MARMOT
(GUINEA PIGS)
Oleh: Drh. S. Dharmojono
Pendahuluan
Marmot atau Guinea
Pigs adalah hewan bangsa rodentia, berkeluarga dengan bangsa Chinchillas dan porcupines, berasal dari Pengunungan Andes, Amerika Selatan.. Hewan
ini mungkin pertama kali didomestikasi oleh bangsa Indian di Peru, digunakan
sebagai bahan makanan dan upacara ritual untuk memuja tuhannya.
Dalam abad ke-XVI, bangsa Belanda memperkenalkan hewan
ini ke Europa, dan mulailah orang melakukan peternakan Guinea Pigs ini dan melakukan seleksi dan mulailah dipelihara dalam
kandang-kandang untuk mendapatkan penghasilan.
Performan
Marmot mulai dikenal orang sebagai hewan piaraan dan
kesayangan karena ber temperamen ramah dan lembut (docile), cenderung tidak menggigit atau mencakar bila dipegang dan
mempunyai perilaku bersih disamping bulunya lembut dan indah.
Marmot adalah hewan pendek usia, seperti halnya hamster, dapat sebagai media
pembelajaran diantara anak-anak bagaimana kehidupan dimulai, tumbuh, tua kemudian
mati. Kanak-kanak dapat memperoleh pengalaman dan arti hidup, tumbuh dan
tenggelamnya mahluk hidup sebagaimana semua mahluk nanti akan alami.
Dalam habitat alam aslinya, marmot hidup dipadang rumput
yang luas. Mereka mencari “rumah” dibawah apapun yang sekiranya dapat dipakai
berlindung dari panas, hujan, dingin dan bersembunyi dari predatornya. Marmot dapat dibuat hidup bersosial dan cenderung
hidup berkelompok. Marmot aslinya adalah hewan herbivore dan mencari makanannya dari rumput, akar-akaran, buah dan
biji-bijian pada sore hari.
Dibidang penelitian marmot sudah lama dipakai dalam
kegiatan penelitian laboratorium biomedical. Itu sebabnya pengetahuan mengenai
marmot diperoleh dari penelitian dan pengalaman sebagai hewan didalam hidup
berkelompok dari pada sebagai hewan piaraan soliter, akibatnya baru sedikit
sekali informasi mengenai marmot sebagai hewan kesayangan individual dari aspek
perawatan dan terapi individual. Problema marmot dari aspek kedokteran masih
sedikit diketahui dan dibahas.
Memegang dan
menguasai (handling and restraint)
Bila dipegang, jarang sekali marmot akan meronta, hanya
terdengar suara seperti babi sepertinya melakukan protes, walau demikian
memegang / mengangkat marmot haruslah berhati-hati, yaitu dipegang dengan kedua
tangan. Satu tangan diletakkan dibagian
bawah dada dan abdomen dan tangan lainnya diselangkangannya, seperti
halnya menguasai kelinci. Untuk yang dewasa dan yang sedang bunting agar lebih
berhati-hati dan lembut tetapi kencang agar tidak terjatuh dari pegangan.
Seperti telah diutarakan diatas, marmot jarang sekali menggigit bila dipegang.
Beberapa pengalaman menyatakan bahwa hanya 1 ekor diantara 400 ekor marmot yang
berperilaku menggigit.
Perkandangan
Seperti halnya pada pemeliharaan hewan kecil lainnya
(iguana, ular, hamster), maka perkandangan sangatlah penting. Kesejahteraan dan
kenyamanan marmot haruslah merupakan tujuan utama dalam pembuatan kandangnya.
Kandang marmot dapat dibuat dari bahan kawat stainless steel, plastic (durable plastic) atau gelas/kaca. Bahan
yang tersebut 3 terakhir lebih baik karena bahan tersebut tidak mengalami
korosi. Untuk kandang marmot jangan dibuat dan dari bahan kayu atau semacamnya,
karena marmot adalah hewan rodentia (mengkrikiti) disamping sulit dibersihkan. Design kandangnya haruslah “escape proof” dan jangan ada
bagian-bagian tonjolan dan tajam yang dapat mencelakakan penghuninya. Ruangan
kandang juga harus cukup memberikan penghuninya beraktivitas, seyogyanya sediakan
ruangan dengan luas 100 inches persegi untuk setiap marmot dewasa, tetapi untuk
marmot yang diternakan/dikembang biakkan luas lantai supaya lebih besar yaitu
180 inch persegi perekornya. Pintu keluarnya lebih baik membuka dari dan keatas,
sehingga dinding-dindingnya dibuat tingginya 7-8 inches. Untuk pejantan marmot
memerlukan tinggi kandang 10 inches, karena pejantan marmot lebih suka
memanjat. Lantai kandang dapat dibuat dari kawat ayam, dengan maksud agar
kotoran, feses dan sisa makanan lainnya dapat jatuh keluar, hanya saja harus
diingat bahwa mutu kawat harus yang baik tidak tajam dan tidak cepat berkarat.
Lobang-lobang kawat jangan terlalu besar karena kaki marmot dapat keceblos
kedalamnya dan terluka. Kejadian begini inilah yang terutama dihadapi dokter
hewan dalam praktek dengan pasien marmot (trauma kaki). Disudut lantai juga
perlu dibuatkan tempat dari bahan lunak tetapi liat untuk kasur atau
bersarangnya, asal yang mudah dibersihkan. Bahan sarang/tempat tidur harus
mudah dibersihkan, tidak beracun (nontoxic)
dan bersifat absorbent, bebas debu
dan mudah diganti. Bahan untuk sarang/tempat tidur dapat dipakai dari kertas (shredded paper), gergajian kayu atau
hancuran tongkol jagung. Bahan yang mudah menggumpal patut dihindari karena
bila basah akan menempel dibadan atau bagian belakang (anus), alat kelamin marmot yang mengundang bakteri, jamur atau
parasit, dll. Penggumpalan kotoran disertai bulu-bulu akan mengganggu urinasi,
defikasi atau ketika akan kopulasi. Kandang marmot juga harus cukup penyinaran
dan ventilasi udara.
Marmot tidak menyukai keributan, suasana ramai akan
membuatnya stress. Perubahan
lingkungan sekonyong-konyong patut dihindari.
Bila ada keributan atau marmot mengira akan datangnya
bahaya, maka marmot akan bereaksi dengan cara sbb:
·
Marmot akan “diam
membeku” (freezing), tidak mau
bergerak sampai lama, lebih dari 20 menit atau sebaliknya menjadi
·
Panic, dan
melompat disertai oleh (shrill
squealing). Gerakan panic
demikian akan mengobrak-abrik apa saja didalam kandang tsb (makanan, minuman,
tempat tidur, dsb) dan mencari persembunyian (visual security)
Hygiene
Hygiene merupakan managemen yang utama. Sering / tidak
seringnya kandang dibersihkan tergantung kepada design kandang, bahan yang dipakai untuk kandang, luas kandang dan
berapa marmot yang dipelihara didalamnya. Tetapi paling tidak kandang beserta
perlengkapannya harus dibersihkan/diganti seminggu sekali, kecuali tempat makanan
dan minuman mesti dicuci setiap hari, karena itu sediakan tempat makanan dan
minuman rangkap agar dapat dipakai bergantian manakala yang seperangkat lainnya
sedang dibersihkan.
Dalam membersihkan peralatan tsb gunakanlah air panas
dan detergen kemudian dijemur, sebelum dipakai kembali harus sudah dalam
keadaan kering benar-benar. Untuk membersihkan endapan-endapan urine sebaiknya
digunakan air cuci yang dicampur dengan vinegar.
Makanan
& Minuman
Air bersih dan makanan segar selalu harus tersedia sepanjang
waktu. Makanan buatan pabrik sekarang telah mudah didapat disupermarket atau pet-shop, periksalah tanggal kedalu
warsanya. Sepertinya makanan/nutrisi marmot sama dengan kelinci, tetapi sebetulnya
tidaklah demikian. Untuk marmot dibutuhkan lebih banyak vitamin dan asam folat (folic acids). Tidak seperti halnya
kelinci, maka marmot tidak mampu membuat sendiri vitamin C, oleh karenanya
nutrisi marmot perlu ditambahkan vitamin C. Karena vitamin C larut dalam air,
maka makanan marmot yang berupa pellets
dari pabrik perlu disuplementasi dengan vitamn B komplek dan Vit C.
Pellets untuk nutrisi marmot umumnya mengandung 18-20%
protein, 16% serat dan +/- 1 gram vit C perkg pellets. Kandungan Vit C dalam nutrisi tersebut, meskipun makanan
tsb sudah disimpan didalam tempat yang sejuk, kering, tetap saja ½ vit C akan
degradasi dan hilang dalam waktu 6 minggu dari tanggal produksi. Itulah
alasannya mengapa pellets marmot
perlu disuplementasi dengan vit C sbb: 200 mg vit C (ascorbic acids) perlu ditambahkan dalam setiap 1 qt air minumnya
dan harus dibuat segar setiap 12 jam, atau bila dengan bahan segar (sayur dan
buah) setiap ekor marmot perlu diberi kale atau kubis atau ¼ butir jeruk setiap
hari. Makanan segar tambahan tsb tidak boleh lebih dari 10-15% dari diet
hariannya. Juga bahan makanan segar tsb harus benar-benar dicuci dari
kemungkinan tersisanya insektisida atau kontaminasi oleh bakteri, telur cacing,
dll. Seyogyanya makanan / minuman ditempatkan dalam wadah terbuat dari ceramic
yang tebal dan berat supaya tidak mudah tumpah dan ditempatkan lebih tinggi
dari lantai kandangnya. Air minum harus selalu tersedia dan tidak
terkontaminasi oleh apapun dan berikan dalam semacam botol (“sipper tube”). Botol berpentil ini harus dibersihkan setiap hari.
Marmot adalah hewan yang sulit beradaptasi dengan
lingkungan, makanan (rasa, bau, tekstur), minuman dan perubahan baru. Oleh
karena itu bila akan merubah hal-hal itu harus dilakukan perlahan-lahan dan step by step. Janganlah membuat
perubahan sekonyong-konyong.
Pembiakkan (breeding)
Dewasa kelamin (cukup umur untuk dikawinkan) marmot
betina adalah sebelum berumur 7 bulan. Lebih dari umur ini baru dikawinkan
biasanya akan mendatangkan problem dikemudian hari, yaitu dystocia. Itulah sebabnya sebaiknya mengkawinkan marmot betina untuk
pertama kali ketika berumur 3-6 bulan sedangkan jantan marmot pada umur 3-4
bulan.
Siklus birahi (heat
cycle) marmot betina berakhir 16 hari. Periode selama itu marmot siap
berkawin. Marmot betina siap kawin (heat)
lagi hanya 6-15 jam setelah melahirkan. Kondisi demikian disebut “postpartum estrus”. Ini berarti bahwa
ibu marmot dapat menyusui anak-anaknya dalam keadaan sudah hamil lagi.
Masa bunting adalah antara 63-68 hari. Makin besar jumlah,
demikian sebaliknya anaknya nanti makin pendek masa kebuntingannya. Masa
kebuntingan marmot betina lebih panjang bila dibandingkan dengan bangsa
rodentia lainnya.
Marmot yang bunting tentu saja memperlihatkan besar
dibagian abdomennya sampai dapat 2 kali lipat berat badannya. Waktu melahirkan
biasanya sulit diketahui karena marmot tidak biasa mempersiapkan sarang
melahirkan seperti halnya hewan lainnya, tetapi yang berpengalaman lagi teliti,
akan melihat bahwa menjelang melahirkan kelihatan bagian pelvis berkembang
melebar didepan alat kelaminnya. Pelebaran pelvic
ini dapat lebih dari 1 inch. Kejadian ini tidak
terlihat pada marmot yang (di)kawinkan untuk pertama kali ketika umur sudah lebih
dari 7 bulan. Inilah alasannya mengapa marmot dibiakkan untuk pertama kali sebaiknya
pada umur antara 3-6 bulan (sebelum umur 7 bulan), karena perkawinan pertama
yang terjadi pada usia >7 bulan akan mengalami kesulitan melahirkan
dikemudian hari. Kesulitan melahirkan secara alami harus diatasi dengan operasi
caesarian untuk menyelamatkan ibu dan anak-anaknya.
Partus yang normal biasanya berjalan selama 30 menit
dengan 5 menit antara setiap anak yang dilahirkan. Jumlah anak (litter) antara 1-6 ekor dan rata-rata
3-4 ekor. Anak-anak yang dilahirkan pada periode pertama kali melahirkan sangat
kecil. Dalam hidupnya marmot betina dapat mengalami aborsi atau stillbirths. Anak marmot yang dilahirkan
relative sudah “lengkap” (mature)
dilihat dari sudah berbulu halus, dapat berjalan, mata terbuka dan sudah
mempunyai gigi karena itu sudah dapat makan makanan yang agak keras solid. Anak-anak marmot menyusu sampai
selama 2 minggu.
STATISTIK
VITAL MARMOT
Nama
ilmiah Cavia
porcellus
Kesempatan
hidup 3-4 tahun
Potensi
hidup 6-7 tahun
Suhu
lingkungan yang cocok 65-75 F
Kelembaban
relative 40-70%
Dikawinkan
pertama kali Jantan : 3-4 bulan
Betina
: 3-6 bulan
Siklus
birahi (heat cycle) 16 hari
Panjang
estrus 8 jam
Masa
kebuntingan 63-68 hari
Jumlah
anak (litter size) 1-6 ekor
Umur
sapih 2-3
minggu
Kondisi yang
memerlukan bantuan Dokter Hewan
Malocclusion gigi premolar
Problema utama pada marmot terutama yang sudah usia
antara 2-3 tahun adalah bertemunya gigi premolar
atas dan bawah. Dalam kondisi seperti ini marmot tidak dapat mengunyah dan
makan. Gejala yang biasanya dilihat oleh pemelihara adalah dikiranya marmotnya
tidak mau makan sehingga menjadi kurus, disamping itu saliva biasanya menetes
keluar.
Untuk mengatasi kondisi demikian harus consult kepada
dokter hewan, karena memerlukan tindakan operasi pemotongan premolar tersebut dibawah anesthesia
umum. Operasi pemotongan gigi ini cukup sulit bukan karena prosedurnya
melainkan karena kecilnya hewan demikian pula sempitnya mulut sebagai ruang
untuk melakukan operasi. Sebelum dan sesudah operasi pemotongan (trimming) gigi premolar ini seyogyanya marmot diberi makanan secara paksa (force feeding) dan antibiotika terapi.
Anehnya malocclusion
seperti ini rupanya adalah herediter. Ada
marmot yang tidak pernah mengalami problema ini, sehingga disarankan bahwa
marmot dengan problema malocclusion
seyogyanya tidak diternakan saja, untuk menghindari keturunannya akan mengalami
malocclusion yang sama demikian.
Defisiensi
vitamin C (Scurvy or Scorbutus)
Marmot tidak mampu mesintesis sendiri vit C didalam
tubuhnya, oleh karena itu marmot harus mendapatkan tambahan vit C dari luar
yaitu dari minuman atau makanannya.. Defisiensi vit C menyebabkan penyakit scurvy dengan memperlihatkan gejala:
tidak nafsu makan, bengkak dan nyeri sendi-sendi dan rusuk, sulit/tidak mau
bergerak, tulang dan gigi kurang berkembang, mudah perdarahan di gusi dan otot.
Untuk menghindari rusaknya vit C, cara menyimpan
makanan harus disempurnakan, karena vit C larut didalam air, maka penyimpanan
makanan harus tidak kena sinar matahari atau kekeringan.
Tindakan untuk mengatasi scurvy tentu saja perbaikan nutrisi dengan kandungan vit C cukup
atau berikan suplementasi vit C melalui makanan dan minuman. Untuk mengatasi
yang akut dapat diberikan suntikan vit C.
Kesulitan
melahirkan (Dystocia)
Telah diutarakan diatas, mengawinkan marmot betina
yang pertama kali harus sebelum umur 7 bulan, karena setelah 7 bulan pelvic
tidak/kurang berkembang lagi. Kesulitan melahirkan umumnya karena waktu
perkawinan setelah umur 7 bulan tsb. Bila kesulitan melahirkan karena factor
tersebut (tidak mengembangnya ruang pelvic) tidak ada jalan lain kecuali
melakukan operasi caesaria.
Gejala dystocia yang
dapat terlihat meliputi merejan tetapi tidak keluar fetusnya dan perdarahan
dari alat kelamin.
Keracunan
ketika bunting (pregnancy toxemia)
Problema ini adalah serius dan sering terjadi pada
marmot betina yang bunting dalam kondisi kegemukan pada kebuntingan yang
pertama atau kedua. Gejala terlihat ketika hari ke 1-5 selama kebuntingan umur
2 minggu atau seminggu sebelum melahirkan. Gejala yang terlihat: tidak mau
makan, depresi, lemah, tidak mau bergerak, kalau jalan sempoyongan (incoordination), sulit bernafas, coma sampai kematian. Ada kejadian dimana marmot
“sekonyong-konyong” mati karena kekurang telitian pemeliharanya dalam mengamati
peliharaannya. Memang penyebabnya tidak selalu sederhana, seperti terlalu
banyak fetus, kurang bergerak (selalu didalam kandang yang sempit), tetapi
kebanyakan karena obesitas dan stress.
Untuk mengatasi pregnancy
toxemia melalui preventive medicine
yaitu nutrisi cukup tidak belebihan untuk menghindari obesitas, berikan kandang
cukup untuk exercise dan sediakan air
minum segar selalu.
Bulu rontoq
Bulu rontoq atau menipis sering dialami oleh marmot
betina yang keseringan melahirkan. Bayi marmot yang malnutrisi atau tidak cukup
mendapatkan ASI sering mengalami kerontoqan bulu. Ada marmot yang memang mempunyai kebiasaan
buruk yaitu menggigiti kulit tubuhnya sendiri (barbering).
Penyebab kerontoqan bulu lainnya adalah infestasi oleh
ektoparasit, misalnya mite, mange,
jamur, dll.
Stress oleh panas (heat stroke)
Marmot rawan oleh stress
karena panas, terutama marmot yang menderita obesitas atau marmot bangsa
berbulu tebal dan lebat. Penyebab stroke
lainnya adalah penghuni terlalu padat, temperatur lingkungan diatas 85 F,
derajat kelembaban tinggi (>70%), kurang teduh atau ventilasi yang buruk.
Gejala-gejala heat
stroke a.l.: (panting), slobbering), kelemahan, tidak suka bergerak, delirium, konvulsi/kejang dan akhirnya
dapat mati.
Untuk mencegah terjadinya heat stroke diperlukan observasi yang intensif, beri semprotan air
segar dan dingin, bawa kelingkungan yang segar seperti tempat yang teduh, bila
dipelihara diluar rumah (outdoor)
pastikan tidak terkena sinar matahari langsung terlalu lama, bila pemeliharaan indoor memerlukan ventilasi yang baik.
Cancer
Sepanjang pengalaman memelihara marmot sebagai hewan
kesayangan jarang sekali ditemukan cancer.
Cancer yang pernah ditemukan diantara
marmot yang sudah tua. Tumor benigne
lebih sering ditemukan diantara marmot yang tua berupa tumor kulit atau
disepanjang alat pernafasan. Cancer
yang pernah ditemukan diantara marmot meliputi cancer alat reproduksi, kelenjar susu dan darah (leukemia)
Infeksi
teracak (Bacterial pododermatitis)
Marmot yang dipelihara dikandang dengan berlantaikan
kawat nyatanya sering menderita bacterial
pododermatitis. Kondisi yang mendorong terjadinya pododermatitis adalah: lantai kandang yang kotor oleh feses,
sisa-sisa makanan dan minuman, lantai kandang yang kasar dan tajam.
Gejala pododermatitis
a.l. kebengkakan pada tracaknya, hilang nafsu makan, tidak mau bergerak atau
berjalan apalagi bila juga menderita obesitas.
Untuk mengatasi pododematitis
paling baik melakukan preventive
medicine meliputi hygiene & sanitasi kandang dan lingkungan dan
perbaikan managemen. Pododermatitis merupakan predisposisi terjadinya radang sendi (arthritis).
Cervical lymphadenitis
Makanan yang keras lagi tajam, seringkali melukai
rahang bawah dan atau bibir dan memberi peluang untuk terjadinya infeksi oleh
bacteria dan seringkali menjadikan abses didalam kelenjar lymphe disekitarnya,
terjadilah lymphadenitis didaerah
leher.
Gejala lymphadenitis
adalah a.l. nyeri bila diraba, bengkak dirahang bawah dan berisi timbunan
nanah. Bila sudah “masak” abses akan pecah diujungnya dan keluar nanah yang
kental berwarna putih kekuningan. Dokter Hewan dapat melakukan uji kultur dan sensitivity untuk mengetahui jenis
bakteri dan antibiotika yang cocok.
Mengatasi lymphadenitis
dilakukan sebagaimana merawat abses pada umumnya dan lakukan terapi antibiotika
parenteral.
Pneumonia
Pneumonia (radang paru) merupakan penyakit infeksi yang sering
diderita marmot piaraan. Gejala yang diperlihatkan adalah stress, pernafasan berat tetapi cepat, keluar kotor / lendir dari
mata dan hidung, tidak nafsu makan, lethargy.
Kadang kalau akut sekali, sebelum menunjukkan gejala marmot terlanjur mati.
Infeksi didalam telinga bagian tengah atau dalam (otitis media / internalis) seringkali
didahului oleh infeksi alat pernafasan. Gejalanya adalah seringkali menggelengkan
kepala, kepala miring, jalan tidak koordinasi, dll.
Untuk mengatasi kondisi demikian segeralah konsultasi
kepada dokter hewan. Dokter akan malakukan uji kultur dan sensitivity untuk melakukan terapi antibiotika pro-injeksi.
Diketahui bahwa bacteria penyebab pneumonia
pada marmot ini dapat diidentifikasi diantara kelinci dan tikus peliharaan.
Itulah alasannya mengapa sebaiknya memelihara marmot jangan dicampur dengan
kelinci, hamster atau tikus meskipun sama-sama bangsa rodentia.
Radang alat
pencernakan (Bacterial enteritis)
Alat Gastro-intestinal
marmot dapat terinfeksi oleh bermacam bacteria. Bakteria pathogen ini dapat
berasal dari makanan (sayuran, buah, dll) dan air minum yang tercemar bacteria
tsb.
Gejala dari radang alat pencernakan umumnya: tidak mau
makan, diare, muntah, berat badan menurun, dll
Untuk mencegah atau mengatasi bacterial infeksi
dimulai dari perbaikan managemen, hygiene & sanitasi, perbaikan nutrisi.
Untuk kuratif berikan penderita fluid
therapy atau force feeding dengan
makanan lunak dan berikan suplementasi vitamin.
Ringworm
Jamur ringworm
sering ditemukan pada marmot peliharaan, penyebabnya sama dengan jamur “athlete’s foot” pada manusia. Marmot
yang masih muda lebih mudah terserang ringworm.
Bagian tubuh yang terserang biasanya wajah, hidung dan telinga. Gejala ringworm adalah ada bagian bulu yang
rontoq. Untuk diagnosis ringworm
perlu melakukan pemeriksaan kerokan kulit.
Untuk mengatasinya dapat dipilih obat anti jamur
sesuai dengan jamur tsb baik topical maupun peroral. Perlu diingatkan bahwa ringworm menular ke manusia, jadi
peringatkan terutama kepada kanak-kanak untuk menjaga kebersihan, cuci tangan
dengan ditergen setelah main-main dengan marmotnya.
Infestasi
kutu (Lice infestation)
Ektoparasite pada marmot umumnya lice atau mites. Lice
sangat kecil tidak bersayap bentuknya gepeng yang hidup di bulu-bulu. Lice dewasa dan telur-telurnya hidup
lengket pada batang-batang bulu. Lice
makan cairan kulit yang dikeluarkan dari luka kecil superficial dikulit yang
mereka buat.
Infestasi ringan oleh lice sering tidak terlihat, baru setelah meluas dan banyak lice kelihatan gejala-gejala : kegelisahan,
gatal dan lecet (icthing) terutama
dibagian tubuh yang mudah digaruk misalnya ditelinga, kemudian timbulah
kerak-kerak / sisik oleh eksudat yang membeku/kering.
Diagnosis ditegakkan melalui pemeriksaan langsung pada
kulit dan bulu bisa dilihat lice dengan
atau tanpa mikroskop. Penularan lice
dapat terjadi dengan kontak langsung dengan marmot yang membawa lice. Jadi seyogyanya marmot yang baru
diperoleh /dipelihara dipisahkan dahulu (karantina) untuk observasi ada
tidaknya lice. Lice marmot tiddak
menular kepada manusia.
Untuk mengatasi infestasi lice, marmot dimandikan (mandi sehat) dengan shampoo yang mengandung
anti ektoparasit (insecticidal shampoo).
Infestasi Mange (mites)
Mites mirip dengan scabies
mites pada manusia dan dapat dengan serius menginvasi marmot. Mites dapat dilihat dengan mikroskop,
menyerupai laba-laba (spider like organism) dan hidup dilapisan terluar dari kulit. Patologik
menimbulkan kegatalan hebat dan rontoqnya bulu-bulu. Invasi hebat dengan mites menyebabkan marmot gelisah, lari
kesana-kemari, berputar-putar bahkan dapat sampai konvulsi.
Untuk diagnosis diperlukan pemeriksaan mikroskopik
terhapat kerokan kulit.
Untuk mengatasi mites dapat dipakai ivermectin,
kepada yang menderita hebat diberikan suntikan ivermectin sampai 4 kali dengan antara 10-14 hari. Selama
pengobatan sebaiknya lantai/kasur diganti dengan kertas handoek puith (white paper towel) agar marmot bisa
tenang dan nyaman.
Penularan mites
terjadi melalui kontak langsung, jadi lakukan observasi yang intensif bila ada
marmot yang baru datang. Untunglah mites
marmot tidak menginvasi manusia.
Endoparasit
Endoparasit bukan merupakan problem serius pada marmot
asal hygiene & sanitasi
lingkungan, terutama kandang diperhatikan.
Protozoa (Coccidia
sp) dapat menginvasi marmot, dengan gejala: kelemahan, diare dan kekurusan.
Terapi
antibiotika
Melakukan terapi antibiotika baik perinjeksio maupun
peroral kepada pasien marmot harus sangat berhati-hati, karena beberapa jenis
antibiotika dapat membahayakan seperti:
ampisilin, penisilin, bacitrasin, erithromisin, lincomisin, gentamisin,
clindamisin, streptomisin, vancomisin dan tetrasiklin, bahkan terapi
antibiotika topical dapat berefek lethal. Hal tsb disebabkan karena terapi
antibiotika sangat mempengaruhi keseimbangan mikroflora/mikroorganisma didalam
alat pencernakan marmot, beberapa macam bacteria pathogen akan tumbuh leluasa
dan mengahsilkan bahan kimia yang berfefek lethal kepada marmot. Khusus antibiotika
streptomisin dan dihidrostreptomisin jangan
digunakan untuk marmot karena sangat toksik bagi marmot.
Terapi antibiotika yang terpaksa harus diberikan,
harus disertai pemberian yoghurt putih (dosis 0,5-2,5 ml) pagi dan sore dan
ditambah 5-7 hari pemberian lagi setelah terapi antibiotika yang terakhir.
Alergi tehadap Marmot (guinea pig dander)
Gejala-gejala alergi ini meliputi : mata pedih/meradang, bersin, hidung meler,
batuk-batuk, pernafasan pendek, suara wheezing,
gatal dan paling serius adalah terjadinya anaphylactic
shock. Untuk kasus yang terakhir perlu rawatan emergency