Rabu, 19 Oktober 2016

AvMed-II

c merubah macam maupun bentuk diet selanjutnya.
Peternak burung (breeder) yang sudah berpengalaman mengemukakan, untuk mengatasi keterlanjuran/kebiasaan makan burung karena dipelihara diluar induknya (hand reared birds) perlu diakali/dicoba sbb:

  1. Pemberian makanan jangan oleh seseorang saja melainkan berganti-ganti tangan oleh orang/perawat/pemelihara lainnya, sehingga burung tsb tidak punya ketergantungan kepada seseorang.

  1. Untuk pemelihara/breeders, maka burung yang sedang dikonversi makanannya diperlihatkan kepada burung temannya yang sudah makan makanan seperti itu, maka ia akan terangsang untuk mengiukutinya.

Dokter Hewan yang berpraktek AvMed harus melakukan client education untuk memberikan diet burungnya dengan benar, bukan karena kebiasaannya atau kesukaannya yang sebenarnya salah

NUTRISI UNTUK BANGSA PSITTACINE

Terserah kepada kondisi masing-masing pemelihara burung, apakah burung sudah terbiasa diberi berbagai makanan terdiri dari buah-buahan, sayuran, biji-bijian (seeds) dan beberapa makanan yang direbus, apakah makanan tersebut bikinan sendiri (home made diets) ataukan makanan campuran bikinan pabrik (commercial diets) yang penting adalah kelengkapan nutrisinya, kualitas dan kuantitasnya cukup.
Apabila makanan akan diracik sendiri, berikut adalah panduannya

Nutrisi campuran (bikinan) sendiri

Banyak variasi nutrisi burung dapat dibuat sendiri, meskipun masih banyak pula formula nutrisi burung yang didasarkan kepada penemuan empiris. Indikasi bahwa nutrisi empiris tsb adalah baik dapat diperhatikan bulu yang tumbuh bagus, berkilau, tidak rontoq, dsb, masa tubuh yang kompaq tidak terlihat adanya gejala defisiensi (vitamin, mineral) yang telah dikenal.
Bahan nutrisi burung dapat berasal dari berbagai bahan baik nabati maupun hewani seperti biji-bijian (seeds and nuts), telur rebus, yohurt, keju (cheese), sayuran, buah-buahan, roti, cerelia, pasta, leguminosa, makanan campuran untuk burung cockatoo berupa pellets atau extruded bikinan pabrik, vitamin dan mineral supplements.
Bila dari bahan makanan tsb akan dibuat makanan campuran untuk burung, maka campurkan sampai rata bahan-bahan tsb sedemikian rupa sehingga burung sulit memilihnya. Besarnya biji-bijian tentu disesuaikan dengan ukuran burung, mungkin ada yang perlu ditumbuk dsb. Sebaliknya bangsa burung besar dengan paruh besar pula akan sulit mencucuk biji-bijian kecil apalagi makanan halus.

Makanan buatan pabrik

Umumnya berbentuk bulat/pipih (pelleted) atau potongan silindris (extruded). Bagi orang yang sibuk dan memelihara burung hanya beberapa ekor saja tentu lebih efisien membeli makanan burung jadi buatan pabrik. Dari segi mutu dan variasi bahan tentu saja makanan buatan/mencampur sendiri akan lebih baik dan terjamin mutunya, hanya saja ini berlaku bagi pemelihara burung yang banyak atau pembiak yang professional.
Bila membeli makanan buatan pabrik patut diingatkan, agar teliti memilihnya. Pertama kali kenalilah pabrik pembuatnya (manufacturer) yang telah lama berkecimpung dalam bisnis makanan burung. Kemudian bungkusannya (package) masih kuat dan utuh (tidak sobek), karena bungkus yang sudah sobek tentu didalamnya mengandung CO2 (carbon dioxide), periksa tanggal kedalu warsanya (expired date)nya dan bentuk bahannya, barangkali telah terbanting-banting sehingga sudah remuk menjadi serbuk yang pasti burung (terutama yang berparuh besar) akan sulit mencucuknya.
Dalam hal waktu, tentu saja makanan pabrik tinggal pakai saja, tidak me-merlukan tenaga dan hemat waktu. Makanan pellets atau potongaan silindris sudah digiling sebelmnya, dicampur dengan merata dan kering, maka semua komponen nutrisi didalamnya akan termakan semuanya oleh burung, lain dengan makanan campuran sendiri yang burung dapat memilihnya mana yang disukainya dan mudah dicucuknya saja. Asal kualitasnya baik dan imbang, maka makanan buatan pabrik lebih praktis dan efisien waktu tidak memerlukan control terlalu ketat, karena pemelihara hanya perlu memeriksa habis atau tidaknya saja.
Umumnya makanan pabrik disediakan untuk burung dewasa, kecuali pabrik menyatakannya khusus untuk misalnya burung lolohan (hand feeding neonates). Makanan dewasa yang diblender (dijadikan bubur), kemudian untuk lolohan tidak akan memenuhi kebutuhan nutrisi bila tidak ditambahkan bahan nutrisi yang diperlukan bagi burung yang masih lolohan/muda.
Karena makanan komersial cukup mahal harganya, bolehlah membuat kompromi, misalnya campuran 40% makanan pabrik dan 60% makanan buatan sendiri atau perbandingan fifty-fifty (50:50).
Pabrik makanan yang baik adalah apabila pada bungkus makanan tsb dicantumkan peruntukan makanan tsb bagi berbagai umur dan jenis burung.

PENYAKIT-PENYAKIT NUTRISI

  1. Defisiensi Jodium

Apabila kekurangan Jodium, burung dapat menderita hyperplasia kelenjar thyroid (thyroid hyperplasia) yang disebut juga dysplasia & goiter. Bangsa budgerigars mempunyai predileksi terhadap goiter, meskipun ada hu-bungannya dengan kondisi tanah setempat yang memang kekurangan unsur Jodium kemudian dipakai untuk tanah pertanian penghasil biji-bijian untuk sumber nutrisi burung. Defisiensi Jodium umumnya diderita oleh bangsa burung yang dipelihara indoor dan mendapatkan makanan biji-bijian yang monoton, misalnya hanya millets, canaries seeds atau oat groats saja.
Gejala-gejala penderita defisiensi Jodium mulai terlihat ketika burung berumur 3-6 bulan, tidak berarti burung yang muda tidak menderita. Gejala klinis penderita defisiensi Jodium terlihat dengan timbulnya pembengkakan kelenjar thyroid secara bilateral dan warnanya coklat  kemerahan.
Kelenjar thyroid burung terletak didalam rongga thorax dekat dengan syrinx vena jugularis dan arteria carotis communis (lihat halaman 26, figure 1).

Gejala lain yang dapat diamati/didengar ketika burung masih hidup adalah adanya audible respiratory clicking sound, wheezing atau dyspneu, pelebaran tembolok, regurgitasi dan berat badan menurun. Gejala-gejala tsb dapat terlihat sendiri-sendiri tetapi dapat merupakan gejala kombinasi.
Burung yang memperlihatkan gejala seperti tsb, terutama dyspneu, ketika memeriksa dan memegangnya harus sangat berhati-hati karena bila sampai stress dapat menyebabkan acute respiratory arrest atau regurgitasi dan memuntahkan cairan dari temboloknya (aspiration of fluid crop contains).
Diagnosis penyakit defisiensi Jodium didasarkan kepada anamnesis sekitar ma-nagemen dan makanan yang diberikannya, kemudian diperhatikan benar-benar adanya gejala-gejala seperti diatas. Pada gambaran radiografi pada posisi lateral dapat dilihat adanya massa padat jaringan lunak (soft tissue) pada ujung thorax (thoracic inlet). Apabila dilakukan uji fungsi thyroid (thyroid function test, TSH stimulation) maka hasilnya sesuai dengan adanya hypothyroidism karena level Jodium yang cukup dicerna diperlukan untuk biosynthesis hormone thyroid.
Tindakan terapi diarahkan dahulu kepada gejala-gejala yang membahayakan hidupnya, yaitu dyspneu dan regurgitasi.
Hypothyroidism menyebabkan hypoglycemia dan electrolite abnormalities, se-hingga tindakan berikutnya simultant dengan memberikan makanan sup-plemen Jodium dan makanan yang imbang (balance diets) dengan taktik pem-berian makanan diet baru seperti telah diutarakan terdahulu.
Bila burung masih suka/mau minum, maka Jodium supplemen dapat diberikan lewat air minumnya dengan dosis larutan 1 ml Lugol dilarutkan kedalam 30 ml air minum bersih. Kemudian selama 2 minggu terus menerus air minumnya terdiri dari campuran Jodium dengan konsentrasi 1 tetes larutan Jodium untuk setiap 240 ml air.
Perlakuan supplemen Jodium tsb diakhiri paling tidak setelah 8 minggu, dengan catatan disamping itu dietnya juga diperbaiki
Ada rekomendasi bagi burung penderita defisiensi Jodium parah, yaitu dapat disuntik dengan preparat Jodium (larutan 20% sodium Iodine) intramuskuler pada m pectoralis dengan dosis 0,01-0,002 ml sampai 3-5 hari atau dengan preparat Jodium (Diatrizoate sodium 37%) dengan dosis 122 mg/kg berat badan intramuskuler sekali saja. Suntikan preparat Jodium harus diberikan sangat hati-hati karena Jodium akan mengiritasi m. pectoralis. Efek pemberian preparat Jodium sudah dapat terlihat setelah seminggu.

  1. Defisiensi Vitamin A

Banyak problem medik pada burung yang dilatar belakangi oleh defisiensi vitamin-A, Hypovit-A menyebabkan timbulnya gejala oculonasal bacterial and fungal infection dan umumnya kelainan-kelainan system respirasi atas/bawah (upper and lower respiratory system).
Penderita hypovit-A umumnya terjadi pada burung dewasa yang diberikan makanan yang sebagian besar hanya terdiri dari biji-bijian dengan kadar vit-A rendah (poor quality diets with mixed seeds as the primary dietary component)
Meskipun hypovit-A dapat terjadi pada semua jenis burung piaraan, tetapi pengalaman mencatat terutama pada burung bangsa cockatiels, Amazon, pianos dan electus parrots.
Gejala mula dari hypovit-A seringkali meliputi pembengkakan, dipigmentasi, penumpulan choanal papillae yang biasanya tajam karena perubahan-pe-rubahan tsb keratinisasi yang bertambah, metaplasia yang bersifat squamosa pada selaput lendir dan kelenjar mukosa menghasilkan debris atau sisa-sisa akumulasi epithelial cellular dan abses. Abses-abses ini (ukuran 3 mm – 1 cm) terisi oleh eksudat caseous dan biasanya timbul sekitar choana dan pada pangkal lidah. Eksudat ini mudah dikerok walaupun akan menyebabkan per-darahan dan atau trauma pada jaringan dibawahnya.
Burung yang bersin, ingusan, bersuara berdesis umumnya karena hypovit-A (lihat halaman 26, figure 3)
Diagnosis hypo-vit-A didasarkan pula kepada temuan-temuan fisik, riwayat diets makanan yang diketahui kandungan vit-A nya rendah, misalnya biji-bijian (seeds), lettuce, “junk food”, yang demikian respons terhadap terapi
Untuk menegakkan diagnosis yang pasti diperlukan pemeriksaan sitologik, histologik dari jaringan hyperkeratinisasi, metaplasia squamosa pada jaringan epithelial. Konsentrasi vit-A didalam Hati merupakan alat diagnosis yang penting, tetapi jumlah jaringan yang harus diperksa minimal 500 mg.
Dalam peternakan burung (aviaries), dimana ada burung yang mati dengan persangkaan hypovit-A, maka memeriksa isi vit-A didalam organ Hati akan sangat berharga, karena dapat dipakai dalam kedokteran preventif se-lanjutnya.
Terapi dilakukan dengan melakukan kuretase atau ekterpasi lesi-lesi besar dan pemberian antibiotika dan antimycosis untuk mencegah infeksi sekunder. Apabila ada infeksi sekunder, lesi-lesi yang kecil biasanya akan segera hilang dengan terapi vit-A atau antibiotika.
Pada kasus yang serius, suntikan vit-A (dosis 10.000 – 20.000 IU/kg bb, intra muskuler) diberikan sekali seminggu selama 3-4 minggu, kemudian diikuti dengan pemberian peroral (dosis 250-1000 IU/kg bb), dapat pula dicampurkan kedalam air minumnya sampai burung menyukai perubahan diet yang baru. Makanan dengan kadar vit-A tinggi, misalnya wortel, batatas, bayam, turnip hijau, kuning telur, mrica merah kering dapat ditambahkan, lebih baik dicampurkan kedalam adonan (extruded atau pellets).
Prognosis hypovit-A baik asalkan diet kaya vit-A diberikan dengan disiplin teratur. Hypovit-A yang berat prognosisnya juga dubius, karena perubahan-perubahan metaplastik adalah permanent, apalagi kalau terjadinya didalam gastrointestinal atau system pernafasan atau bila sudah terjadi infeksi sekunder oleh bakteri atau mycosis. Infeksi sekunder umumnya tidak responsive pada terapi, karena itu menghindari hypovit-A paling baik adalah dengan cara preventif, dengan memberkan diet kecukupan kandungan vit-A nya.

PENYAKIT METABOLIK

Penyakit metabolic, misalnya gangguan metabolisme Calsium, Phosphor, vit-D, dll, dapat terjadi pada spesies burung manapun pada usia manapun juga.

  1. Penyakit metabolic tulang (Metabolic Bone Diseases)

Metabolic Bone Diseases (MBD) disebut demikian untuk menggambarkan sejumlah masalah tulang bangsa burung yang berkaitan dengan keadaan ekses maupun defisiensi vit-D3 atau mineral Ca dan P. Problema defisiensi ataupun ekses tsb dapat menimbulkan osteopenia, tertekuk, atau fraktura karena alasan-alasan patologik atau hasil dari deformitas tulang sejak didalam telur. Burung dewasa yang mengkonsumsi diet dengan defisiensi atau ekses sejak semula disebut “phosphorous diuresis” karena ditemukannya gejala polyuria.
Karena kondisi tsb terus berlanjut, burung penderita tsb memperlihatkan gejala pertumbuhan bulu-bulu yang kondisinya buruk, abnormalitas, molting dan osteopenie dan hasil lain karena factor patologik. Kadang defisiensi protein juga menyertai defisiensi akan mineral Ca, P dan vit-D.
Diets yang defisiensi akan mineral Ca, P dan vit-D adalah diets yang komposisinya terdiri dari buah-buahan, beberapa macam sayuran/hijauan dan cerelia, misalnya oatmeal atau bran, sebagai akibatnya akan terjadi pula defisiensi protein energy. Apabila burung tsb tidak mendapatkan diet plus suplementasi vit-D3 atau sinar matahari langsung, juga dapat menderita penyakit ini. Betina yang sedang bertelur yang mengidap BMD umumnya mendapatkan diet yang cukup mengandung Ca untuk pemeliharaan (maintenance), kecuali diet tsb hanya terdiri dari biji-bijian semua (all seeds diet) yang umumnya memang rendah kadar Ca. Kadang tidak disadari bahwa betina yang sedang bertelur membutuhkan diet yang cukup kandungan Ca. Betina yang sedang bertelur juga memerlukan protein yang lebih tinggi antara 20-22% karena kebutuhan energi juga akan meningkat 2-3 kali lipat.
Burung psittacine yang mengidap BMD dari riwayat makanannya lebih banyak biji-bijian, buah, sayuran atau “junk foods” diet.
Tanda-tanda pada piyik (anak burung) yang sedang tumbuh terlihat sulit bergerak, sayap lemah dan terkulai, tidak respons kepada makanan dan pengosongan tembolok memakan waktu lama. Burung yang kemudian berhasil dapat hidup akan menunjukkan proses kelainan, misalnya fraktur patologik, salah bentuk pada tulang pipa (deformitas) dan kontraktur tendon (lihat halaman 26, figure 4).
Pada burung yang sedang bertelur, gejala pertama yang biasanya terlihat oleh pemelihara adalah produksi telurnya menurun dan tanpa cangkang (soft shelled eggs), atau telur yang saling berlekatan dengan telur lainnya atau cessation ketika telur dikeluarkan.
Disamping sayap yang terkulai, kadang kaki, dapat satu kaki atau keduanya, mengalami salah bentuk yang patologik.
Pada burung dewasa yang mengidap MBD dapat pula memperlihatkan polyuria, pertumbuhan bulu yang buruk disamping gejala yang telah diutarakan ter dahulu, salah bentuk sayap, kaki, tulang pipa, dsb.
Diagnosis didasarkan kepada catatan riwayat diet serta bantuan radiologik adanya osteopenia atau fraktur tulang, dll (lihat halaman 26, figure 5)

Perlu diingat bahwa dalam fase terminalnya penyakit MBD serum atau level plasma Ca dan P tetap normal .
Terapi inisial burung penderita MBD meliputi perubahan diets untuk memenuhi kebutuhan metabolisme dalam fase hidupnya yang spesifik. Piyik (anak burung) yang dibesarkan dengan makanan lolohan, perlu sekali makanan lolohan tsb dianalisa kandungan nutrisinya. Makanan lolohan bikinan pabrik biasanya kurang mengandung unsur Ca disamping kadang-kadang per bandingan Ca/P tidak benar.
Untuk mempercepat recovery, dapat diberikan Ca peroral kepada penderita dengan dosis 200-400 mg perKg berat badan yang diberikan selama 4-6 minggu. Pemberian dapat pula lewat parenteral (im atau sc) dengan larutan glycerophosphate Ca lactate dengan dosis 5-10 mg perKg bb 2X sehari seraya memberikan diet yang sudah diperbaiki.
Biasanya larutan Ca adalah hypertonic, karena itu harus diencerkan terlebih dahulu (10X pengenceran), terutama bila akan diaplikasikan subcutan. Dapat pula ditambah dengan Vit D-3 diberikan 0,3-0,7 ml perKg bb intramuskular atau subcutan sekali seminggu selama 2-4 minggu tergantung kepada berat ringannya kasus.
Burung yang menunjukkan gejala tidak mau bergerak atau mengesankan kesakitan pada sendi-sendinya dapat diberikan suntikan Vit-E plus selenium intramuskular dengan dosis 0,02 mg perKg bb.
Bagi burung yang menderita MBD sehingga mengakibatkan fraktura atau deformitas tulang perlu dilakukan operasi orthopedic. Tetapi bila pilihan di putuskan untuk melakukan operasi orthopedic, sebaiknya burung diberikan terapi pendahuluan (2 minggu pra operasi) dengan Ca dan atau Vit D-3 agar penyembuhan lebih cepat terjadi.
Mencegah MBD yang paling baik adalah sejak awal telah memberikan kecukupan Ca, P, Vit D-3 dan protein

2. HYPOCALCEMIA

Kelainan ini biasanya ditemukan pada burung usia antara 2-5 tahun tidak pandang jenis kelamin dan biasanya diantara burung yang dietnya didominasi oleh biji-bijian (predominantly seed diets), misalnya biji bunga matahari.
Gejala klinik yang diperlihatkan adalah burung tidak mampu bertengger atau kadang jatuh dari tenggeran, tremor dan kelemahan umum.
Diagnosis didasarkan kepada signalemen, diet sehari-hari yang mengandung Ca kurang/rendah atau diet dengan perbandingan Ca/P yang salah, atau diet defisiensi Vit D-3.
Dari analisa darah menunjukkan konsentrasi Ca dalam serum <8 mg/dl. Konsentrasi Ca dalam serum < 6 mg/dl akan memperlihatkan gejala neurologik.
Tindakan darurat dengan memberikan suntikan intravenus atau intramuskular dengan Ca- gluconal dengan dosis 200mg per Kg bb atau Ca-levulinate 25-100 mg perKg bb, kemudian diikuti dengan terapi Ca peros. Burung diekpose dibawah sinar matahari untuk memperoleh Vit D-3 alami. Suplementasi Vit D-3 harus berhati-hati pada bangsa psittacines, karena dari pengalaman pernah terjadi mineralisasi dalam ginjal karena kelebihan pemberian Vit D-3.

3. HYPERVITAMINOSIS D

Burung yang dibesarkan dengan nutrisi lolohan tangan (hand reared baby birds) atau burung-burung yang diberikan diet mengandung Vit D berlebihan atau pemberian Vit D parenteral, kadang berlebihan, sehingga terjadilah hypervitamin D.
Hypervitamin D juga dapat menyebabkan calcinosis dalam ginjal yang me-nyebabkan kerusakan ginjal atau “goat” dalam visceral.
Pencegahan hypervitamiin D tentu saja dengan tidak memberikan diet dengan kandungan Vit D tinggi. Sekarang banyak makanan burung dari pabrik yang dijual di pet/poultry shop, perlu diperhatikan kandungan vit D nya 500 IU perKg makanan, beberapa merk makanan pabrik yang mengandung Vit D-3 sampai 2000 IU perKg makanan, jadi terlalu tinggi untuk burung yang normal/sehat.

4. HEMOCHROMATOSIS

Yaitu akumulasi unsur Fe didlam sel-sel Kupffer’s (hepatocytes), menyebabkan peradangan hati, proliferasi dalam saluran empedu (bile duct), necrosis, fibrosis atau cirrhosis hepatic.
Kelainan karena akumulasi Fe disebut juga “dietary iron overload syndrome”. Belum diketahui benar bagaimana mekanisme terjadinya hemochromatosis ini, mungkin ada unsur genetic dan kelebihan Fe dalam dietnya atau adanya factor stress yang lama.
Gejala hemochromatosis adalah gangguan respirasi, pembengkakan daerah abdomen, hepa-tomegali (dapat dipalpasi), ascites, dyspneu, berat badan menurun dan kadang ditemukan gejala encephalopathy.
Diagnosis hemochromatosis didasarkan kepada riwayat pemberian diet sehari-hari, analisa darah, profil kimia serum terlihat adanya peningkatan AST, LDH dan asam empedu (bile acids). Kesulitannya adalah kenyataan sangat lebarnya variasi nilai Fe-serum pada burung, yaitu antara 40-1194 ug/dl dari bermacam spesies burung.
Evaluasi histologik dengan biopsy hati dengan pewarnaan Pressian Blue menghasilkan diagnosis definitive.
Terapi ditujukan untuk menghilangkan gejala misalnya dengan aspirasi cairan ascites, mengurangi dyspneu/hiperventilasi, mengurangi volume darah (phlebotomy (ml) sebanyak 1% bb (gram) setiap minggu dan tentu saja hindari diet dengan kandungan Fe berlebihan. Diet yang dianjurkan adalah dengan Fe tidak lebih dari 200 ppm. Sedangkan kandungan minimal adalah 67 ppm untuk mencegah terjadinya anemia.
Diet dengan rendah unsur Fe seperti yohurt, buah-buahan (apel, pisang, pear, nenas, jeruk, dll), putih telur rebus, kentang godok, jagung atau gandum (wheat).
Makanan yang mengandung kadar Fe tinggi adalah leguminosa, sayuran warna hijau, raisin, bahan makanan asal hewan, dog/cat foods dan hasil giling biji-bijian. Dari buku masakan dapat dilihat bahan yang mengandung Fe yang diperhitungkan atas bahan kering atau basah.
Burung penderita hemochromatosis prognosisnya buruk.

5. FATTY LIVER SYNDROME (FLS)

Yaitu penyakit burung pansistemik (pansystemic avian diseases) yang melibatkan hati. Walaupun bukan merupakan penyakit per se, malnutrisi pada burung psittacines mendorong timbulnya hematopathy a.l. FLS yang dikenal juga sebagai degenerasi lemak dalam organ hati (fatty liver degeneration) atau hepatic steatosis.
Etiopathogenesis FLS belum sepenuhnya diketahui. Hasil penelitian pada berbagai spesies sangat berlainan sehingga sulit disimpulkan.
FLS terjadi pula diantara burung yang dibesarkan dengan lolohan tanpa induk sendiri (hand reared baby birds) baik pada poultry maupun psittacines. Dari riwayat nutrisi yang diberikan dapat diketahui diet yang defisiensi atau yang berlebihan berbagai unsur. Diet yang berlebihan lemak (energi) misalnya: kacang tanah, biji jarak, kiju, dll atau vitamin (mis: biotin) yang diberikan kepada burung yang inaktif, mendorong terjadinya FLS. Gejala kliniknya adalah nonspesifik meskipun berkaitan dengan penyakit hati. Burung akan memperlihatkan pengosongan tembolok lambat, berat badan menurun, polyuria, biliverdinuria, keluaran (droppings) sedikit dan hypophagia.
Bila FLS menjadi serius, timbulah kemudian coagulopathy dan hemorrhagia didalam berbagai organ dalam (coelomic cavity) dapat menyebabkan anemia khronik atau mati mendadak.
Diagnosis didasarkan kepada riwayat pemberian makanan (kwalitas dan kwantitasnya) sehari-hari, gejala klinik yang timbul, gambaran radiologik adanya hepatomegali.
Temuan laboratorium dapat berupa anemia regenerative, hypoglicaemia dan kenaikan kadar enzim (AST; LDH).
Burung yang gemuk (obese birds) yang diberi makanan tinggi kadar asam lemak bebas dan serum cholesterol, meskipun kadang hypocholesterolaemia terjadi juga pada burung penderita hypothyroidism. Penderita yang tidak responsive terhadap terapi mungkin diperlukan biopsy Hati untuk mencari penyebab hepatopathy dari aspek patologi klinik.
Begitu didiagnosis FLS, terapi harus segera dilakukan untuk upaya penyelamatan. Bila ada perdarahan segera berikan suntikan intramuskular vit K-3 dosis 2 mg perKg bb dan infuse darah bila PCV <20% dan terus menurun atau ditemukannya gejala dyspneu. Perbaikan diet imbang nutrisi harus dilakukan. Pada burung obese berikan diet yang cukup kandungan biotin, pyridoxine, thiamin dan vit E terutama bagi yang bertelur. Bahan alam yang mengandung vit tsb adalah ragi (yeast), kuning telur, pea, alfalfa, dedak dan beberapa cerelea.
Untuk mencegah FLS hindari diet tinggi lemak, minyak, tinggi kalori terutama burung yang inaktif. Prognosis FLS cukup baik asal dapat didiagnosis dini sebelum terjadi komplikasi seperti gagal fungsi hati, perdarahan dan fibrosis

KELAINAN-KELAINAN PADA ALAT PENCERNAKAN

Bila tidak segera ditanggulangi, penyakit alat pencernakan pada burung berakibat fatal. Burung mempunyai metabolisme yang sangat tinggi, hingga kekurangan diet dalam waktu sebentar saja sudah menyebabkan berat badan menurun. Tidak semua penyayang/pemelihara burung menyadari gejala awal atau perubahan-perubahan ekresi (droppings) burungnya sehari-harinya, sehingga burung dibawa konsultasi ke Dokter Hewan penyakitnya sudah lanjut.

KELAINAN ANATOMIK

Alat pencernakan burung mempunyai variasi anatomik dibanding dengan anjing atau kucing, misalnya tembolok adalah pelebaran dari esophagus bagian cervical sebelah cranial pintu cavum thoraxalis. Secara alaminya burung menyantap makanan dengan sangat cepat untuk mengantisipasi datangnya atau direbut oleh predator, karenanya perlu cepat dan tempat untuk menampung makanan dengan segera dalam jumlah banyak dan itulah fungsi tembolok bagi bangsa avian. Proventriculus adalah bagian lambung kelenjar (glandular stomach) yang mensekresi enzim proteolitik dan asam lambung, jadi didalam proventriculus makanan sudah mulai dicerna. Dengan cara regurgitasi dari tembolok inilah burung meloloh makanan untuk anaknya. Didalam lambung (ventriculus) yang berdinding otot tebal, terjadi pencernakan makanan lanjutan terutama bahan makanan biji-bijian, karena itu untuk burung perlu diberikan grit. Untuk bangsa psittacine (lain dari burung dara, tekukur, dll), sebenarnya grit tidak diperlukan, karena dengan paruhnya kulit biji-bijian sudah dapat dikulitinya (Jawa: disisil). Pada burung, traktus gastrointestinalis dan traktus urogenetalis keluar bersama kedalam kloaka.

UJI-UJI UNTUK DIAGNOSTIK

Bermacam Uji diagnostic meliputi CB, profil kimia darah, (kontras)-radiografi, sample feses dan isian tembolok untuk pewarnaan Gram dan pembuatan kultur dan uji sensitivitas, uji asam empedu dan chlamydia dan polyomavirus.

  1. Uji isian tembolok (crop wash)

Diperlukan untuk perkiraan adanya infeksi dalam tembolok. Uji ini dilakukan terutama bila ada gejala muntah, pengosongan tembolok yang lambat atau ada penebalan pada otot tembolok. Untuk memperoleh sample isi tembolok dapat dipergunakan feeding tube logam atau karet yang dapat disedot dimasukkan melalui mulut. Regangkan leher-kepala lurus hingga kelihatan esophagus-temboloknya, kemudian masukkan tube sampai kedalam tembolok (dapat dipalpasi adanya) lalu lakukan aspirasi. Bila tembolok sepertinya kosong, maka masukkan 1 ml/50 gram bb larutan saline steril, lakukan masase sebentar agar sel-sel mati dll dapat terikut diaspirasi kedalam spuit. Masase dilakukan dengan lembut agar tidak merangsang vomitus yang mungkin dapat masuk kedalam pharynx.
Dari aspirasi isi tembolok ini dibuat preparat ulas dengan pewarnaan Gram untuk mencari Trichomonas, bacteria atau sel-sel yang beradang. Dari pemeriksaan ini banyak ditemukan serabut-serabut tanaman, debris, sel-sel epithelium dan berbagai bacteria Gram positif. Jarang sekali ditemukan Gram negatif atau protozoa.

  1. Pemeriksaan feses

Preparat ulas feses dengan pewarnaan Gram adalah uji cepat untuk mencari flora intestinal. Cara ini sekaligus dapat memeriksa runtuhan sel-sel traktus digestivus maupun urogenetalis sampai colon. Bila ada sangkaan penyakit sistem urinary, penting dilakukan pemeriksaan urates. Jarang sekali ada Gram negatif (<5%) dan yeast (1%).
Adanya gejala klinik polyuria dan polydipsia akan meningkatkan konsentrasi asam uric dan dari radiografi terlihat pembengkakan ginjal.
Untuk memisahkan urates dari feses dapat digunakan cotton-bud, tetapi dari penderita diare hal ini tidak dapat dilakukan.
Butir darah putih jarang terdapat dalam preparat feses dengan pewarnaan Gram. Bila ditemukan leukosit berarti ada infeksi didalam alat pencernakan atau alat urogenetalis.
Bila ada sangkaan infeksi didalam urinary system, perlu melakukan evaluasi terhadap sample asam uric.


PROBLEMA DIDALAM TEMBOLOK

Fisiologi regurgitasi

Muntah merupakan gejala umum dalam penyakit alat pencernakan burung. Regurgitasi sering terjadi dikala ada eksitasi lingkunganatau chattering atau ketika menggelengkan kepala. Regurgitasi yang demikian bukanlah gejala suatu penyakit.

Trichomoniasis

Trichomoniasis sering ditemukan diantara bangsa burung dara (pigeons) dan raptors, meskipun ada juga pada psittacines. Gejala kliniknya adalah : muntah/regurgitasi, anorexia, diare, dyspneu karena sumbatan didalam trachea dan didalam paru pada kasus yang lebih lanjut.
Diagnosis ditegakkan atas dasar ditemukannya mikro-organisme bergerak didalam ekresi tembolok atau plak dari mulut atau pharynx.
Trichomoniasis dapat diatasi dengan metronidazole dengan dosis 30 mg perKg bb diberikan oral 2X sehari selama 10 hari. Untuk keperluan ini metronidazole dapat diperoleh dari tablet yang dilembutkan dan dicampur dengan syrup atau dari formula untuk suntikan intravenous dapat diaplikasikan peroral. Trichomoniasis sangat sering dan menular diantara bangsa pigeons dan raptors.

Candidiasis

Pada anak burung lolohan orang (hand-fed baby birds) sering ditemukan infeksi Candida albicans, hal ini mungkin disebabkan karena tidak ber  kembangnya system imunitas baik local maupun systemik. Candidiasis sering ditemukan pada anak cockatiels khususnya dan burung pada umumnya, terutama pada burung yang stress atau mendapat perawatan dengan antibiotika. Gejala klinik meliputi pengosongan tembolok yang lambat, regurgitasi, depresi dan anoreksia. Meskipun candidiasis dapat menjadi infeksi umum, kebanyakan yang disenangi adalah didalam tembolok (lihat halaman 37, figure 3).

Diagnosis dapat ditegakkan dengan mengevaluasi sample dari tembolok dengan pewarnaan Gram+. Kuncup-kuncup ragi (budding yeast) terlihat besar dan lonjong berwarna ungu tua. Spora candida albicans dapat pula dilihat dari preparat fecal dengan pewarnaan Gram+ (lihat halaman 37, figure 4).
Perawatan dilakukan dengan perbaikan nutrisi dan kebersihan lingkungan dan pemberian obat anti-jamur (antifungal drugs).
Glucose, fructose, dextrose, madu, syrup jagung, mollases, sucrose atau maltose dapat membantu pertumbuhan ragi dengan cepat, karena itu bahan-bahan tsb jangan diberikan dalam dietnya.
Suspensi Nystatin dapat dipakai dalam 300,000 units perKg bb diberikan peroral 2-3X perhari selama 7-21 hari.

Infeksi Candida sp sytemik merespon dengan baik dengan pemberian ketoconazole dengan dosis 20-30 mg perKg bb diberikan peroral 2X sehari selama 10-14 hari. Dapat pula dengan fluconazole tablets dihancurkan dicampur dengan syrup dan dapat dicampurkan kedalam formula dietnya. Larutan chlorhexidine 10-20 ml dicampurkan kedalam 1 galon aqua dapat  untuk mengkontrol Candidiasis, berikan 10-14 hari, pastikan bahwa burung mau meminumnya, karena banyak burung menolak airminum yang berwarna. Kebersihan dan penyimpanan makanan burung harus higienis.

Tembolok kebakar (crop burns)

Suhu makanan lolohan untuk anak burung tanpa induk (hand fed birds) adalah antara 100o-104o F. Kadang karena pemanasan dengan menggunakan microwave, makanan terlalu panas. Tembolok yang kepanasan/terbakar oleh makanan lolohan dapat menjadi fistula (lihat halaman 37, figure 5)
Mengatasi fistula karena crop burns perlu penanganan bedah, perbaikan jaringan tembolok dan dijahit dengan dua lapis dengan cara jahitan sederhana terputus (interrupted suture pattern).

Tembolok tersumbat (Crop stasis)

Pengosongan tembolok yang lambat atau tembolok tersumbat sering dijumpai pada burung yang dibesarkan pemelihara dengan lolohan. Anak burung diloloh setiap 2-6 jam tergantung kepada usia burung tsb. Mestinya tembolok sudah kosong ketika masa loloh berikutnya. Penyebab crop stasis ini sangat ber variasi termasuk penyakit sistemik seperti psittacosis atau polyomavirus. Sebab lain adalah formula makanan anak burung tsb seperti  spoiled food, makanan masih panas atau sebaliknya terlalu dingin, makanan tinggi protein, lemak atau serat. Hindari dan hilangkan penyebab utama dan hangatkan. Beri cairan (fluids) dan antibiotika untuk terapi suportif. Sumbatan dapat berupa benda asing, gumpalan makanan atau calculi. Diagnosis didasarkan kepada pemeriksaan palpasi dan radiologik.
Terapi dilakukan dengan perasat bedah, memperbaiki/memperbarui fistula dan hilangkan penyebab sumbatan. Pengempalan makanan dapat diatasi dengan pemberian air kedalam tembolok kemudian diremas-remas dengan lembut (masase) sehingga gumpalan makanan terurai.


KELAINAN-KELAINAN DIDALAM PROVENTRICULUS

Sindroma pemekaran proventriculus

Pemekaran proventriculus sering dijumpai pada bangsa macaws, tetapi belakangan kejadian seperti ini mulai tampak pada spesies lainnya. Penderita biasanya usia muda dan barusan didapat/dibeli. Kemungkinan besar berkaitan dengan infeksi virus avian serositis. Gejala kliniknya kadang sekonyong, ter masuk regurgitasi, penurunan berat badan, diare dan adanya bijian yang tidak tercerna dalam fesesnya. Ditemukan pula gejala neurologik baik sentral maupun peripheral.
Virus putative kelihatannya bersifat neurotropik yaitu menyerang ganglion mesenteric didalam traktus gastrointestinal yang menyebabkan pula infiltrasi lymphocytic kedalam otak dan batang otak (spinal cord). Meskipun pro ventriculus dan lambung (gizzard) umumnya terimbas juga dan kemudian merembet kedalam crop.

Diagnosis pemekaran proventriculus sulit dikofirmasikan tanpa bantuan radiografi (lihat halaman 40, figure 6).
Diagnosis yang definitive didapat dari aspek histologik dengan melakukan biopsy ventriculus atau yang kurang invasive yaitu biopsy tembolok (crop). Adanya gastrointestinal stasis kemudian adanya pertumbuhan bacteria secara sekunder dapat menyebabkan pemekaran proventriculus juga. Untuk meng atasi infeksi sekunder semacam ini diperlukan kultur dari sample feses untuk mengetahui macam bacteria dan sekaligus melakukan uji sensitivitas untuk mencari antibiotika yang cocok.

Melakukan nutritional therapy dengan makanan lunak dapat memperpanjang hidup burung penderita, karena prognosis pemekaran proventrculus adalah buruk. Burung penderita pemekaran proventriculus dalam peternakan burung harus dikeluarkan dari kelompok karena menjadi karier penyakit bacterial menular.

Infeksi megabacteria

Disebut demikian karena ukuran bacteria ini “sangat besar”, yaitu 1x90 um, adalah Gram + bentuk benang (rods) menyebabkan radang proventriculus (proventriculitis), terutama pada bangsa psittacines dan passerine.
Gejala yang timbul adalah regurgitasi, berat badan menurun dan dari radiologik terlihat pemekaran proventriculus. Diagnosis dilakukan dengan mengidentifikasi bacteria dari sample feses dengan pemarnaan Gram+.
Terapi dilakukan dengan pemberian Amphotericine B dicampurkan kedalam air minumnya (1 gram per liter) atau dengan cara gavage 100 mg perKg b.i.d. Dapat pula diberikan Nystatin suspensi peroral dosis 250.000 units 2x sehari selama 10 hari. Mekanisme penularan penyakit ini belum diketahui.

KELAINAN SISTEMIK DALAM TRACTUS DIGESTIVUS

Virus polyoma

Polyomavirus sering menyerang bangsa budgerigars usia dibawah 2 minggu atau psittacine usia 7 minggu meskipun usia dewasa dapat pula menderita karena daya tahan tubuhnya yang lemah.
Gejala klinik: muntah, diare, depresi dan pengosongan tembolok yang lambat. Gejala neurologik jarang terlihat, mati mendadak dapat terjadi. Penderita mengalami perdarahan ditempat paska suntikan i.m atau kalau dicabut bulunya disebabkan karena nekrosis atau gagal fungsi hatinya. Burung yang selamat lewat masa akutnya dapat menjadi asymptomatic carrier penyakit ini.
Di Negara maju, burung untuk pembibitan harus diuji terhadap virus ini, diambil sample dengan cloacal swab DNA probe adakah ditemukan viral antigen. Uji ini kurang valid karena burung yang asymptomatic tidak definitive bebas karena virus kadang menghilang (intermittently shed)

Psittacosis

Psittacosis disebabkan infeksi oleh Chlamydia psittaci. Penyakit ini sangat pathogen dan merupakan zoonosis penting. Gejala klinik: diare, keluaran okulonasal (oculonasal discharges) dan urate basah, berair berwarna kuning kehijauan, anoreksia, berat badan turun dengan bulu-bulu kusut dan suram. Diagnosis dimulai dari riwayat kapan burung mulai dipelihara atau barusan bercampur dengan kebanyakan burung.
Di Negara maju Psittacosis termasuk penyakit yang harus dilaporkan bila menjumpainya. Bagaimana di Indonesia ?. Dari survey serologic (di USA) kedapatan antara 30-70% psittacine pernah/mengidap terinfeksi Chlamydia psittaci, karena itu ada peraturan setiap burung baru (dibeli/ditangkap) harus diuji terhadap C. psittaci. Dari CBC terlihat peningkatan WBC dengan heterophyl belum dewasa, monocytosis dan basophilia. Profile kimia serum menunjukkan peningkatan enzyme hati. Dari radiografi dapat dilihat adanya hepatomegali dan splenomegaly. Penebalan kantong udara (air sacs) kadang terjadi pula.
Diagnosis definitive psittacosis diperoleh dari hasil kultur diambil dari usap conjunctival, cloacal fecal atau choanal. Karena sifat pelepasan virus (virus shedding) yang intermiten, maka sample feses diambil 3 hari berturut untuk kesempatan mendapatkan kultur positif.
Uji antigen ELISA dapat dilakukan dengan keakuratan mamadai. Eastman Kodak ELISA test terhadap C. psittaci 80% spesifik dan 100% sensitive. Complement fixation, latex agglutination, elementary body agglutination dan blocking ELISAs telah pula dilakukan untuk deteksi serum antibody titer C.psittaci. Sayang bahwa beberapa spesies misalnya African gray parrots dan cockatiels tidak respon dengan diagnostic titers.
Terapi terhadap psittacosis dengan Chlortetracycline didalam biji-bijian (impregnated seeds) pellets, atau serbuk campur (mash) 200 g/kg selama 30-45 hari, tetapi ada factor krusial dengan terapi ini, yaitu:

  • Burung tidak menyukai makanan dicampur obat-obatan, sehingga food intake kurang sehingga kadar antibiotika dalam darah tidak cukup

  • Ada kemungkinan bacteria dan ragi dalam traktus gastrointestinal menjadi resistant dan berkembang biak

Doxycycline 22 mg/kg 2x sehari lebih baik dari chlortetracycline, karena absorpsi gastro-intestinal nya lebih baik.
Enrofloxacin menunjukkan keberhasilan melawan psittacosis dengan dosis 15 mg/kg 2x sehari selama 2-3 minggu diberikan peros atau suntikan intra muscular.
100 mg enrofloxacin dalam 1 liter air minum dapat pula diberikan, kesulit annya adalah burung kadang kurang minum dan air minum yang berubah warna dan rasa burung tidak menyukainya.
Keberhasilan terapi dapat dicek 3-6 bulan paska terapi dan terapi dapat di ulang/diteruskan bila diperlukan.


GANGGUAN-GANGGUAN INTESTINAL

Bacterial Enteritis

Bacterial enteritis sering terjadi diantara bangsa psittacine dan menyebabkan sepsis yang berakibat fatal. Sangat dianjurkan, bahwa setiap mengetahui burung dalam keadaan stress yang dikonsultasikan lakukan fecal Gram’s stain dan bagi burung yang rawat inap dan sedang menjalani terapi dengan antibiotika perlu dilakukan fecal Gram’ stain setiap hari.

Infeksi Bakteri Gram Negatif

Bakteria Gram negative, seperti Escherichia coli, Pseudomonas, Klebsiella, Enterobacter dan Campylobacter sering terjadi meskipun masih controversial. Pemeriksaan fecal dengan pe-warnaan Gram’s pada burung normal dapat ditemukan (<5%) adanya bakteri Gram Negatif. Ada pendapat, meskipun tidak memperlihatkan gejala klinik, bila ditemukan dalam sample fecal Gram’s stain bakteri Gram Negatif harus dilakukan terapi antibiotika, sedang yang lain perawatan antibiotika hanya dilakukan bila ditemukan gejala-gejala kliniknya saja.
Terapi antibiotika didasarkan kepada temuan gejala klinik, fecal Gram’s stain dan uji sensitivitas.
Burung yang menunjukkan gejala diare, depresi, bulu kusut dan suram segera lakukan pe-meriksaan fecal Gram’s stain dan cloacal culture dan segera lakukan terapi cairan (fluid therapy) dan antibiotika. Penderita dalam keadaan kritis segera mulai dengan pemberian antibiotika mis: piperacillin, amikacin atau cefotaxime seraya menunggu hasil sensitivitas untuk menentukan antibiotika yang tepat (lihat table antibiotika).

DAFTAR PILIHAN ANTIBIOTIKA DALAM AVMED


Nama Generik               Merk dagang                                        Dosis

            Amikacin                       Amiglyde-V (Fort Dodge)              10-15 mg/kg i.m. b.i.d

            Cefotaxime                    Claforan (Hoechst-Roussel)           75-100 mg/kg i.m t.i.d

            Cephalexin                     Keflek (Dista)                             35-50 mg/kg peroral tiap 4 jam

            Chloramphenicol Sod.      Chloromycetin (Parke-Davis)         50-80 mg/kg i.m t.i.d

            Doxycycline                   Vibramycin (Pfizer)                      25 mg/kg i.v atau peroral b.i.d
                                                                                                (African gray parrots, cockatoo)
                                                                                                40-50 mg/kg s.i.d to b.i.d
                                                                                                (cockatiels, Amazon parrots)

            Enrofloxacin                   Baytril (Miles)                             5-15 mg/kg peroral atau i.m b.i.d

            Gentamicin                    Gentocin (Schering-Plough)          5 mg/kg i.m s.i.d to b.i.d

            Metronidazole                 Flagyl (Searle)                            30 mg/kg b.i.d for 10 days atau
                                                                                                10 mg/kg peroral b.i.d

            Piperacillin                     Pipracil (Lederle)                         100-200 mg/kg i.m t.i.d to q.i.d
                                                                                                75-100 mg/kg tiap 4-6 jam i.m.
                                                                                                (Amazon parrots)

            Ticarcillin                       Ticar (SmithKline-Beecham)          150-200 mg/kg i.m. t.i.d

            Tylosin                          Tylan Soluble (Elanco)                 10-30 mg/kg peroral b.i.d atau
                                                                                                ½ sdk the per quart of water


Campylobacter jejuni tidak dapat dideteksi dengan culture rutin, karena bakteri ini memerlukan perlakuan khusus (specific transport medium).
Suspek C. jejuni didahului oleh diperlihatkannya gejala: ditemukannya bakteri bentuk rods seperti spirocheta Gram negative dalam jumlah besar disertai gejala :diare, depresi dan anorexia (lihat halaman 40, figure 8). Informasikan kepada pemilik atau pemelihara bahwa C jejuni adalah zoonosis.
C. jejuni dapat diterapi dengan Tylosis, chloramphenicol atau doxycyclin. Prognosisnya baik bila kondisi umum burung baik.

Infeksi bakteri Gram positif

Clostridium perfringens secara normal dapat ditemukan didalam usus, tetapi bentuk sporanya dapat menghasilkan enterotoxin yang berbahaya. Bentuk spora jauh lebih besar dibanding dengan organisme Gram positif lainnya. Keadaan enterotoxemia mengikuti pemakaian anti-biotika, pergantian diet atau keadaan stress yang berat. Bila ditemukan saja >6 spora setiap bidang oil-immersion, maka cukup untuk menegakkan diagnosis (lihat halaman 40, figure 9).

Diagnosis yang lebih definitive bila didapat alpha enterotoxin assay pada fecal sample. Uji ini mudah didapat lewat laboratorium kesehatan manusia/hewan dengan mengirimkan contoh feses sedikit saja. Terapi dapat diberikan Metronidazole 10 mg/kg peroral b.i.d atau tylosin 10-30 mg/kg peroral b.i.d selama 7 hari.
Mycobacterium avium, M intracellulare, M tuberculosis dan M bovis terbukti sudah sering ditemukan diantara burung piaraan (pet birds). Infeksi oleh Mycobacterium sp biasanya melibatkan intestine, paru, tulang, kulit dan hepar. Bila infeksi sudah melibatkan tulang, dari radiologik dapat terlihat. Lesi dikulit dapat sebesar 1 cm berupa granulomatous nodules yang isinya jaringan fibrosa berwarna kuning. Adakalanya infeksi oleh Mycobacterium sp sulit ditentukan tanpa melakukan biopsy liver atau intestine, kecuali kalau ada harga yang persisten dari leukocytosis (WBC>25,000 cells/ul) disertai heterophilia dan monocytosis. Kondisi Burung umumnya sudah sangat buruk dan kurus. Langkah diagnosis pertama dengan membuat preparat cepat feses dengan acid-fast stains (lihat halaman 45, figure 10).

Diagnosis positif dibuat melalui kultur atau biopsy dan ditemukannya bakteri tahan asam.
Terapi dilakukan segera dan harus diingat bahwa infeksi ini adalah zoonosis sehingga melibatkan kesehatan lingkungan dan kesehatan masyarakat.

Parasit intestinal

Infeksi oleh parasit pada burung sangatlah umum, apalagi burung yang di pelihara dalam kandang besar bersama dengan lantai tanah. Tabel yang berikut menunjukkan daftar berbagai macam parasit dan bangsa spesies burung yang umumnya diserang dan terapinya.

Diagnosis didasarkan kepada ditemukannya parasit dari pemeriksaan preparat ulas langsung (direct smear) atau uji apung (fecal flotation).
Giardiasis banyak ditemukan pada burung piaraan (pet-birds). Dengan pewarnaan Gram negative, Giardia trophozoites kelihatan seperti raket tennis (lihat halaman 45, figure 11).
Gejala Giardiasis adalah: diare, berat badan menurun. Mikroorganisme ini mudah dilihat pada preparat slide atau wet mount, tetapi patut diingatkan bahwa perilaku trophozoit ataupun cysts ini dapat menghilang dan timbul kembali. Terapi dengan metronidazole 30 mg/kg peroral b.i.d selama 10 hari


TABEL PARASIT PADA BURUNG

Parasit             Spesies             Gejala               Uji diagn                     Terapi

Trichomonas       Budgerigars        anorexia            oral plaque        Metronidazole 30mg/kg oral
                        Finches              regurgitasi         crop wash          b.i.d for 10 days (kecuali finches)
                                                Dyspneu,diare

Giardia lamblia   budgerigars       anorexia            ulas feses          metronidazole 30 mg/kg b.i.d
                        Cockatiels          diare                 uji apung           selama 14 hari (kecuali finches)
                        Lovebirds           bb turun            Gram’s stain      fenbendazole 20-50 mg/kg s.i.d
                                                 M’cucuk bulu      trichrom stain     selama 3 hari

Eimeria sp         Loriekeets          bb turun            fecal flotation     ivermectin 0.2 mg/kg oral atau s.c
Isospora sp        toucans             diare                                         sulfamethazine 75 mg/kg s.i.d 3 hari
                        Canaries                                                            amprolium 3 ml/liter dalam airminum
                                                                                                Selama 7 hari

Cryptosporidium burung muda     diare, sneezing   prep. Langsung   -
                        Imunosupres      batuk                acidfast stain


CACING

Ascarids            cockatiels          none, bb turun    fecal flotation     fenbendazole 10-50 mg/kg s.i.d 3-5 h
                        Macaws             p’tumbuh ter-                             ivermectin 0,2 mg/kg oral atau s.c 1X
                        Budgerigars       hambat                                    

Capillaria           macaws             dysphagia          fecal flotation     fenbendazole
                        Budgerigars       diare                                         ivermectin
                        Canaries            anemi, lemah    
                                                Bb turun

Spirurids            parakeets          bb turun            fecal flotation     fenbendazole, ivermectin
Spiroptera                                 lethargy           
Incesta                                      growth inhibit-
dispharynx                                 tion
nasula

cestodes            cockatoos          bb turun            fecal flotation     praziquantel 5-20 mg/kg oral / i.m
                        African gray       proglottids                                 (diulang setelah 2 minggu)
                        Parrots              dalam feces



Kelainan cloaca

Yang sering ditemukan pada bangsa psittacine adalah cloacal papilloma dan cloacal prolapsus. Papilloma sering ditemukan pada macaws, conures dan amazons; sedangkan prolapsus sering pada cockatoos dan African gray parrots. Prolapsus memperlihatkan aspek halus, sedangkan papilloma ke lihatan kasar seperti bunga cauli (lihat halaman 45, figure 13).

Penyebab papilloma belum diketahui benar, mungkin penyebabnya virus. Papilloma terjadi biasanya pada mukosa alat pencernakan, mulut, tembolok, esophagus dan proventriculus, tapi paling sering dalam cloaca.
Terapi untuk papilloma dengan cauterisasi listrik (electrocautery), cauterisasi kimia (silver nitrate) atau diangkat secara bedah. Sedang dalam pengem bangan penelitian kemungkinan pencegahan dengan auto-genous vaccines.
Prolapsus cloaca melibatkan bagian distal usus besar, oviduct dan ureter. Prolapsus umumnya terjadi sekunder karena radang usus besar (colitis), kelainan pada otot sphinchter cloaca atau dystocia. Prolapsus karena dystocia biasanya terikut uterus, oviduct dan vagina.
Penanganan dilakukan dengan membersihkan jaringan disekitar cloaca, mungkin ada telur atau pecahannya. Jaringan nekrotik dihilangkan dan dilakukan jahitan seperlunya. Untuk prolapsus yang timbul kembali mungkin perlu dilakukan intra-abdominal cloacapexy


PERAWATAN KULIT & BULU BURUNG

Pendahuluan

Bulu, disamping suara/ocehan, merupakan alasan utama memelihara, me ngagumi dan menyayangi menyayangi burung. Alangkah indahnya warna bulu burung dan kombinasi warnanya sangat mengagumkan.
Lihatlah betapa indahnya kombinasi warna dan struktur bulu burung cenderawasih, merak, loeries, parakeets, dara mahkota, burung mutiara, dsb. Tidak pelak lagi burung merupakan salah satu hewan piara dan kesayangan segala lapisan social dan ekonomi masyarakat kota dan desa. Demikian pula ocehan burung, yang teratur, berirama, berkala dan berulang mampu me nentramkan jiwa-raga yang mendengarkannya. Dokter Hewan karena latar belakang pendidikannya dan profesinya langsung terlibat baik preventif, kuratif dan konservasi masalah-masalah burung melalui Avian Medicine.
Kulit dan bulu, demikian pula suara adalah hal yang pertama paling di perhatikan oleh pemilik atau pemelihara. Keluhan dan kelainan akan kulit, bulu dan suara menjadi alasan utama penggemar/penyayang burung berkunsultasi kepada profesi Dokter Hewan.
Dalam konsultasi kepada Dokter Hewan, riwayat burung memegang peran terpenting, kapan mulai dipelihara, dari mana asalnya, beli dari pet-shop atau peternak, dipelihara tersendiri atau bercampur, menangkap dari hutan, apa dan bagaimana makanannya, dsb, dsb dan barulah memperhatikan keluh annya.
Bulu suram, rontog, tidak teratur dsb, fikiran pertama kepada riwayat nutrisi dan managemen lainnya

Grooming

Burung peliharaan perlu dimaintain baik dari aspek keindahannya (cosmetics), kebersihannya juga menyangkut aspek preventif medicine. Pemotongan bulu sayap, misalnya, bukan saja untuk mencegah burung lepas terbang, melainkan 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar