jauh/terpisah dari perumahan
2.    Konstruksi rumah dari bahan dimana tikus tidak dapat  membuat sarang
3.    Sinar matahari dapat masuk kesetiap bagian rumah mis: ruang duduk, kamar tidur, kamar makan, dapur dsb
4.    Lantai rumah minimal disemen sehingga tikus tidak dapat bersarang dilubang-lubang lantai
5.    Simpan bahan makanan sehingga bebas tikus
6.    Tempat tidur diupayakan lebih tinggi (>20 cm) dari tanah

PERATURAN PERUNDANGAN

Mengenai penyakit Pes ini termuat didalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 560/Menkes/Per/VIII/1989 tentang penyakit yang menimbulkan wabah. Kemudian diatur didalam Edaran Direktorat Jenderal PPM dan PLP No. 451-i/PD.03.04/IF/1991, tentang pelaporan dan pedoman penyelidikan epidemiologi dan penanggulangan kejadian luar biasa dan terikat dalam International Classification of Disease (ICD). Ada kemungkinan juga Pes masuk dari luar negeri, oleh karena itu peraturan dan perundangan karantina harus dijalankan dengan ketat, baik UU Karantina Udara (UU No. 1/1962) maupun Karantina Laut (UU No. 2/1962). Penyakit Pes juga masuk kedalam Undang-undang No 4/1984 tentang wabah penyakit menular.

REFERENSI

Anonim            : Pedoman Penanggulangan Pes di Indonesia (Subdit Zoonosis, Dirj PPM & PLP, Kemkes 1999)
……….            : Merck’s Veterinary Manual 7th Ed, 1991
Dharmojono    : 15 Penyakit Menular dari Binatang ke Manusia, Melinea Populer, 2001







Tidak ada komentar:

Posting Komentar