U L A R (SNAKES)
Oleh:
Drh. S. Dharmojono
PENDAHULUAN
Ular adalah salah satu jenis bangsa Reptilia, yaitu bangsa binatang melata.
Ular sangat banyak jenisnya, besar, kecil, warna dan habitatnya ada yang sudah
langka dan ada yang masih banyak. Lepas dari itu semuanya yang terpenting
adalah ada yang berbisa dan ada yang
tidak berbisa. Tentu saja jenis yang
berbisa adalah sangat berbahaya dan yang lainnya ada yang dilindungi peraturan
perundangan dalam rangka pelestariannya (conservation).
Kenyataannya sudah banyak orang penyayang dan
memelihara ular dan mulailah ular sebagai binatang piaraan / kesayangan (pet animal).
Untuk ular jenis langka dan atau yang berbisa, hanya
diizinkan , itupun secara terbatas, dipelihara oleh Kebun Binatang, herpetologist dengan izin khusus.
PENAMPILAN
ULAR
Ular berkesan sebagai hewan purbakala. Ular berbentuk
panjang bulat (Jawa: gilig), dari panjang beberapa cm sampai yang panjang
beberapa meter, tanpa kaki dengan kulit penuh dengan sisik yang kering dan
kulit bersisik ini sangat luwes dan elastic termasuk mulutnya dapat melebar
manakala menelan mangsanya. Keistimewaannya adalah pelupuk matanya hampir tidak
bisa bergerak (berkedip) dan mempunyai telinga dengan lobang telinga diluar.
Ular mendiami habitat yang sangat bervariasi dari
aspek ekologik dari yang hanya tanah daratan, berpohon-pohon, liang dan goa (under ground), air tawar sampai ke
air-asin.
Ular terdapat disemua benua didunia kecuali daerah
antartika. Beberapa daerah seperti Hawai ,
New Zealand ,
Icelandia dan Irelandia dari sejarahnya tidak terdapat bangsa ular asli.
ULAR SEBAGAI
PET
ANIMAL
Ular mulai digemari sebagai hewan kesayangan (pet animal) karena lembut, ramah,
anggun, dapat diajak berteman, atraktif dan berpenampilan luar biasa.
Umumnya ular yang berperilaku seperti itu adalah
bangsa Boas, pythons, rattles, racer, popher, garter dan ular-susu (milk-snake)
Makanan ular sangat bervariasi. Ular bangsa Boas dan Phyton dapat menjadi sangat besar sehingga membutuhkan kandang yang
besar pula.
Memilih ular sebgai hewan kesayangan, patut
mempertimbangkan hal-hal sbb:
- Habitat: luas dan besarnya
kandang, macam makanannya, suhu lingkungan, kelembaban udara, sinar
matahari (ataupun sinar artificial) dan sanitasi dan hygiene
- Temperamen (animal behavior). Ular bangsa yang
dapat diajak bermain dan bersantai diluar kandang ataukah yang akan dipelihara
didalam kandang saja untuk diperhatikan dan dinikmati perilakunya dari
luar kandang.
Perilaku Ular (snake
behavior) sangat bervariasi baik antar spesies maupun didalam spesiesnya
sendiri. Beberapa bangsa ular (misalnya Boa
constrictors) adalah lembut (gentle),
kalem (docile nature) apalagi bila
ular tsb dipelihara sudah sejak kecil.
Diantara bangsa ular tropic, bangsa ular boa constrictor paling cocok sebagai
hewan kesayangan.
Ular bangsa Phyton,
sulit diperkirakan (unpredictable)
karena cenderung saling berkelai (pugnacious)
ketika nanti menjadi dewasa (kelamin) tidak peduli apakah sudah sering diajak
bergaul atau tidak.
Phyton Burma dan Reticulated
apa lagi yang jarang diajak bergaul, harus sangat berhati-hati dan waspada
ketika hendak diberi makan karena perilakunya sulit diduga suka menyambar,
sedangkan Phyton Ball dapat
diperkirakan perilakunya diantara bangsa Phyton
lainnya.
Dari aspek perilaku, hal-hal berikut perlu mendapat
perhatian apalagi bagi penyayang / pemelihara ular pemula. Hal-hal penting tsb
adalah sbb:
- Beberapa bangsa ular (anacondas) sulit beradaptasi dan
temperamennya sebagai hewan piara sulit diduga. Ular yang ditangkap dari
habitat aslinya apalagi sudah dewasa, tidak cocok sebagai ular kesayangan
karena sudah sulit dijinakkan, karena instink dan perilakunya sudah
dibentuk oleh habitat aslinya, kecuali ular bangsa Boa Californian Rosy. Bangsa ini meskipun didapat telah
dewasa, perilakunya sebagai hewan piara sangat pemalu dan docile.
- Pilih ular untuk
piaraan yang mudah makanannya dan cara memberi makannya dan punya
kebiasaan keteraturan makan.
- Perhatikan apakah ada
cacat fisik, karena kekasaran atau perilaku penangkapan (handling) lainnya secara sembrono
yang menyakitkan dapat menyebabkan cacat atau sakit organ dalam yang sulit
disembuhkan atau direhabilisasi. Jangan memilih ular dengan riwayat
seperti ini untuk dipelihara.
- Ular yang menyukai
hidup tersembunyi atau dilobang-lobang tanah, sulit dirubah perilakunya
untuk dipelihara didalam kandang kaca yang dapat dinikmati keindahannya
dari luar.
- Jangan memelihara
bangsa ular yang berbisa.
PERKANDANGAN
Secara umum, sebenarnya ular tidak memerlukan kandang
yang besar atau luas, berhubung dengan perilakunya yang selalu melingkar dan
tidak aktif (nonexertional activity).
Asal kandang cukup untuk ular berjalan/bergerak baik horizontal maupun vertical.
Yang lebih penting adalah isi didalam kandang tsb yang sejauh mungkin meniru
habitat aslinya, seperti pepohonan, tempat untuk melingkar (lebih lanjut akan
dikemukakan dibawah).
Kandang yang menyerupai aquarium cocok sebagai kandang ular piaraan, sehingga penikmat
dapat melihat ular dari luar kandang dengan aman. Yang juga penting adalah
lingkungan kandang sedemikian rupa sehingga suhu, kelembaban lingkungan cocok
sebagai habitat ular ybs.
Kandang yang terbuat dari kawat kurang cocok untuk
ular apalagi ular yang perilakunya selalu ingin melarikan/melepaskan diri.
Biasanya ular dengan perilaku demikian, adalah ahli/seniman melarikan diri (escape artist) seringkali terlihat adanya luka-luka dimulut dan hidungnya.
Jadi kandang ular haruslah terjamin untuk ular tidak dapat menyusup keluar,
ingat bahwa tubuh ular sangat lentur dan luwes sehingga lubang kecil dikadang
dapat dilewatinya, pendeknya kandang ular haruslah “escape proof”.
Sebagai alas kandang ular bahan-bahan berikut baik
digunakan yaitu: kertas Koran (yang belum dipakai sebagai koran), kertas “butcher”, paper-towels, terrycloth
towels atau carpet indoor/outdoor
karena ular bukanlah hewan mengrikiti (rodent).
Bahan-bahan tsb, terutama yang disebut dua terdahulu mudah dibentuk dan mudah
dibersihkan dari kotoran dan tetap kering. Bila menggunakan bahan carpet indoor /outdoor, sediakan rangkap, jadi bila yang satu sedang dicuci dan
didesinfektansia dapat diganti oleh yang lainnya. Diatas alas kandang tsb dapat
pula diberi pelunak dengan kulit kacang tanah, tongkol jagung yang diremukkan,
tahi gergaji atau kerikil untuk kucing (kitty
litter) keburukannya adalah bahan itu
bila tidak disertai tindakan sanitasi & hygienic yang mamadai justru menjadi
lembab dan menjadi sumber parasit. Disamping itu bahan tsb dapat mencemari
makanan dan ikut tertelan yang dapat mengakibatkan alat pencernakan terluka
atau tersumbat. Untuk keperluan kese-nangannya ular merambat dan memanjat,
lengkapilah dengan bahan yang dapat untuk keperluan tsb seperti dahan, kayu, tali
tambang dsb.
TEMPAT
SEMBUNYIAN (VISUAL SECURITY)
Ular seperti halnya Iguana, senang istirahat ditempat yang aman dan tersembunyi, tidak
terlihat dari luar. Banyak ular yang tidak mau makan lantaran tidak ada tempat
untuk sembunyi, karena itu sediakanlah tempat untuk keperluan itu yang dapat
dibuat dari bahan-bahan pepohonan artificial.
Pohonan artificial terbuat dari bahan
sutera lebih baik yang warnanya sesuai dengan warna kulit ular ybs, ular senang
berkomuflase, disamping itu karena mudah dibersihkan dengan desinfentansia.
KONDISI
LINGKUNGAN
Untuk daerah tropic seyogyanya memilih ular dari
daerah tropic pula. Bangsa ular Boa
constrictors, Phyton, dsb memerlukan suhu lingkungan yang hangat dan derajat
kelembaban yang relative tinggi. Suhu siang hari yang baik untuk lingkungan
kandang ular adalah 80-85oF, sedang suhu pada malam hari 70-75oF.
Ular asal Amerika Asli (Native American
Snakes) memerlukan suhu lingkungan antara 70-80oF.
Kandang yang luas memerlukan kelengkapan
lampu-penghangat. Kalau lampu-penghangat dipasang agar lampu tsb diberi proteksi
atau penghalang agar ular tidak menyentuh lampu-penghangat secara langsung.
Seringkali ular menderita luka bakar pada hidungnya atau tubuh bagian lainnya
karena menyentuh lampu yang sedang panas. Suhu lingkungan yang cocok bagi ular
akan memacu metabolisme sel, sehingga ular lebih aktif dan fungsi organ-organ
secara umum menjadi lebih baik alias ular menjadi sehat.
PENYINARAN
Upayakan kandang mendapatkan sinar matahari (tanpa
filter) secara langsung, karena sinar matahari langsung adalah kebutuhan
lingkungan yang paling sehat dan asli. Sayangnya bahwa penyayang/pemelihara
ular (dan reptile pada umumnya) memiliki lahan yang tidak cukup luas, sehingga kedalam
kadang sukar diperoleh sinar matahari langsung. Untuk mengatasi hal ini paling
baik adalah melengkapi kandang dengan sinar UV artificial. Untuk
lampu sumber sinar UV artificial
jangan keliru dengan lampu fluorescent
atau incandescent. Seyogyanya dipasang
thermometer alcohol untuk mencek suhu lingkungan setiap waktu. Lama mendapatkan
sinar artificial ini pada siang hari selama 10-12 jam, sedangkan pada cuaca
mendung /agak gelap selama 12-14 jam sehari.
AIR
Air bersih harus selalu tersedia sepanjang waktu.
Sebenarnya ular hanya memerlukan sedikit saja untuk keperluan minum, tetapi
ular senang berendam, oleh karena itu sediakan tempat air yang agak luas.
Disamping itu tempat air yang luas akan memberikan kontribusi penguapan dilingkungan,
sehingga memelihara kelembaban relative didalam kandang, apalagi bila kandang
dibuat dengan dinding kaca seperti aquarium. Upayakan juga bahwa air tsb dapat
diisi dari luar, agar pemelihara tidak perlu masuk kedalam kandang, tetapi
upayakan agar “swimming pole” tsb mudah
dibersihkan. Air kotor adalah sumber mikro-organisme penyebab penyakit infeksi.
MAKANAN
- Ahli ular (herpetologist) dan pemelihara/penyayang
ular yang telah berpengalaman menyarankan
bahwa ular harus dibiasakan makan mangsa yang telah mati (dead or incapacitated prey).
Mengapa demikian, mangsa mati tidak lagi bisa melawan sehingga tidak mungkin
melukai ular. Lagi pula makanan seperti tsb dapat disimpan didalam
refrigerator, jadi mudah dan efisien untuk menyediakannya. Makanan yang
ada bulunya (ayam, tikus, kelinci, marmot, dll) seyogyanya bulu-bulunya
dan jerohannya dihilangkan dahulu baru dapat disimpan, sebab kalau tidak dikhawatirkan
didalam jerohan mangsa tsb terkandung mikro-organisme pathogen, sedangkan
bulu adalah materi yang sulit dicerna sehingga dikemudian hari dapat
menjadi bola rambut (hair ball).
- Bila ular tidak
berselera memangsa makanan kecuali yang masih hidup, ya apa boleh buat
harus diberikan mangsa hidup. Upayakan mangsa hidup tsb sudah tidak mampu
lagi melawan atau meronta, misalnya dengan membungkusnya kedalam kantong
kertas (untuk mangsa kecil : tikus, anak ayam, dll), meskipun kertas ikut
tertelan, kertas adalah bahan yang mudah dicerna (karbohidrat). Bila
diberi mangsa hidup dan ular mendiamkannya selama lebih dari 15 menit,
maka mangsa tsb harus dikeluarkan kembali. Ketika beberapa hari atau
minggu kemudian dengan perlakuan yang sama, memberikan mangsa hidup dan ular
tetap menolaknya, maka sudah waktunya ular tsb diperiksa secara kedokteran
dengan teliti.
- Ular pemakan mangsa
hidup membawa resiko ketularan penyakit yang dibawa serta didalam
mangsanya tsb, karena tidak mungkin kita memeriksa mangsa hidup tsb
sedemikian rupa untuk memastikan
bahwa mangsa hidup tsb tidak mengandung sesuatu bibit penyakit. Meskipun
demikian, walaupun hanya secara fisik mangsa hidup untuk ular harus
diperiksa dahulu kesehatannya.
- Berhati-hatilah
memberi makan kepada ular yang lapar dan sangat rakus. Jangan memberikan
mangsa langsung dari tangan pemelihara, karena ular lapar dan rakus akan
segera menyambar mangsa tsb dari tangan dan besar sekali kemungkinan
tangan orang yang memberi mangsa tsb ikut tersambar ular. Apa lagi bila
didalam kandang yang sama ada beberapa ekor ular yang dipelihara dan
sama-sama sedang kelaparan, maka ular akan dengan cepat menangkap mangsa
tsb dan berebutan, tiada yang mau mengalah. Oleh karena itu memberi makan
kepada beberapa ular yang dipelihara didalam satu kandang memberi makannya
satu persatu dan gunakan tongkat penjepit (misalnya bambu) yang panjang
untuk menghindari sambaran ular yang cepat.
- Keuntungan memberikan
mangsa yang masih hidup (whole prey
items) kepada ular, apalagi
kalau baru ditangkap dari alam, yalah mangsa tsb masih mempunyai relative
komponen nutrisi yang lengkap.
- Ular juga memerlukan
vitamin dan mineral. Karena perilaku makan ular adalah menelan utuh-utuh
mangsanya, maka vitamin & mineral dalam kapsul dapat diselundupkan/ diselipkan
saja via mangsanya tsb.
- Jadwal pemberian makan
kepada ular peliharaan tergantung kepada umur, spesies, ukuran besarnya (size) dan kebutuhan individual
(misalnya sedang bertelur, habis ganti kulit, dsb). Secara umum ular
peliharaan diberi makan 1-2 kali seminggu, sedangkan ular muda yang sedang
tumbuh memerlukan frekwensi pemberian makan yang lebih sering, sebaliknya
ular tua lebih dijarangkan mungkin sekali seminggu saja, bahkan sekali
setiap 3-6 minggu. Lebih praktis adalah mencari pengalaman sendiri seberapa
banyak (jumlah / porsi makanan) dan berapa sering makanan diberikan untuk
ular piaraannya.
- Ular juga dapat
menderita obesitas kalau porsi makannya tidak dibatasi
DIETS YANG SPESIFIK UNTUK ULAR
Seperti halnya spesies apapun, hewan juga mempunyai
individual spesifikasi dalam hal memilih makanannya. Berikut adalah spesifikasi
makanan dimaksud
Spesies: Boa
constrictors, Phytons, ular tikus (rat
snakes), gopher, bull snakes,
- Lebih menyukai mangsa
bangsa hewan berdarah panas (warm-blooded
prey) seperti burung, rodent (tikus), ayam, dll
- Spesies ini juga
menyukai sebangsa reptile lainnya misalnya kadal dan ular yang lebih kecil
ukurannya.
Spesies: Garter snakes,
ribbon snakes, water snakes dll
- Ikan, kodok,
salamanders, cacing tanah, slugs (Keong
bugil), carrion (hewan melata
kecil), dll
- Juga suka tikus (yang
sudah mati)
Spesies: Indigo snakes,
king snakes, racers
- Mangsa hewan beradarah
panas (tikus, dll)
- Bangsa reptile lainnya
yang lebih kecil (kadal, ular kecil, dll)
- Indigos snakes kadang menyukai makanan yang diperuntukkan anjing atau kucing
juga, jadi lebih mudah menyediakan makanannya, apalagi dengan komposisi
nutrisi yang baik
Spesies : Ring-neck,
Brown-snakes dan familinya
- Salamander,
cacing-tanah, kadal, ular kecil, reptilian kecil
Spesies: Racer, Vine
snakes, coachwhips
- Bangsa kadal, tikus,
ayam, bangsa burung bersarang ditanah, jengkerik, belalang
SHEDDING (ECDYSIS)
Shedding atau Ecdysis
(Bahasa Jawa: nglungsungi) adalah
proses dimana ular secara berkala (periodic)
melepaskan bagian kulit terluar. Proses ini dibawah control hormonal dan berkaitan dengan
pertumbuhan. Kebanyakan ular mengalami proses shedding kulitnya sebanyak 4-8 kali pertahunnya. Adapun proses shedding bergantung kepada banyak factor
termasuk: umur, suhu lingkungan, nutrisi dan frekwensi maupun kwantitas
makannya dan aktivitas ular lainnya. Ular muda lebih sering mengalami shedding karena masih dalam proses
pertumbuhan yang pesat.
Pada ular yang normal dan sehat, maka proses shedding tidak mengalami kesulitan dan
proses terjadi simultan sekaligus seluruh badan dengan mulus. Pada ular yang
mengidap luka atau cacat dikulit dan ular yang dipelihara didalam kandang yang
suhu dan kelembabannya suboptimal, maka proses shedding tidak lancar, dibeberapa tempat bagian tubuh kulit shedding nya kadang tertinggal (sulit
atau tidak mau lepas).
Proses shedding
bagi ular merupakan factor stress
juga. Ular yang tidak sehat apalagi disertai nutrisi dan managemen yang tidak
baik, akan mengalami kesulitan ketika proses shedding. Lepasnya kulit tidak terjadi sekaligus, melainkan
sebahagian-sebahagian dan merupakan stress
bagi ular ybs, terutama bila terjadinya dikulit mata. Ular akan terganggu
penglihatannya dan tidak awas dalam mencari mangsanya.
Proses shedding
didahului oleh masa inaktif ular ybs. Umumnya proses shedding berjalan selama 1-2 minggu, dalam periode mana mata
menjadi redup dan pandangan kabur berwarna putih kebiruan. Keadaan ini
mengganggu aktivitas ular terutama dalam mencari mangsanya. Tetapi kondisi ini
menjadikan ular curigaan dan menjadi agresif, karenanya pemelihara harus lebih
waspada.
Kulit baru setelah proses shedding kelihatan mengkilat tetapi lunak dan masih gampang
terluka.
Mata yang mengalami proses shedding, visusnya akan kembali menjadi jelas lagi setelah 7-15
hari. Kadang terlihat pada ular yang mengalami incomplete shedding ini menggosok-gosokkan kulitnya untuk membantu
melepaskan kulit shedding tsb. Shedding umumnya dimulai dari kulit
sebelah kepala dahulu. Setelah berhasil membebaskan diri dari kulit shedding dibagian mata dan kepala, maka shedding bagian tubuh akan mudah lepas.
Untuk membantu ini, ular seringkali terlihat suka menyusup lewat tempat-tempat
yang sempit dengan maksud melepaskan segera kulit shedding bagian tubuh tsb. Tidak jarang kita melihat adanya kulit shedding yang bagian tubuhnya utuh.
Setelah selesai proses shedding, ular
defikasi dan banyak makan dan minum.
REPRODUKSI
Ular mempunyai dua cara menghasilkan keturunannya.
Cara pertama dengan “mengerami” telur-telur yang sudah dibuahi didalam tubuh
yang betina. Setelah embryo tumbuh sempurna, maka anak-anak tsb dikeluarkan
(“dilahirkan”).
Ular bangsa Boa
constrictors, water-snakes, garter-snakes dan rattle-snakes adalah bangsa ular yang menghasilkan keturunannya
dengan cara ini karena itu bangsa ular ini tergolong ovoviviparous.
Cara kedua adalah dengan meletakkan telur-telurnya
disuatu tempat yang dipandang aman dan lingkungannya sesuai untuk pengeraman.
Bila tiba saatnya, telur-telur akan menetas. Bangsa ular yang tergolong
demikian ini disebut: oviparous,
misalnya bangsa Phyton, rat-snakes, milk-snakes. Anak-anak ular
yang ditetaskan langsung akan menjalani kehidupannya sendiri tanpa diasuh
induknya.
Banyak penyayang dan pemelihara ular yang sudah
berhasil membiakkan ularnya didalam kandang. Sekali perkawinan dapat
menghasilkan 3 kelompok telur (clutches
of eggs) atau “melahirkan” 3 ekor anak. Hal ini bisa terjadi karena sel
sperma dapat disimpan didalam alat reproduksi (reproduction tract) betina setelah diejakulasikan pejantannya.
Untuk berhasilnya pembiakan ular didalam kandang peliharaan
sangat penting pasangan ular yang cocok usia dan kelaminnya.
Menentukan jenis kelamin pada ular agak sulit karena
antara jantan dan betina sangat mirip. Ular Boa
constrictor dan Phyton jantan memiliki “spur”
pada kedua sisi lobang kelaminnya (vent),
meskipun yang betina memiliki juga walaupun lebih kecil.
Ular yang panjangnya kurang dari 18 inches dapat
diidentifikasi jenis kelaminnya dengan cara menekan jaringan disekitar lobang
kelaminnya. Pada yang jantan akan kelihatan sepasang “hemipenes” yang berbentuk lonjong-panjang berstruktur “spur” yang dapat dikeluarkan, struktur
ini diperlukan ketika pasangan ular melakukan hubungan kelamin dengan
betinanya.
Biasanya untuk mengetahui jenis kelamin pada ular
(yang panjangnya lebih dari 18 inches) digunakan “probe” panjang dan berujung tumpul yang disisipkan kedalam lobang
kelamin (vent) kearah bagian ekor (ke
caudal). Probe ini akan dapat
dimasukkan dangkal saja pada yang betina dan lebih dalam pada yang jantan.
Namun cara ini harus dilakukan berhati-hati dan oleh orang yang sudah
berpengalaman.
PENGERAMAN
TELUR ARTIFISIAL
Menetaskan telur ular yang sudah dibuahi tidaklah
sukar. Air dalam jembangan kecil (bisa didalam Styrofoam picnic). Kemudian setumpukan rumput/hijauan kering
semacam silo (peat moss, sphagnum moss,
vermiculite), atau shredded newspaper
kemudian ditambahkan paper towels.
Telur-telur dengan hati-hati ditaruh dalam medium tsb. Untuk menjaga agar
telur-telur tidak kekeringan medium tsb dapat dilembabkan (dipercikkan air),
asal jangan terlalu basah (humidity 75-78%). Terlalu
lembab/basah akan mengundang tumbuhnya jamur yang akan membunuh telur-telur
tsb. Dapat pula dipakai alas penghangat listrik (heating pad) sehingga suhu mencapai sekitar 74-84o F. Kemudian tunggu waktu inkubasi sekitar selama 50-60 hari telur-telur akan menetas.
PROBLEMA
KESEHATAN
Defisiensi
nutrisi
Ular piaraan dikandang yang biasa makan mangsa yang
hidup dan utuh justru jarang sekali menderita defisiensi nutrisi, tetapi resiko
tertular penyakit berasal dari mangsa hidup utuh tsb lebih besar. Mangsa hidup
yang masih bayi (misalnya: anak tikus, anak ayam, juvenile goldfish, cacing, dsb) tubuhnya masih “kekurangan nutrisi
komplit”, sehingga bila makanan seperti itu terus menerus yang diberikan,
dikemudian hari dapat mengakibatkan malnutrisi pada ular ybs. Di samping itu
bila makanan itu monotonous (mangsanya
kurang bervariasi), dikemudian hari akan mengakibatkan malnutrisi juga. Untuk
mengatasi masalah ini, sebaiknya dimasukkan / disisipkan kedalam mangsa tsb
kapsul vitamin & mineral (tablet multivitamin).
Tidak mau
makan sendiri
Karena bertahun-tahun dikandang, maka ular piaraan
tidak lagi mempunyai naluri berburu dan tidak punya “struggle for life” lagi, sehingga mangsa ular tsb harus disodorkan
kadang sampai kemulutnya. Banyak ular piaraan seperti ini yang tidak
dimengertri oleh pemelihara, sehingga dikiranya ularnya tidak mau makan,
sehingga menderita kakhexia (kekurusan) dan anoreksia. Lepas dari naluri ular
dalam perilaku makan, maka pemelihara harus mencatat setiap kali memberi makan
dan mengatur jadwalnya
Perlu diketahui apakah anoreksia tsb karena memang
ular belum mendapat mangsa lagi ataukah
memang sedang menderita suatu penyakit.
Kemungkinan sebab-sebab yang perlu dipertimbangkan
pada kondisi dimana ular tidak mau makan, adalah:
- Ular yang baru saja
ditangkap/didapat dan mulai dipelihara didalam kandang sedang beradaptasi
pada lingkungannya
- Ular dalam periode
permulaan shedding (pre-shed)
- Periode akhir
menjelang “melahirkan”
- Ular bangsa besar dan
telah tua, memang makannya sangat berkurang dibandingkan
dengan yang masih muda
- Naluri ular yang
menderita obesitas, cenderung memuasakan diri.
- Anak ular yang baru
saja menetas / lahir baru akan makan setelah berusia 10-14 hari dan setelah
ecdysis yang pertama.
- Sedang hyperaktif
karena musim kawin atau kedalam kandang yang sama sedang dimasukkan ular
yang baru
- Sedang hybernasi
- Menderita sakit
Ceklist, apakah hal-hal yang tsb diatas menjadi
penyebab anoreksia dan kemudian jangan dilupakan dari hal diatas adalah kondisi
lingkungan apakah menunjang kenyamanan ular. Seperti diketahui bahwa ular
daerah tropic memerlukan suhu lingkungan antara 75-85oF untuk berlangsungnya proses pencernakan dan
aktivitas normalnya ular. Disamping itu adakah ular diberi tempat sembunyi
untuk makan (visual security).
Berikan tempat / kotak untuk sembunyi dan makan. Dalam lingkungan suhu
lingkungan yang subnormal ular menjadi lemah/lambat beraksi dan proses
pencernakannya terganggu karena makanan akan menggumpal didalam alat
pencernakan ular sehingga mual dan muntah
REGURGITASI
Setelah menelan mangsanya janganlah ular diajak
bermain atau handling yang lainnya.
Terlu cepat memperlakukan ular segera setelah menelan makanan dapat membuat
ular regurgitasi. Makanan yang diregurgitasi tsb masih berupa makanan belum dicerna dan tidak
berbau. Penyebab regurgitasi yang lainnya adalah kondisi lingkungan yang
terlalu dingin, sehingga proses pencernakan tidak sempurna. Kalau regurgitasi
yang demikian, maka makanan sudah mengalami proses pencernakan dan sangat
berbau. Mengatasi hal ini, lakukan check
temperature lingkungan kandang dan berikan penghangat dengan mengaktifkan lampu
penghangat atau penghangat yang lainnya (heating
pads).
Penyebab regurgitasi yang lainnya mungkin stress (diganggu kanak-kanak), ada
parasit, penyumbatan dalam alat pencernakannya. Untuk persangkaan yang disebut
terakhir diperlukan bantuan radiology
TRAUMA
Kebakar (Burns)
Bila alat pemanas atau lampu pemanas dipasang didalam
kandang dan tidak diisolasi kemungkinan besar ular menyentuh dan terjadi pelepuhan
dikulit atau luka bakar. Memang sangat aneh ular tidak menghindar walaupun ada
bagian tubuhnya terbakar. Mengatasi luka bakar dilakukan sebagaimana merawat
luka yaitu dengan mengkompres luka dan memberikan suntikan antibiotika.
Oleh karena itu kandang dengan lampu pemanas harus
diberi isolasi dengan bahan bukan penghantar panas dan setiap waktu harus
diperiksa fungsinya.
Luka-luka
Luka-luka pada ular yang dipelihara dalam kandang
umumnya terjadi ketika mangsa yang masih hidup memberikan perlawanan. Perilaku
hewan bila terpepet malah balik menyerang lawannya dan ini dilakukannya dengan
nekat. Mangsa hidup yang mampu menggigit dan mencakar dapat menyebabkan luka
serius pada ular ybs.
Luka-luka pada hidung kebanyakan disebabkan upaya
melepaskan diri dari kandang yang tak akan berhenti-hentinya dilakukan dan
kebiasaan ular adalah mengendus dinding kandang atau bagian manapun untuk
mencari peluang dapat melarikan diri. Luka oleh karena hidung selalu bergeseran
dengan dinding kandang menyebabkan terjadinya luka abrasi pada hidung dan robek
atau rusaknya kulit sisik. Bila trauma semacam ini terus terjadi akan timbul ulserasi
yang lebih dalam yang dikemudian hari dapat menimbulkan infeksi dan atau kecacatan.
Untuk mencegah kebiasaan ular mencari jalan keluar
dari kandang memang sulit karena itu adalah perilakunya. Cara yang paling baik
adalah dengan memberikan sebanyak mungkin sarana, sehingga ular dapat hidup
dengan nyaman didalam kandang tsb. Sarana didalam kandang yang dapat
menyenangkan ular didalamnya telah disebutkan terdahulu seperti tempat
sembunyi, pohon-pohonan, kolam renang, penghangat dsb.
Konstipasi
Konstipasi merupakan kelainan defikasi yang sering
terjadi diantara hewan piara termasuk bangsa ular. Penyebabnya sangat bervariasi
mulai dari kondisi lingkungan (misalnya temperatur dan kelembaban didalam
kandang, penyakit alat pencernakan, dehidrasi, perlukaan, endoparasit, dan
radang cloaka (cloacolitis).
Mengatasi konstipasi dapat dilakukan dengan membiarkan
ular berendam didalam air yang hangat selama 20-30 menit sehari selama 1-2
hari. Dengan cara ini biasanya ular lalu dapat defikasi dan urinasi. Bila cara
ini tidak berhasil, perlu bantuan radiology
untuk memastikan adanya sumbatan-sumbatan didalam alat pencernakannya.
Batu cloaka (Cloacoliths)
Dehydrasi dapat terjadi pada ular yang lama sekali
dalam posisi memanjat kemudian melilit vertical pada salah satu sarana kandang,
yang paling sering terjadi adalah pada batang pohon-pohonan. Dengan posisi
seperti tsb dapat terjadi “batu” asam urat (uric
acid stone) didalam cloacanya. Kalau
keadaan demikian tidak segera diketahui, problema tsb akan berlanjut menjadi
penyumbatan didalam cloaca sehingga
ular tidak dapat defikasi dan atau urinasi. Seperti diketahui, bahwa dehydrasi
bukanlah penyakit, melainkan sekedar gejala dari suatu penyakit. Dalam hal
demikianlah jasa Dokter hewan dibutuhkan.
Untuk mengatasi cloacoliths
dapat dilakukan pengambilan cloacoliths
tsb dengan manual. Berikan dahulu mineral oil agar licin dan mengurangi rasa
nyeri bagi ular tsb.
Prolapsus
Prolapsus adalah keluarnya jaringan suatu organ dari tempatnya
melalui suatu lobang. Prolapsus cloaca
cukup sering terjadi diantara ular piaraan, meskipun penyebabnya sulit
diketahui. Penyebab yang paling umum adalah seringnya merejan/kontraksi ketika
mengeluarkan telur atau melahirkan anak-anaknya atau ketika berusaha
mengeluarkan batu cloaca.
Infeksi parasit atau kelainan alat pencernakan lainnya
dapat melatar belakangi kejadian tsb.
Mengatasi prolapsus
sama prosedurnya sebagaimana prolapsus
yang terjadi pada hewan kecil lainnya.
Shedding yang abnormal
Proses shedding dapat
menjadi terganggu, artinya tidak semua kulit shedding dapat dilepaskan segera. Kulit shedding dapat tertinggal dibagian kulit mana saja terutama pada
bagian yang luka dan terjadi semacam “keloid”. Bila tertinggalnya kulit shedding dipelupuk mata dan lama tidak
lepas-lepas, maka menimbulkan masalah penglihatan ular. Karena penglihatan
terganggu, maka berakibat tidak nyaman bagi ular yang menyebabkan gangguan
fisiologik yang lainnya seperti inaktif, tidak mau makan, dehidrasi dll. Namun
begitu tidak dapatnya shedding
berjalan normal dapat saja disebabkan karena ektoparasit, malnutrisi , ada luka
parut (keloid), kondisi lingkungan (suhu, kelembaban, dsb). Pernah dilaporkan
adanya problema kelenjar thyroid pada
ular yang mengganggu proses shedding.
Untuk mengatasi kulit shedding yang tidak mau lepas ini dapat dilakukan merendam ular
kedalam air hangat selama beberapa jam. Kemudian usap kulit shedding dengan handoek basah untuk membantu melepaskan kulit shedding tsb. Alternatif dari cara ini
adalah dengan membungkus ular tsb dengan kain handoek lebar yang tebal dan
lembab. Gulung ular tsb kemudian biarkan ular keluar dari gulungan handoek itu,
maka kulit shedding akan terkelupas.
Kalau perlu ulangi perlakuan seperti itu kalau masih ada kulit shedding yang tertinggal.
Kulit shedding tertinggal dimata
Mulut busuk (ulcerative
stomatitis)
Ulcerative stomatitis adalah penyakit infeksi bacterial yang bersifat
progresif melibatkan bibir dan garis mulut (oral
lining). Gejala dimulai dengan timbulnya hypersalivasi. Kadang saliva
menjadi gelembung-gelembung (seperti balon dari air sabun) dan keluar
dari mulut. Dengan observasi yang lebih teliti
akan terlihat titik-titik perdarahan sepanjang garis mulut. Sepanjang garis
mulut menjadi beradang dan mulai menjadi nanah yang terakumulasi didalam mulut,
terutama diantara jajaran gigi. Selama proses radang berjalan infeksi masuk dan
melibatkan jaringan tulang yang memungkinkan giginya tanggal. Keadaan demikian
tidak akan terjadi bila pengamatan dilakukan dengan teliti sebelum infeksi
makin serius. Ulcerative stomatitis
perlu penanganan oleh Dokter Hewan. Dokter Hewan perlu mengidentifikasi bakteri
stomatitis ini dengan melakukan kultur dari saliva dan atau nanah, sekalian
melakukan uji sensitivitas untuk memilih antibiotika yang sesuai. Pemeriksaan
profil darah diperlukan pula untuk mengevaluasi penyakit ular tsb secara
menyeluruh. Perlu dievaluasi juga apakah ulcerative
stomatitis ini sebenarnya manifestasi dari penyakit organ dalam yang
serius. Biasanya ulcerative stomatitis
merupakan kelanjutan dari gastritis.
Untuk
mengatasi penyakit ulcerative stomatitis
diawali dengan memberikan suntikan vitamin A, vitamin B-complek dan vitamin C
dan berikan antibiotika broadspectrum
seraya menunggu hasil antibiotic
sensitivity test. Selain terapi umumnya ular tidak mau makan, siapkan
tindakan mencegah dehidrasi dan malnutrisi dengan menggunakan slang-lambung (stomach tube).
Umumnya
ular dengan ulcerative stomatitis
dengan timbunan banyak nanah dan infeksi telah melibatkan hingga jaringan
tulang rahang harus segera dilakukan tindakan medik.
Abses
Abses
karena infeksi oleh bakteria sering terjadi pada ular. Letak abses dapat diluar
ataupun didalam. Abses diluar terjadi umumnya karena luka, misalnya ketika
memangsa mangsa hidup, mangsa mana meronta dan melawan, sedangkan abses didalam
terdapat didalam organ (dapat saja menyangkut beberapa organ dalam).
Ular
jarang sekali menghasilkan nanah cair, melainkan konsistensi nanah kental
seperti kiju. Itulah sebabnya terapi antibiotika untuk abses sulit karena
antibiotika sulit menembus materi nanah yang solid tsb. Untuk abses diluar
lebih mudah diatasi dengan tindakan insisi dan dicuci dengan antiseptika.
Sebagian dari nanah kental itu dapat dipakai sebagai material untuk pemeriksaan
laboratorium untuk kultur bakteri dan uji sensitivitas antibiotika. Terapi
dengan antibiotika perparenteral dapat dilakukan pada ular, sedangkan
antibiotika topical dapat untuk abses setelah diinsisi dan dicuci dengan
antiseptika.
Untuk
memastikan adanya abses didalam diperlukan bantuan radiology. Abses didalam mungkin saja dapat dilakukan tindakan
perasat bedah, tetapi dapat juga diatasi dahulu dengan terapi antibiotika
jangka panjang melalui suntikan.
Penyakit Blister
Reptile
yang dipelihara didalam kandang seringkali menderita blister karena managemen yang buruk, seperti kandang lembab, gelap,
kotoran (sisa makanan, feses, urine, dll). Gejala blister umumnya dimulai dengan adanya kemerahan dibagian bawah
sisik (scales). Sisik ini kemudian
menjadi bengkak dan terinfeksi oleh bacteria
atau fungus.
Untuk
mengatasi blister dapat dilakukan
suntikan dan antibiotik topikal. Terapi ini harus diikuti dengan perbaikan
managemen kandang, kesehatan lingkungan dan perbaikan nutrisi.
Septicemia
Infeksi kedalam yang menyebabkan timbulnya septicemia dapat terjadi oleh infeksi
umum oleh mikroorganisme. Septicemia
dapat terjadi karena infeksi kedalam melalui luka atau abses, atau memang
infeksi langsung kedalam organ misalnya kedalam alat pernafasan, alat
gastrointestinal, alat reproduksi, dll.
Gejala septicemia
dapat berupa lethargy, anoreksia,
dehidrasi, muntah (regurgitation),
kulit / sisik kemerahan sampai kepada terjadinya perdarahan dimulai dari kulit.
Prognosis septicemia
dubeus sampai infausta. Untuk mengetahui mikroorganisme apa yang menyebabkannya
harus dilakukan pemeriksaan kultur, pemeriksaan profil darah dan observasi yang
ketat kepada fungsi-fungsi organ yang sekiranya terlibat.
Terapi berupa pemberian suntikan antibiotika, infuse
cairan (fluid therapy), force feeding dan pemberian
vitamin-mineral. Terapi terhadap septicemia
dapat berlangsung lama (longterm
therapy).
Penyakit
alat Pernafasan
Penyakit yang menyangkut alat pernafasan pada ular
sering pula ditemui. Mungkin merupakan kelanjutan dari septicemia, ulcerative stomatitis, infeksi virus, dll. Managemen
yang buruk dan berjalan lama membuat ular stress dan berakhir dengan kelainan
pernafasan.
Gejala yang dapat didengar meliputi suara respirasi
yang kasar, keluaran (discharge) dari
nostril dan atau mulut, batuk dan
respirasi dari mulut (open mouth
breathing). Kondisi demikian memerlukan tindakan medik segera oleh Dokter Hewan.
Untuk mengetahui mikroorganisme penyebab dan antibiotika yang cocok perlu
dilakukan kultur, uji sensivitas dan analisa darah.
Dapat dilakukan pula terapi inhalasio (vaporization or nebulization)
Infeksi mata
Ular piaraan kadang menderita infeksi mata, baik superficial ataupun sampai meluas yang
mengenai keseluruhan mata. Infeksi superficial
disebabkan umumnya perlukaan ringan pada mata, meskipun infeksi mata demikian
harus segera mendapatkan penanganan untuk mencegah infeksi makin meluas. Bila
ada eye caps kulit shedding harus segera dibantu melepaskannya.
Infeksi mata yang meliputi mata keseluruhan dapat pula oleh sebab trauma atau
kelanjutan dari septicemia. Biasanya
bakteri selama proses septicemia
masuk kemata lewat aliran darah. Mengatasi masalah ini diperlukan segera terapi
antibiotika sistemik maupun topical. Kadang, obat untuk membantu latihan
iris-mata (yaitu bagian berwarna didalam mata) dipakai untuk membantu mencegah
terjadinya adhesi didalam mata.
Infeksi
virus
Infeksi oleh virus pada ular masih belum banyak
dimengerti, karena virus memang sangat sulit dideteksi dan diidentifikasi, oleh
karena itu infeksi virus sulit diatasi. Diperkirakan tumor dalam kulit ular
dihabitat aslinya disebabkan oleh virus. Yang lebih serius adalah infeksi virus
yang kemudian melibatkan alat respirasi, alat pencernakan dan atau sistem
syaraf. Pernah dilaporkan dan diidentifikasi virus encephalitis pada seekor ular phyton
dan boa constrictor. Dari otopsi ditemukan kerusakan pada jaringan otak.
Kebanyakan virus adalah sangat menular. Itulah
sebabnya disarankan agar para hobbyist
bila akan memelihara ular baru perlu melalui prosedur karantina dahulu selama
6-8 minggu. Ular yang baru datang benar-benar diisolasi dulu dan diobsevasi
dengan ketat, dicatat adanya gejala-gejala yang timbul. Dokter Hewan dituntut
untuk dapat melakukan evaluasi selama ular dalam karantina tsb. Dalam observasi
dan evaluasi jangan dilupakan pemeriksaan darah.
Infeksi
jamur
Pernah pula dilaporkan adanya infeksi oleh jamur, baik
superficial maupun profundal (deeper mycosis) pada ular. Infeksi oleh jamur ini sebagian besar pada
kulit dan alat pernafasan. Adapula
infeksi jamur dalam mata, hal ini mungkin sekali berasal dari lingkungan
(terutama kandang) yang lembab dan kurang baik pemeliharaannya. Jamur ringworm yang biasanya menginfeksi
manusia dan hewan peliharaan maupun ternak dapat juga menginvasi ular.
Mengatasi infeksi jamur terutama dilakukan dalam preventive medicine terutama sanitasi
dan hygieni kandang dan lingkungan yang bersih. Lantai kandang harus dari bahan
yang mudah dibersihkan.
Ular yang memperlihatkan problem kulit dan atau mata
perlu diperiksa segera oleh Dokter Hewan. Menegakkan diagnosis dengan sangkaan
infeksi jamur harus melakukan kultur dan biopsy
(pada tumor kulit). Untuk mengatasi infeksi jamur diberikan obat-obat anti
fungal baik topical, oral maupun parenteral.
Penyakit
parasit
Telah diketahui bahwa ular dalam sisik-sisiknya
menjadi tempat hidupnya (host) ektoparasit.
Demikian pula endoparasit meliputi protozoa,
helminthiasis (cacing bulat, pita, pipih fluke) menyebabkan penyakit endoparasit didalam alat respirasi,
pencernakan, genitourinarius.
Ektoparasit yang sering ditemukan adalah mites dan ticks. Gejala yang timbul oleh
parasit tsb tergantung kepada jaringan mana dan spesies parasit apa. Tentu saja
ektoparasit lebih gampang didiagnosis, meskipun mites pada stadium immature
tinggal dibawah sisik (scales) malah
ada yang ngendon didalam ruang mata. Pengamatan dengan atau tanpa kaca pembesar
harus dilakukan untuk mengetahui ektoparatism ini.
Untuk mengidentifikasi Endoparasit diperlukan evaluasi
sample darah, feses, urine dan mukosa mulut.
Kebanyakan parasit pada ular kesayangan atau ular
koleksi di zoological museum
didapatnya dari habitat alam ular-ular tsb sebelum dipelihara. Ular kesayangan (pet snakes) yang dipelihara sendirian
sebenarnya jarang menderita parasitism
karena dengan sendirinya hidup terisolasi. Parasitism
yang sering menyerang ular peliharaan umumnya adalah parasit dengan
perantaraan vector dan memerlukan life cycles. Infeksi terjadi melalui
gigitan vector ini atau karena
makanan yang diberikan mengandung parasit.
Ular yang baru diperoleh patut dikarantina dahulu,
seperti telah diutarakan terdahulu, termasuk pemeriksaan darah, feses atau
kerokan kulit untuk menemukan parasit tsb. Kesehatan yang optimum hanya
diperoleh melalui preventive medicine,
yang meliputi pemeriksaan parasit, nutrisi imbang dan managemen lingkungan.
Berikut dikemukakan parasit yang sering ditemukan pada
ular, yaitu
·
Amebiasis, adalah salah satu parasit protozoa yang utama pada ular. Ular penderita ini umumnya
terinfeksi oleh ameba dari makanan
(hidup atau mentah) dan air minum yang tercemar oleh stadium infektif parasit. Amebiasis menyerang sepanjang alat
pencernakan dan hati (liver). Bila amebiasis dikomplikasi oleh infeksi
bacterial tentu saja penyakit menjadi serius. Gejala amebiasis a.l.: diam (listlessness),
hilang nafsu makan, feses sangat berbau busuk disertai lendir dan atau darah.
Diagnosis ditegakkan dengan memeriksa sample feses dan mencari pengalaman dari
otopsi pada ular-ular yang menjadi korban. Hal ini perlu dilakukan bila ular
dipelihara dalam kelompok. Banyak ular yang mengandung ameba ini tanpa memperlihatkan gejala dan sakitnya ketika dialam
bebas. Mereka mendapat parasit ini dari “life
carriers”nya yaitu buaya atau kura-kura. Bangsa ular yang rawan amebiasis adalah boa constrictors, phytons dan ular air (water snakes). Amebiasis dapat
diobati. Obat specific untuk ameba dan
antibiotika mudah diperoleh. Terapi termasuk desinfeksi lingkungan terutama
kandang dengan steam (steam cleaning)
dan bahan desinfeksi dengan larutan bleach
(bleaching solution 3%)
·
Trichomoniasis, yaitu bangsa protozoa
lainnya. Untuk memastikannya adakan pemeriksaan feses secara rutin. Biasanya trichomonas ini didapat dari makanan
berupa tikus (rats and mice) karena
hewan ini menderita trichomoniasis tanpa
memperlihatkan gejala.
Gejala trichomoniasis
yang umum adalah : diare, muntah dan tidak mau makan. Trichomoniasis dapat dikomplikasi oleh infeksi bacterial. Obat trichomoniasis sekaligus dipakai untuk mengatasi
amebiasis juga. Beberapa peneliti
melaporkan bahwa trichomoniasis pada
ular hanya oportunitis saja, selalu ular yang menderita penyakit endoparasit
mengandung juga trichomonas, sehingga
semua ular pengidap endoparasit lebih baik diterapi sekaligus terhadap protozoa, khususnya amebia dan trichomonas.
·
Infestasi
mites, mites pada ular adalah mahluk kecil seperti laba-laba (spider) menyukai tinggal diantara sisik
terutama sisik disekitar mata. Parasit ini mudah dilihat dengan mata telanjang,
untuk identifikasi lebih lanjut diperlukan kaca pembesar. Untuk ular
peliharaan, maka mites merupakan
ektoparasit yang paling umum dan paling berbahaya Karena parasit ini mengisap
darah induk semangnya yang menyebabkan anemia, apalagi mites yang sangat banyak menyebabkan anemia berat cepat terjadi.
Disamping mites adalah parasit
menghisap darah, parasit ini merupakan mahluk pembawa virus dan parasit darah
lainnya. Tempat gigitannyapun dapat merupakan tempat masuknya infeksi bacteria.
Mites menyelesaikan life-cycle nya di tubuh induk semangnya,
meskipun mites betina meletakan
telurnya (+/- 80 butir) jatuh disekitarnya. Inilah alasanya mengapa lantai
kandang jangan terbuat dari bahan dimana telur (kemudian larvanya) tidak mudah
bersembunyi diantara celah-celah lantai kandang. Infestasi mites ini lebih hebat lagi menyerang ular yang menderita malnutrisi
karena kulit ular menjadi empuk sehingga mudah dihisap. Karena itu ular dengan
banyak mites (dan umumnya ektoparasit)
perlu diperiksa apakah juga menderita penyakit organ atau malnutrisi. Disamping
itu obat-obat ektoparasit bagi ular juga berbahaya bagi ular penderita penyakit
dalam karena toksiksitasnya.
Treatment untuk mites
yang cukup mudah dan terkenal adalah dengan memberikan “No-Pest Strip” (bikinan Shell) ditaruh diatas atau dekatnya
kandang, dengan dosis 0,2 inches commercial strip setiap 10
cubic feet kandang. Sebagai cara alternative adalah menempatkan 1-inch irisan No-Pest Strip didalam 35
mm film container dengan banyak lubang-lubang (multiple perforation) dan ditaruh didalam kandang selama 2-5 hari.
Hati-hati memakai produk ini karena bagaimanapun No-Pest strip adalah toksik.
Flea spray,
yang diformulasikan untuk anjing dan kucing dapat dipakai dengan menyemprotkan
kehandoek kecil kemudian tubuh ular diusap dengan handoek yang dibasahi dengan flea-spray tadi yang dilakukan setiap 10
hari sekali. Selama pengobatan cara ini kandang terutama lantainya harus
dibebaskan dari bahan-bahan (kerikil, pasir, serutan kayu dll) dan tempat minum
harus disingkirkan dulu. Sedangkan kandangnya didesinfeksi dan difumigasi
dengan larutan formalin 10-15% dan air panas. Biarkan kandang kering benar,
baru ular dapat dimasukkan kembali kedalam kandang tsb. Lakukan observasi
apakah terjadi infestasi oleh ektoparasit kembali.
·
Investasi
caplak (ticks), habitat dan
struktur ticks mirip dengan mites, yang beda hanyalah ukurannya. Ticks menyukai tinggal didalam mulut,
nostril atau daerah vent (sekitar “cloaca”), bahkan dibawah kandang. Hati-hati
dengan ular yang baru datang (termasuk yang diimport) karena sangat umum
membawa ticks (dan ektoparasit lainnya).
Seperti halnya mites, ticks juga mengisap
darah induk semang yang dapat menyebabkan anemia berat sampai kepada kematian.
Karena ukuran ticks cukup besar, maka
membrantas ticks yang paling aman dan
hanya bermodalkan ketelatenan, adalah ticks
diambil (dengan pinset non surgical) secara manual dan cemplungkan kedalam
kaleng berisi minyak tanah. Untuk mengatasi ticks
dapat pula dipakai No Pest Strip
selama 4 hari
Cancer
Ular dapat mengidap cancer, meskipun laporan tentang cancer pada ular piaraan masih sangat sedikit. Cancer pada ular yang dilaporkan ditemukan dalam tindakan otopsi.
Sebagaimana sifat benjolan, tumor ataupun cancer
ada yang benigne atau malignant dan
dapat berasal dari organ maupun darah.
Menurut penelitian, ular bangsa boa constrictor paling banyak ditemukan cancer, tetapi mungkin karena boa
conctrictor adalah bangsa ular yang paling popular menjadi pet snake sehingga sempat diadakan
penelitian.
Gagal organ
Kegagalan fungsi dalam organ pada ular peliharaan
umumnya terjadi karena usia tua atau karena penyebaran penyakit organ lainnya
misalnya cancer. Gejala-gejala yang
diperlihatkan oleh penyakit organ tentu saja tergantung kepada fungsi organ
yang menderita. Gejala yang paling umum adalah: dehidrasi, ditemukan asam urat
dalam urine/fesesnya dll.
Preventive medicine
Untuk hewan eksotik melakukan preventive medicine adalah yang utama, karena lebih mudah dan
murah. Partner para hobbyist hewan
eksotik adalah Dokter Hewan. Jadi lakukan general
check hewan eksotiknya kepada Dokter Hewan.
Dokter Hewan praktisi dituntut untuk dapat
mengevaluasi kesehatan hewan eksotik melalui pemeriksaan fisik maupun
laboratorik secara teratur 2 kali
setahun.
Berikut adalah pertanyaan wajib bagi Dokter Hewan
praktisi ketika memeriksa hewan eksotik dengan cara wawancara, yaitu
·
Sudah berapa lama
anda memelihara hewan ini ?
· Dari mana anda
mendapatkan hewan ini ? Menangkap dari habitatnya, membeli dari petshop, dll
·
Apakah anda
mempunyai pengetahuan dan pengalaman dari pemilik/pemelihara sebelumnya ? (bila
hewan dibeli/dikasih teman, dll)
·
Apakah anda
memelihara hewan eksotik lainnya dan spesies apa saja ?
·
Bagaimana kondisi
kandangnya ? (ukuran, bahan kandang, lantai, alas lantai, dinding, dll)
· Apakah ada alat
penghangat, lampu ultra violet, ventilasi, sinar matahari, kelengkapan kandang:
tempat sembunyian, panjatan, mandi-mandi, air minum, makan, dll
·
Apa makanannya ?
Makanan hidup atau awetan ? Frekwensi makannya ? (membuat sendiri, makanan
pabrik ?)
·
Apakah hewan
sering muntah, feses, urine, dll keluaran (discharges)
·
Kapan terakhir
shedding ? Komplit atau ada kelengketan dibeberapa tempat ?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar