Rabu, 19 Oktober 2016

ExMed-II

U L A R   (SNAKES)

Oleh: Drh. S. Dharmojono


PENDAHULUAN

Ular adalah salah satu jenis bangsa Reptilia, yaitu bangsa binatang melata. Ular sangat banyak jenisnya, besar, kecil, warna dan habitatnya ada yang sudah langka dan ada yang masih banyak. Lepas dari itu semuanya yang terpenting adalah ada yang berbisa dan ada yang tidak berbisa. Tentu saja jenis yang berbisa adalah sangat berbahaya dan yang lainnya ada yang dilindungi peraturan perundangan dalam rangka pelestariannya (conservation).
Kenyataannya sudah banyak orang penyayang dan memelihara ular dan mulailah ular sebagai binatang piaraan / kesayangan (pet animal).
Untuk ular jenis langka dan atau yang berbisa, hanya diizinkan , itupun secara terbatas, dipelihara oleh Kebun Binatang, herpetologist dengan izin khusus.

PENAMPILAN ULAR

Ular berkesan sebagai hewan purbakala. Ular berbentuk panjang bulat (Jawa: gilig), dari panjang beberapa cm sampai yang panjang beberapa meter, tanpa kaki dengan kulit penuh dengan sisik yang kering dan kulit bersisik ini sangat luwes dan elastic termasuk mulutnya dapat melebar manakala menelan mangsanya. Keistimewaannya adalah pelupuk matanya hampir tidak bisa bergerak (berkedip) dan mempunyai telinga dengan lobang telinga diluar.
Ular mendiami habitat yang sangat bervariasi dari aspek ekologik dari yang hanya tanah daratan, berpohon-pohon, liang dan goa (under ground), air tawar sampai ke air-asin.
Ular terdapat disemua benua didunia kecuali daerah antartika. Beberapa daerah seperti Hawai, New Zealand, Icelandia dan Irelandia dari sejarahnya tidak terdapat bangsa ular asli.

ULAR SEBAGAI  PET ANIMAL

Ular mulai digemari sebagai hewan kesayangan (pet animal) karena lembut, ramah, anggun, dapat diajak berteman, atraktif dan berpenampilan luar biasa.
Umumnya ular yang berperilaku seperti itu adalah bangsa Boas, pythons, rattles, racer, popher, garter dan ular-susu (milk-snake)
Makanan ular sangat bervariasi. Ular bangsa Boas dan Phyton dapat menjadi sangat besar sehingga membutuhkan kandang yang besar pula.

Memilih ular sebgai hewan kesayangan, patut mempertimbangkan hal-hal sbb:

  • Habitat: luas dan besarnya kandang, macam makanannya, suhu lingkungan, kelembaban udara, sinar matahari (ataupun sinar artificial) dan sanitasi dan hygiene
  • Temperamen (animal behavior). Ular bangsa yang dapat diajak bermain dan bersantai diluar kandang ataukah yang akan dipelihara didalam kandang saja untuk diperhatikan dan dinikmati perilakunya dari luar kandang.
Perilaku Ular (snake behavior) sangat bervariasi baik antar spesies maupun didalam spesiesnya sendiri. Beberapa bangsa ular (misalnya Boa constrictors) adalah lembut (gentle), kalem (docile nature) apalagi bila ular tsb dipelihara sudah sejak kecil.
Diantara bangsa ular tropic, bangsa ular boa constrictor paling cocok sebagai hewan kesayangan.
Ular bangsa Phyton, sulit diperkirakan (unpredictable) karena cenderung saling berkelai (pugnacious) ketika nanti menjadi dewasa (kelamin) tidak peduli apakah sudah sering diajak bergaul atau tidak.
Phyton Burma dan Reticulated apa lagi yang jarang diajak bergaul, harus sangat berhati-hati dan waspada ketika hendak diberi makan karena perilakunya sulit diduga suka menyambar, sedangkan Phyton Ball dapat diperkirakan perilakunya diantara bangsa Phyton lainnya.
Dari aspek perilaku, hal-hal berikut perlu mendapat perhatian apalagi bagi penyayang / pemelihara ular pemula. Hal-hal penting tsb adalah sbb:

  • Beberapa bangsa ular (anacondas) sulit beradaptasi dan temperamennya sebagai hewan piara sulit diduga. Ular yang ditangkap dari habitat aslinya apalagi sudah dewasa, tidak cocok sebagai ular kesayangan karena sudah sulit dijinakkan, karena instink dan perilakunya sudah dibentuk oleh habitat aslinya, kecuali ular bangsa Boa Californian Rosy. Bangsa ini meskipun didapat telah dewasa, perilakunya sebagai hewan piara sangat pemalu dan docile.
  • Pilih ular untuk piaraan yang mudah makanannya dan cara memberi makannya dan punya kebiasaan keteraturan makan.
  • Perhatikan apakah ada cacat fisik, karena kekasaran atau perilaku penangkapan (handling) lainnya secara sembrono yang menyakitkan dapat menyebabkan cacat atau sakit organ dalam yang sulit disembuhkan atau direhabilisasi. Jangan memilih ular dengan riwayat seperti ini untuk dipelihara.
  • Ular yang menyukai hidup tersembunyi atau dilobang-lobang tanah, sulit dirubah perilakunya untuk dipelihara didalam kandang kaca yang dapat dinikmati keindahannya dari luar.
  • Jangan memelihara bangsa ular yang berbisa.
PERKANDANGAN

Secara umum, sebenarnya ular tidak memerlukan kandang yang besar atau luas, berhubung dengan perilakunya yang selalu melingkar dan tidak aktif (nonexertional activity). Asal kandang cukup untuk ular berjalan/bergerak baik horizontal maupun vertical. Yang lebih penting adalah isi didalam kandang tsb yang sejauh mungkin meniru habitat aslinya, seperti pepohonan, tempat untuk melingkar (lebih lanjut akan dikemukakan dibawah).
Kandang yang menyerupai aquarium cocok sebagai kandang ular piaraan, sehingga penikmat dapat melihat ular dari luar kandang dengan aman. Yang juga penting adalah lingkungan kandang sedemikian rupa sehingga suhu, kelembaban lingkungan cocok sebagai habitat ular ybs.
Kandang yang terbuat dari kawat kurang cocok untuk ular apalagi ular yang perilakunya selalu ingin melarikan/melepaskan diri. Biasanya ular dengan perilaku demikian, adalah ahli/seniman melarikan diri (escape artist) seringkali terlihat adanya luka-luka dimulut dan hidungnya. Jadi kandang ular haruslah terjamin untuk ular tidak dapat menyusup keluar, ingat bahwa tubuh ular sangat lentur dan luwes sehingga lubang kecil dikadang dapat dilewatinya, pendeknya kandang ular haruslah “escape proof”.
Sebagai alas kandang ular bahan-bahan berikut baik digunakan yaitu: kertas Koran (yang belum dipakai sebagai koran), kertas “butcher”, paper-towels, terrycloth towels atau carpet indoor/outdoor karena ular bukanlah hewan mengrikiti (rodent). Bahan-bahan tsb, terutama yang disebut dua terdahulu mudah dibentuk dan mudah dibersihkan dari kotoran dan tetap kering. Bila menggunakan bahan carpet indoor /outdoor, sediakan rangkap, jadi bila yang satu sedang dicuci dan didesinfektansia dapat diganti oleh yang lainnya. Diatas alas kandang tsb dapat pula diberi pelunak dengan kulit kacang tanah, tongkol jagung yang diremukkan, tahi gergaji atau kerikil untuk kucing (kitty litter) keburukannya adalah bahan itu bila tidak disertai tindakan sanitasi & hygienic yang mamadai justru menjadi lembab dan menjadi sumber parasit. Disamping itu bahan tsb dapat mencemari makanan dan ikut tertelan yang dapat mengakibatkan alat pencernakan terluka atau tersumbat. Untuk keperluan kese-nangannya ular merambat dan memanjat, lengkapilah dengan bahan yang dapat untuk keperluan tsb seperti dahan, kayu, tali tambang dsb.

TEMPAT SEMBUNYIAN (VISUAL SECURITY)

Ular seperti halnya Iguana, senang istirahat ditempat yang aman dan tersembunyi, tidak terlihat dari luar. Banyak ular yang tidak mau makan lantaran tidak ada tempat untuk sembunyi, karena itu sediakanlah tempat untuk keperluan itu yang dapat dibuat dari bahan-bahan pepohonan artificial. Pohonan artificial terbuat dari bahan sutera lebih baik yang warnanya sesuai dengan warna kulit ular ybs, ular senang berkomuflase, disamping itu karena mudah dibersihkan dengan desinfentansia.

KONDISI LINGKUNGAN

Untuk daerah tropic seyogyanya memilih ular dari daerah tropic pula. Bangsa ular Boa constrictors, Phyton, dsb memerlukan suhu lingkungan yang hangat dan derajat kelembaban yang relative tinggi. Suhu siang hari yang baik untuk lingkungan kandang ular adalah 80-85oF, sedang suhu pada malam hari 70-75oF. Ular asal Amerika Asli (Native American Snakes) memerlukan suhu lingkungan antara 70-80oF.
Kandang yang luas memerlukan kelengkapan lampu-penghangat. Kalau lampu-penghangat dipasang agar lampu tsb diberi proteksi atau penghalang agar ular tidak menyentuh lampu-penghangat secara langsung. Seringkali ular menderita luka bakar pada hidungnya atau tubuh bagian lainnya karena menyentuh lampu yang sedang panas. Suhu lingkungan yang cocok bagi ular akan memacu metabolisme sel, sehingga ular lebih aktif dan fungsi organ-organ secara umum menjadi lebih baik alias ular menjadi sehat.

PENYINARAN

Upayakan kandang mendapatkan sinar matahari (tanpa filter) secara langsung, karena sinar matahari langsung adalah kebutuhan lingkungan yang paling sehat dan asli. Sayangnya bahwa penyayang/pemelihara ular (dan reptile pada umumnya) memiliki lahan yang tidak cukup luas, sehingga kedalam kadang sukar diperoleh sinar matahari langsung. Untuk mengatasi hal ini paling baik adalah melengkapi kandang dengan sinar UV artificial. Untuk lampu sumber sinar UV artificial jangan keliru dengan lampu fluorescent atau incandescent. Seyogyanya dipasang thermometer alcohol untuk mencek suhu lingkungan setiap waktu. Lama mendapatkan sinar artificial ini pada siang hari selama 10-12 jam, sedangkan pada cuaca mendung /agak gelap selama 12-14 jam sehari.

AIR

Air bersih harus selalu tersedia sepanjang waktu. Sebenarnya ular hanya memerlukan sedikit saja untuk keperluan minum, tetapi ular senang berendam, oleh karena itu sediakan tempat air yang agak luas. Disamping itu tempat air yang luas akan memberikan kontribusi penguapan dilingkungan, sehingga memelihara kelembaban relative didalam kandang, apalagi bila kandang dibuat dengan dinding kaca seperti aquarium. Upayakan juga bahwa air tsb dapat diisi dari luar, agar pemelihara tidak perlu masuk kedalam kandang, tetapi upayakan agar “swimming pole” tsb mudah dibersihkan. Air kotor adalah sumber mikro-organisme penyebab penyakit infeksi.

MAKANAN

Ada hal-hal penting yang harus diperhatikan mengenai makanan dan pemberian makanan untuk ular yang dikandangkan, sbb

  • Ahli ular (herpetologist) dan pemelihara/penyayang ular yang telah berpengalaman  menyarankan bahwa ular harus dibiasakan makan mangsa yang telah mati (dead or incapacitated prey). Mengapa demikian, mangsa mati tidak lagi bisa melawan sehingga tidak mungkin melukai ular. Lagi pula makanan seperti tsb dapat disimpan didalam refrigerator, jadi mudah dan efisien untuk menyediakannya. Makanan yang ada bulunya (ayam, tikus, kelinci, marmot, dll) seyogyanya bulu-bulunya dan jerohannya dihilangkan dahulu baru dapat disimpan, sebab kalau tidak dikhawatirkan didalam jerohan mangsa tsb terkandung mikro-organisme pathogen, sedangkan bulu adalah materi yang sulit dicerna sehingga dikemudian hari dapat menjadi bola rambut (hair ball).
  • Bila ular tidak berselera memangsa makanan kecuali yang masih hidup, ya apa boleh buat harus diberikan mangsa hidup. Upayakan mangsa hidup tsb sudah tidak mampu lagi melawan atau meronta, misalnya dengan membungkusnya kedalam kantong kertas (untuk mangsa kecil : tikus, anak ayam, dll), meskipun kertas ikut tertelan, kertas adalah bahan yang mudah dicerna (karbohidrat). Bila diberi mangsa hidup dan ular mendiamkannya selama lebih dari 15 menit, maka mangsa tsb harus dikeluarkan kembali. Ketika beberapa hari atau minggu kemudian dengan perlakuan yang sama, memberikan mangsa hidup dan ular tetap menolaknya, maka sudah waktunya ular tsb diperiksa secara kedokteran dengan teliti.
  • Ular pemakan mangsa hidup membawa resiko ketularan penyakit yang dibawa serta didalam mangsanya tsb, karena tidak mungkin kita memeriksa mangsa hidup tsb sedemikian rupa  untuk memastikan bahwa mangsa hidup tsb tidak mengandung sesuatu bibit penyakit. Meskipun demikian, walaupun hanya secara fisik mangsa hidup untuk ular harus diperiksa dahulu kesehatannya.
  • Berhati-hatilah memberi makan kepada ular yang lapar dan sangat rakus. Jangan memberikan mangsa langsung dari tangan pemelihara, karena ular lapar dan rakus akan segera menyambar mangsa tsb dari tangan dan besar sekali kemungkinan tangan orang yang memberi mangsa tsb ikut tersambar ular. Apa lagi bila didalam kandang yang sama ada beberapa ekor ular yang dipelihara dan sama-sama sedang kelaparan, maka ular akan dengan cepat menangkap mangsa tsb dan berebutan, tiada yang mau mengalah. Oleh karena itu memberi makan kepada beberapa ular yang dipelihara didalam satu kandang memberi makannya satu persatu dan gunakan tongkat penjepit (misalnya bambu) yang panjang untuk menghindari sambaran ular yang cepat.
  • Keuntungan memberikan mangsa yang masih hidup (whole prey items) kepada ular, apalagi kalau baru ditangkap dari alam, yalah mangsa tsb masih mempunyai relative komponen nutrisi yang lengkap.
  • Ular juga memerlukan vitamin dan mineral. Karena perilaku makan ular adalah menelan utuh-utuh mangsanya, maka vitamin & mineral dalam kapsul dapat diselundupkan/ diselipkan saja via mangsanya tsb.
  • Jadwal pemberian makan kepada ular peliharaan tergantung kepada umur, spesies, ukuran besarnya (size) dan kebutuhan individual (misalnya sedang bertelur, habis ganti kulit, dsb). Secara umum ular peliharaan diberi makan 1-2 kali seminggu, sedangkan ular muda yang sedang tumbuh memerlukan frekwensi pemberian makan yang lebih sering, sebaliknya ular tua lebih dijarangkan mungkin sekali seminggu saja, bahkan sekali setiap 3-6 minggu. Lebih praktis adalah mencari pengalaman sendiri seberapa banyak (jumlah / porsi makanan) dan berapa sering makanan diberikan untuk ular piaraannya.
  • Ular juga dapat menderita obesitas kalau porsi makannya tidak dibatasi

DIETS YANG SPESIFIK UNTUK ULAR

Seperti halnya spesies apapun, hewan juga mempunyai individual spesifikasi dalam hal memilih makanannya. Berikut adalah spesifikasi makanan dimaksud

Spesies: Boa constrictors, Phytons, ular tikus (rat snakes), gopher, bull snakes,

  • Lebih menyukai mangsa bangsa hewan berdarah panas (warm-blooded prey) seperti burung, rodent (tikus), ayam, dll
  • Spesies ini juga menyukai sebangsa reptile lainnya misalnya kadal dan ular yang lebih kecil ukurannya.
Spesies: Garter snakes, ribbon snakes, water snakes dll

  • Ikan, kodok, salamanders, cacing tanah, slugs (Keong bugil), carrion (hewan melata kecil), dll
  • Juga suka tikus (yang sudah mati)
Spesies: Indigo snakes, king snakes, racers

  • Mangsa hewan beradarah panas (tikus, dll)
  • Bangsa reptile lainnya yang lebih kecil (kadal, ular kecil, dll)
  • Indigos snakes kadang menyukai makanan yang diperuntukkan anjing atau kucing juga, jadi lebih mudah menyediakan makanannya, apalagi dengan komposisi nutrisi yang baik

Spesies : Ring-neck, Brown-snakes dan familinya

  • Salamander, cacing-tanah, kadal, ular kecil, reptilian kecil
Spesies: Racer, Vine snakes, coachwhips

  • Bangsa kadal, tikus, ayam, bangsa burung bersarang ditanah, jengkerik, belalang
SHEDDING (ECDYSIS)

Shedding atau Ecdysis (Bahasa Jawa: nglungsungi) adalah proses dimana ular secara berkala (periodic) melepaskan bagian kulit terluar. Proses ini dibawah control hormonal dan berkaitan dengan pertumbuhan. Kebanyakan ular mengalami proses shedding kulitnya sebanyak 4-8 kali pertahunnya. Adapun proses shedding bergantung kepada banyak factor termasuk: umur, suhu lingkungan, nutrisi dan frekwensi maupun kwantitas makannya dan aktivitas ular lainnya. Ular muda lebih sering mengalami shedding karena masih dalam proses pertumbuhan yang pesat.
Pada ular yang normal dan sehat, maka proses shedding tidak mengalami kesulitan dan proses terjadi simultan sekaligus seluruh badan dengan mulus. Pada ular yang mengidap luka atau cacat dikulit dan ular yang dipelihara didalam kandang yang suhu dan kelembabannya suboptimal, maka proses shedding tidak lancar, dibeberapa tempat bagian tubuh kulit shedding nya kadang tertinggal (sulit atau tidak mau lepas).
Proses shedding bagi ular merupakan factor stress juga. Ular yang tidak sehat apalagi disertai nutrisi dan managemen yang tidak baik, akan mengalami kesulitan ketika proses shedding. Lepasnya kulit tidak terjadi sekaligus, melainkan sebahagian-sebahagian dan merupakan stress bagi ular ybs, terutama bila terjadinya dikulit mata. Ular akan terganggu penglihatannya dan tidak awas dalam mencari mangsanya.
Proses shedding didahului oleh masa inaktif ular ybs. Umumnya proses shedding berjalan selama 1-2 minggu, dalam periode mana mata menjadi redup dan pandangan kabur berwarna putih kebiruan. Keadaan ini mengganggu aktivitas ular terutama dalam mencari mangsanya. Tetapi kondisi ini menjadikan ular curigaan dan menjadi agresif, karenanya pemelihara harus lebih waspada.
Kulit baru setelah proses shedding kelihatan mengkilat tetapi lunak dan masih gampang terluka.
Mata yang mengalami proses shedding, visusnya akan kembali menjadi jelas lagi setelah 7-15 hari. Kadang terlihat pada ular yang mengalami incomplete shedding ini menggosok-gosokkan kulitnya untuk membantu melepaskan kulit shedding tsb. Shedding umumnya dimulai dari kulit sebelah kepala dahulu. Setelah berhasil membebaskan diri dari kulit shedding dibagian mata dan kepala, maka shedding bagian tubuh akan mudah lepas. Untuk membantu ini, ular seringkali terlihat suka menyusup lewat tempat-tempat yang sempit dengan maksud melepaskan segera kulit shedding bagian tubuh tsb. Tidak jarang kita melihat adanya kulit shedding yang bagian tubuhnya utuh. Setelah selesai proses shedding, ular defikasi dan banyak makan dan minum.

REPRODUKSI

Ular mempunyai dua cara menghasilkan keturunannya. Cara pertama dengan “mengerami” telur-telur yang sudah dibuahi didalam tubuh yang betina. Setelah embryo tumbuh sempurna, maka anak-anak tsb dikeluarkan (“dilahirkan”).
Ular bangsa Boa constrictors, water-snakes, garter-snakes dan rattle-snakes adalah bangsa ular yang menghasilkan keturunannya dengan cara ini karena itu bangsa ular ini tergolong ovoviviparous.
Cara kedua adalah dengan meletakkan telur-telurnya disuatu tempat yang dipandang aman dan lingkungannya sesuai untuk pengeraman. Bila tiba saatnya, telur-telur akan menetas. Bangsa ular yang tergolong demikian ini disebut: oviparous, misalnya bangsa Phyton, rat-snakes, milk-snakes. Anak-anak ular yang ditetaskan langsung akan menjalani kehidupannya sendiri tanpa diasuh induknya.
Banyak penyayang dan pemelihara ular yang sudah berhasil membiakkan ularnya didalam kandang. Sekali perkawinan dapat menghasilkan 3 kelompok telur (clutches of eggs) atau “melahirkan” 3 ekor anak. Hal ini bisa terjadi karena sel sperma dapat disimpan didalam alat reproduksi (reproduction tract) betina setelah diejakulasikan pejantannya.
Untuk berhasilnya pembiakan ular didalam kandang peliharaan sangat penting pasangan ular yang cocok usia dan kelaminnya.
Menentukan jenis kelamin pada ular agak sulit karena antara jantan dan betina sangat mirip. Ular Boa constrictor dan Phyton jantan memiliki “spur” pada kedua sisi lobang kelaminnya (vent), meskipun yang betina memiliki juga walaupun lebih kecil.
Ular yang panjangnya kurang dari 18 inches dapat diidentifikasi jenis kelaminnya dengan cara menekan jaringan disekitar lobang kelaminnya. Pada yang jantan akan kelihatan sepasang “hemipenes” yang berbentuk lonjong-panjang berstruktur “spur” yang dapat dikeluarkan, struktur ini diperlukan ketika pasangan ular melakukan hubungan kelamin dengan betinanya.
Biasanya untuk mengetahui jenis kelamin pada ular (yang panjangnya lebih dari 18 inches) digunakan “probe” panjang dan berujung tumpul yang disisipkan kedalam lobang kelamin (vent) kearah bagian ekor (ke caudal). Probe ini akan dapat dimasukkan dangkal saja pada yang betina dan lebih dalam pada yang jantan. Namun cara ini harus dilakukan berhati-hati dan oleh orang yang sudah berpengalaman.

PENGERAMAN TELUR ARTIFISIAL

Menetaskan telur ular yang sudah dibuahi tidaklah sukar. Air dalam jembangan kecil (bisa didalam Styrofoam picnic). Kemudian setumpukan rumput/hijauan kering semacam silo (peat moss, sphagnum moss, vermiculite), atau shredded newspaper kemudian ditambahkan paper towels. Telur-telur dengan hati-hati ditaruh dalam medium tsb. Untuk menjaga agar telur-telur tidak kekeringan medium tsb dapat dilembabkan (dipercikkan air), asal jangan terlalu basah (humidity 75-78%). Terlalu lembab/basah akan mengundang tumbuhnya jamur yang akan membunuh telur-telur tsb. Dapat pula dipakai alas penghangat listrik (heating pad) sehingga suhu mencapai sekitar 74-84o F. Kemudian tunggu waktu inkubasi sekitar  selama 50-60 hari telur-telur akan menetas.

PROBLEMA KESEHATAN

Defisiensi nutrisi

Ular piaraan dikandang yang biasa makan mangsa yang hidup dan utuh justru jarang sekali menderita defisiensi nutrisi, tetapi resiko tertular penyakit berasal dari mangsa hidup utuh tsb lebih besar. Mangsa hidup yang masih bayi (misalnya: anak tikus, anak ayam, juvenile goldfish, cacing, dsb) tubuhnya masih “kekurangan nutrisi komplit”, sehingga bila makanan seperti itu terus menerus yang diberikan, dikemudian hari dapat mengakibatkan malnutrisi pada ular ybs. Di samping itu bila makanan itu monotonous (mangsanya kurang bervariasi), dikemudian hari akan mengakibatkan malnutrisi juga. Untuk mengatasi masalah ini, sebaiknya dimasukkan / disisipkan kedalam mangsa tsb kapsul vitamin & mineral (tablet multivitamin).

Tidak mau makan sendiri

Karena bertahun-tahun dikandang, maka ular piaraan tidak lagi mempunyai naluri berburu dan tidak punya “struggle for life” lagi, sehingga mangsa ular tsb harus disodorkan kadang sampai kemulutnya. Banyak ular piaraan seperti ini yang tidak dimengertri oleh pemelihara, sehingga dikiranya ularnya tidak mau makan, sehingga menderita kakhexia (kekurusan) dan anoreksia. Lepas dari naluri ular dalam perilaku makan, maka pemelihara harus mencatat setiap kali memberi makan dan mengatur jadwalnya
Perlu diketahui apakah anoreksia tsb karena memang ular belum  mendapat mangsa lagi ataukah memang sedang menderita suatu penyakit.
Kemungkinan sebab-sebab yang perlu dipertimbangkan pada kondisi dimana ular tidak mau makan, adalah:

  • Ular yang baru saja ditangkap/didapat dan mulai dipelihara didalam kandang sedang beradaptasi pada lingkungannya
  • Ular dalam periode permulaan shedding (pre-shed)
  • Periode akhir menjelang “melahirkan”
  • Ular bangsa besar dan telah tua, memang makannya sangat berkurang dibandingkan
dengan yang masih muda
  • Naluri ular yang menderita obesitas, cenderung memuasakan diri.
  • Anak ular yang baru saja menetas / lahir baru akan makan setelah berusia 10-14 hari dan setelah ecdysis yang pertama.
  • Sedang hyperaktif karena musim kawin atau kedalam kandang yang sama sedang dimasukkan ular yang baru
  • Sedang hybernasi
  • Menderita sakit
Ceklist, apakah hal-hal yang tsb diatas menjadi penyebab anoreksia dan kemudian jangan dilupakan dari hal diatas adalah kondisi lingkungan apakah menunjang kenyamanan ular. Seperti diketahui bahwa ular daerah tropic memerlukan suhu lingkungan antara 75-85oF untuk berlangsungnya proses pencernakan dan aktivitas normalnya ular. Disamping itu adakah ular diberi tempat sembunyi untuk makan (visual security). Berikan tempat / kotak untuk sembunyi dan makan. Dalam lingkungan suhu lingkungan yang subnormal ular menjadi lemah/lambat beraksi dan proses pencernakannya terganggu karena makanan akan menggumpal didalam alat pencernakan ular sehingga mual dan muntah

REGURGITASI

Setelah menelan mangsanya janganlah ular diajak bermain atau handling yang lainnya. Terlu cepat memperlakukan ular segera setelah menelan makanan dapat membuat ular regurgitasi. Makanan yang diregurgitasi tsb  masih berupa makanan belum dicerna dan tidak berbau. Penyebab regurgitasi yang lainnya adalah kondisi lingkungan yang terlalu dingin, sehingga proses pencernakan tidak sempurna. Kalau regurgitasi yang demikian, maka makanan sudah mengalami proses pencernakan dan sangat berbau. Mengatasi hal ini, lakukan check temperature lingkungan kandang dan berikan penghangat dengan mengaktifkan lampu penghangat atau penghangat yang lainnya (heating pads).
Penyebab regurgitasi yang lainnya mungkin stress (diganggu kanak-kanak), ada parasit, penyumbatan dalam alat pencernakannya. Untuk persangkaan yang disebut terakhir diperlukan bantuan radiology

TRAUMA

Kebakar (Burns)

Bila alat pemanas atau lampu pemanas dipasang didalam kandang dan tidak diisolasi kemungkinan besar ular menyentuh dan terjadi pelepuhan dikulit atau luka bakar. Memang sangat aneh ular tidak menghindar walaupun ada bagian tubuhnya terbakar. Mengatasi luka bakar dilakukan sebagaimana merawat luka yaitu dengan mengkompres luka dan memberikan suntikan antibiotika.
Oleh karena itu kandang dengan lampu pemanas harus diberi isolasi dengan bahan bukan penghantar panas dan setiap waktu harus diperiksa fungsinya.

Luka-luka

Luka-luka pada ular yang dipelihara dalam kandang umumnya terjadi ketika mangsa yang masih hidup memberikan perlawanan. Perilaku hewan bila terpepet malah balik menyerang lawannya dan ini dilakukannya dengan nekat. Mangsa hidup yang mampu menggigit dan mencakar dapat menyebabkan luka serius pada ular ybs.
Luka-luka pada hidung kebanyakan disebabkan upaya melepaskan diri dari kandang yang tak akan berhenti-hentinya dilakukan dan kebiasaan ular adalah mengendus dinding kandang atau bagian manapun untuk mencari peluang dapat melarikan diri. Luka oleh karena hidung selalu bergeseran dengan dinding kandang menyebabkan terjadinya luka abrasi pada hidung dan robek atau rusaknya kulit sisik. Bila trauma semacam ini terus terjadi akan timbul ulserasi yang lebih dalam yang dikemudian hari dapat menimbulkan infeksi dan atau kecacatan.
Untuk mencegah kebiasaan ular mencari jalan keluar dari kandang memang sulit karena itu adalah perilakunya. Cara yang paling baik adalah dengan memberikan sebanyak mungkin sarana, sehingga ular dapat hidup dengan nyaman didalam kandang tsb. Sarana didalam kandang yang dapat menyenangkan ular didalamnya telah disebutkan terdahulu seperti tempat sembunyi, pohon-pohonan, kolam renang, penghangat dsb.

Konstipasi

Konstipasi merupakan kelainan defikasi yang sering terjadi diantara hewan piara termasuk bangsa ular. Penyebabnya sangat bervariasi mulai dari kondisi lingkungan (misalnya temperatur dan kelembaban didalam kandang, penyakit alat pencernakan, dehidrasi, perlukaan, endoparasit, dan radang cloaka (cloacolitis).
Mengatasi konstipasi dapat dilakukan dengan membiarkan ular berendam didalam air yang hangat selama 20-30 menit sehari selama 1-2 hari. Dengan cara ini biasanya ular lalu dapat defikasi dan urinasi. Bila cara ini tidak berhasil, perlu bantuan radiology untuk memastikan adanya sumbatan-sumbatan didalam alat pencernakannya.

Batu cloaka (Cloacoliths)

Dehydrasi dapat terjadi pada ular yang lama sekali dalam posisi memanjat kemudian melilit vertical pada salah satu sarana kandang, yang paling sering terjadi adalah pada batang pohon-pohonan. Dengan posisi seperti tsb dapat terjadi “batu” asam urat (uric acid stone) didalam cloacanya. Kalau keadaan demikian tidak segera diketahui, problema tsb akan berlanjut menjadi penyumbatan didalam cloaca sehingga ular tidak dapat defikasi dan atau urinasi. Seperti diketahui, bahwa dehydrasi bukanlah penyakit, melainkan sekedar gejala dari suatu penyakit. Dalam hal demikianlah jasa Dokter hewan dibutuhkan.
Untuk mengatasi cloacoliths dapat dilakukan pengambilan cloacoliths tsb dengan manual. Berikan dahulu mineral oil agar licin dan mengurangi rasa nyeri bagi ular tsb.

Prolapsus

Prolapsus adalah keluarnya jaringan suatu organ dari tempatnya melalui suatu lobang. Prolapsus cloaca cukup sering terjadi diantara ular piaraan, meskipun penyebabnya sulit diketahui. Penyebab yang paling umum adalah seringnya merejan/kontraksi ketika mengeluarkan telur atau melahirkan anak-anaknya atau ketika berusaha mengeluarkan batu cloaca.
Infeksi parasit atau kelainan alat pencernakan lainnya dapat melatar belakangi kejadian tsb.
Mengatasi prolapsus sama prosedurnya sebagaimana prolapsus yang terjadi pada hewan kecil lainnya.

Shedding yang abnormal

Proses shedding dapat menjadi terganggu, artinya tidak semua kulit shedding dapat dilepaskan segera. Kulit shedding dapat tertinggal dibagian kulit mana saja terutama pada bagian yang luka dan terjadi semacam “keloid”. Bila tertinggalnya kulit shedding dipelupuk mata dan lama tidak lepas-lepas, maka menimbulkan masalah penglihatan ular. Karena penglihatan terganggu, maka berakibat tidak nyaman bagi ular yang menyebabkan gangguan fisiologik yang lainnya seperti inaktif, tidak mau makan, dehidrasi dll. Namun begitu tidak dapatnya shedding berjalan normal dapat saja disebabkan karena ektoparasit, malnutrisi , ada luka parut (keloid), kondisi lingkungan (suhu, kelembaban, dsb). Pernah dilaporkan adanya problema kelenjar thyroid pada ular yang mengganggu proses shedding.
Untuk mengatasi kulit shedding yang tidak mau lepas ini dapat dilakukan merendam ular kedalam air hangat selama beberapa jam. Kemudian usap kulit shedding dengan handoek basah  untuk membantu melepaskan kulit shedding tsb. Alternatif dari cara ini adalah dengan membungkus ular tsb dengan kain handoek lebar yang tebal dan lembab. Gulung ular tsb kemudian biarkan ular keluar dari gulungan handoek itu, maka kulit shedding akan terkelupas. Kalau perlu ulangi perlakuan seperti itu kalau masih ada kulit shedding yang tertinggal.

Kulit shedding tertinggal dimata

Ada kalanya kulit shedding tertinggal dikapsul mata (eye caps). Eye caps merupakan bagian terluar dari kornea, yaitu bagian transparant mata. Diperkirakan bahwa eye caps ini memang termasuk bagian kulit yang mengalami shedding. Untuk mengelupas eye caps ini perlu cairan atau eye-ointment untuk memperlunak dan memperlicin eye caps tsb agar lebih mudah terlepas. Kelihatannya perlakuan yang mudah, nyatanya tindakan tsb harus dilakukan oleh yang telah berpengalaman dan terampil, agar kerusakan kornea tidak terjadi.

     Mulut busuk (ulcerative stomatitis)

Ulcerative stomatitis adalah penyakit infeksi bacterial yang bersifat progresif melibatkan bibir dan garis mulut (oral lining). Gejala dimulai dengan timbulnya hypersalivasi. Kadang saliva menjadi gelembung-gelembung (seperti balon dari air sabun) dan keluar dari mulut. Dengan observasi yang lebih teliti akan terlihat titik-titik perdarahan sepanjang garis mulut. Sepanjang garis mulut menjadi beradang dan mulai menjadi nanah yang terakumulasi didalam mulut, terutama diantara jajaran gigi. Selama proses radang berjalan infeksi masuk dan melibatkan jaringan tulang yang memungkinkan giginya tanggal. Keadaan demikian tidak akan terjadi bila pengamatan dilakukan dengan teliti sebelum infeksi makin serius. Ulcerative stomatitis perlu penanganan oleh Dokter Hewan. Dokter Hewan perlu mengidentifikasi bakteri stomatitis ini dengan melakukan kultur dari saliva dan atau nanah, sekalian melakukan uji sensitivitas untuk memilih antibiotika yang sesuai. Pemeriksaan profil darah diperlukan pula untuk mengevaluasi penyakit ular tsb secara menyeluruh. Perlu dievaluasi juga apakah ulcerative stomatitis ini sebenarnya manifestasi dari penyakit organ dalam yang serius. Biasanya ulcerative stomatitis merupakan kelanjutan dari gastritis.
Untuk mengatasi penyakit ulcerative stomatitis diawali dengan memberikan suntikan vitamin A, vitamin B-complek dan vitamin C dan berikan antibiotika broadspectrum seraya menunggu hasil antibiotic sensitivity test. Selain terapi umumnya ular tidak mau makan, siapkan tindakan mencegah dehidrasi dan malnutrisi dengan menggunakan  slang-lambung (stomach tube).
Umumnya ular dengan ulcerative stomatitis dengan timbunan banyak nanah dan infeksi telah melibatkan hingga jaringan tulang rahang harus segera dilakukan tindakan medik.

Abses

Abses karena infeksi oleh bakteria sering terjadi pada ular. Letak abses dapat diluar ataupun didalam. Abses diluar terjadi umumnya karena luka, misalnya ketika memangsa mangsa hidup, mangsa mana meronta dan melawan, sedangkan abses didalam terdapat didalam organ (dapat saja menyangkut beberapa organ dalam).
Ular jarang sekali menghasilkan nanah cair, melainkan konsistensi nanah kental seperti kiju. Itulah sebabnya terapi antibiotika untuk abses sulit karena antibiotika sulit menembus materi nanah yang solid tsb. Untuk abses diluar lebih mudah diatasi dengan tindakan insisi dan dicuci dengan antiseptika. Sebagian dari nanah kental itu dapat dipakai sebagai material untuk pemeriksaan laboratorium untuk kultur bakteri dan uji sensitivitas antibiotika. Terapi dengan antibiotika perparenteral dapat dilakukan pada ular, sedangkan antibiotika topical dapat untuk abses setelah diinsisi dan dicuci dengan antiseptika.
Untuk memastikan adanya abses didalam diperlukan bantuan radiology. Abses didalam mungkin saja dapat dilakukan tindakan perasat bedah, tetapi dapat juga diatasi dahulu dengan terapi antibiotika jangka panjang melalui suntikan.

Penyakit Blister

Reptile yang dipelihara didalam kandang seringkali menderita blister karena managemen yang buruk, seperti kandang lembab, gelap, kotoran (sisa makanan, feses, urine, dll). Gejala blister umumnya dimulai dengan adanya kemerahan dibagian bawah sisik (scales). Sisik ini kemudian menjadi bengkak dan terinfeksi oleh bacteria atau fungus.
Untuk mengatasi blister dapat dilakukan suntikan dan antibiotik topikal. Terapi ini harus diikuti dengan perbaikan managemen kandang, kesehatan lingkungan dan perbaikan nutrisi.

Septicemia

Infeksi kedalam yang menyebabkan timbulnya septicemia dapat terjadi oleh infeksi umum oleh mikroorganisme. Septicemia dapat terjadi karena infeksi kedalam melalui luka atau abses, atau memang infeksi langsung kedalam organ misalnya kedalam alat pernafasan, alat gastrointestinal, alat reproduksi, dll.
Gejala septicemia dapat berupa lethargy, anoreksia, dehidrasi, muntah (regurgitation), kulit / sisik kemerahan sampai kepada terjadinya perdarahan dimulai dari kulit.
Prognosis septicemia dubeus sampai infausta. Untuk mengetahui mikroorganisme apa yang menyebabkannya harus dilakukan pemeriksaan kultur, pemeriksaan profil darah dan observasi yang ketat kepada fungsi-fungsi organ yang sekiranya terlibat.
Terapi berupa pemberian suntikan antibiotika, infuse cairan (fluid therapy), force feeding dan pemberian vitamin-mineral. Terapi terhadap septicemia dapat berlangsung lama (longterm therapy).

Penyakit alat Pernafasan

Penyakit yang menyangkut alat pernafasan pada ular sering pula ditemui. Mungkin merupakan kelanjutan dari septicemia, ulcerative stomatitis, infeksi virus, dll. Managemen yang buruk dan berjalan lama membuat ular stress dan berakhir dengan kelainan pernafasan.
Gejala yang dapat didengar meliputi suara respirasi yang kasar, keluaran (discharge) dari nostril dan atau mulut, batuk dan respirasi dari mulut (open mouth breathing). Kondisi demikian memerlukan tindakan medik segera oleh Dokter Hewan. Untuk mengetahui mikroorganisme penyebab dan antibiotika yang cocok perlu dilakukan kultur, uji sensivitas dan analisa darah.
Dapat dilakukan pula terapi inhalasio (vaporization or nebulization)

Infeksi mata

Ular piaraan kadang menderita infeksi mata, baik superficial ataupun sampai meluas yang mengenai keseluruhan mata. Infeksi superficial disebabkan umumnya perlukaan ringan pada mata, meskipun infeksi mata demikian harus segera mendapatkan penanganan untuk mencegah infeksi makin meluas. Bila ada eye caps kulit shedding harus segera dibantu melepaskannya. Infeksi mata yang meliputi mata keseluruhan dapat pula oleh sebab trauma atau kelanjutan dari septicemia. Biasanya bakteri selama proses septicemia masuk kemata lewat aliran darah. Mengatasi masalah ini diperlukan segera terapi antibiotika sistemik maupun topical. Kadang, obat untuk membantu latihan iris-mata (yaitu bagian berwarna didalam mata) dipakai untuk membantu mencegah terjadinya adhesi didalam mata.

Infeksi virus

Infeksi oleh virus pada ular masih belum banyak dimengerti, karena virus memang sangat sulit dideteksi dan diidentifikasi, oleh karena itu infeksi virus sulit diatasi. Diperkirakan tumor dalam kulit ular dihabitat aslinya disebabkan oleh virus. Yang lebih serius adalah infeksi virus yang kemudian melibatkan alat respirasi, alat pencernakan dan atau sistem syaraf. Pernah dilaporkan dan diidentifikasi virus encephalitis pada seekor ular phyton dan boa constrictor. Dari otopsi ditemukan kerusakan pada jaringan otak.
Kebanyakan virus adalah sangat menular. Itulah sebabnya disarankan agar para hobbyist bila akan memelihara ular baru perlu melalui prosedur karantina dahulu selama 6-8 minggu. Ular yang baru datang benar-benar diisolasi dulu dan diobsevasi dengan ketat, dicatat adanya gejala-gejala yang timbul. Dokter Hewan dituntut untuk dapat melakukan evaluasi selama ular dalam karantina tsb. Dalam observasi dan evaluasi jangan dilupakan pemeriksaan darah.

Infeksi jamur

Pernah pula dilaporkan adanya infeksi oleh jamur, baik superficial maupun profundal (deeper mycosis) pada ular. Infeksi oleh jamur ini sebagian besar pada kulit dan alat pernafasan. Adapula infeksi jamur dalam mata, hal ini mungkin sekali berasal dari lingkungan (terutama kandang) yang lembab dan kurang baik pemeliharaannya. Jamur ringworm yang biasanya menginfeksi manusia dan hewan peliharaan maupun ternak dapat juga menginvasi ular.
Mengatasi infeksi jamur terutama dilakukan dalam preventive medicine terutama sanitasi dan hygieni kandang dan lingkungan yang bersih. Lantai kandang harus dari bahan yang mudah dibersihkan.
Ular yang memperlihatkan problem kulit dan atau mata perlu diperiksa segera oleh Dokter Hewan. Menegakkan diagnosis dengan sangkaan infeksi jamur harus melakukan kultur dan biopsy (pada tumor kulit). Untuk mengatasi infeksi jamur diberikan obat-obat anti fungal baik topical, oral maupun parenteral.

Penyakit parasit

Telah diketahui bahwa ular dalam sisik-sisiknya menjadi tempat hidupnya (host) ektoparasit. Demikian pula endoparasit meliputi protozoa, helminthiasis (cacing bulat, pita, pipih fluke) menyebabkan penyakit endoparasit didalam alat respirasi, pencernakan, genitourinarius.
Ektoparasit yang sering ditemukan adalah mites dan ticks. Gejala yang timbul oleh parasit tsb tergantung kepada jaringan mana dan spesies parasit apa. Tentu saja ektoparasit lebih gampang didiagnosis, meskipun mites pada stadium immature tinggal dibawah sisik (scales) malah ada yang ngendon didalam ruang mata. Pengamatan dengan atau tanpa kaca pembesar harus dilakukan untuk mengetahui ektoparatism ini.
Untuk mengidentifikasi Endoparasit diperlukan evaluasi sample darah, feses, urine dan mukosa mulut.
Kebanyakan parasit pada ular kesayangan atau ular koleksi di zoological museum didapatnya dari habitat alam ular-ular tsb sebelum dipelihara. Ular kesayangan (pet snakes) yang dipelihara sendirian sebenarnya jarang menderita parasitism karena dengan sendirinya hidup terisolasi. Parasitism yang sering menyerang ular peliharaan umumnya adalah parasit dengan perantaraan vector dan memerlukan life cycles. Infeksi terjadi melalui gigitan vector ini atau karena makanan yang diberikan mengandung parasit.
Ular yang baru diperoleh patut dikarantina dahulu, seperti telah diutarakan terdahulu, termasuk pemeriksaan darah, feses atau kerokan kulit untuk menemukan parasit tsb. Kesehatan yang optimum hanya diperoleh melalui preventive medicine, yang meliputi pemeriksaan parasit, nutrisi imbang dan managemen lingkungan.
Berikut dikemukakan parasit yang sering ditemukan pada ular, yaitu

·         Amebiasis, adalah salah satu parasit protozoa yang utama pada ular. Ular penderita ini umumnya terinfeksi oleh ameba dari makanan (hidup atau mentah) dan air minum yang tercemar oleh stadium infektif parasit. Amebiasis menyerang sepanjang alat pencernakan dan hati (liver). Bila amebiasis dikomplikasi oleh infeksi bacterial tentu saja penyakit menjadi serius. Gejala amebiasis a.l.: diam (listlessness), hilang nafsu makan, feses sangat berbau busuk disertai lendir dan atau darah. Diagnosis ditegakkan dengan memeriksa sample feses dan mencari pengalaman dari otopsi pada ular-ular yang menjadi korban. Hal ini perlu dilakukan bila ular dipelihara dalam kelompok. Banyak ular yang mengandung ameba ini tanpa memperlihatkan gejala dan sakitnya ketika dialam bebas. Mereka mendapat parasit ini dari “life carriers”nya yaitu buaya atau kura-kura. Bangsa ular yang rawan amebiasis adalah boa constrictors, phytons dan ular air (water snakes). Amebiasis dapat diobati. Obat specific untuk ameba dan antibiotika mudah diperoleh. Terapi termasuk desinfeksi lingkungan terutama kandang dengan steam (steam cleaning) dan bahan desinfeksi dengan larutan bleach (bleaching solution 3%)

·         Trichomoniasis, yaitu bangsa protozoa lainnya. Untuk memastikannya adakan pemeriksaan feses secara rutin. Biasanya trichomonas ini didapat dari makanan berupa tikus (rats and mice) karena hewan ini menderita trichomoniasis tanpa memperlihatkan gejala.
Gejala trichomoniasis yang umum adalah : diare, muntah dan tidak mau makan. Trichomoniasis dapat dikomplikasi oleh infeksi bacterial. Obat trichomoniasis sekaligus dipakai untuk mengatasi amebiasis juga. Beberapa peneliti melaporkan bahwa trichomoniasis pada ular hanya oportunitis saja, selalu ular yang menderita penyakit endoparasit mengandung juga trichomonas, sehingga semua ular pengidap endoparasit lebih baik diterapi sekaligus terhadap protozoa, khususnya amebia dan trichomonas.

·         Infestasi mites, mites pada ular adalah mahluk kecil seperti laba-laba (spider) menyukai tinggal diantara sisik terutama sisik disekitar mata. Parasit ini mudah dilihat dengan mata telanjang, untuk identifikasi lebih lanjut diperlukan kaca pembesar. Untuk ular peliharaan, maka mites merupakan ektoparasit yang paling umum dan paling berbahaya Karena parasit ini mengisap darah induk semangnya yang menyebabkan anemia, apalagi mites yang sangat banyak menyebabkan anemia berat cepat terjadi. Disamping mites adalah parasit menghisap darah, parasit ini merupakan mahluk pembawa virus dan parasit darah lainnya. Tempat gigitannyapun dapat merupakan tempat masuknya infeksi bacteria. Mites menyelesaikan life-cycle nya di tubuh induk semangnya, meskipun mites betina meletakan telurnya (+/- 80 butir) jatuh disekitarnya. Inilah alasanya mengapa lantai kandang jangan terbuat dari bahan dimana telur (kemudian larvanya) tidak mudah bersembunyi diantara celah-celah lantai kandang. Infestasi mites ini lebih hebat lagi menyerang ular yang menderita malnutrisi karena kulit ular menjadi empuk sehingga mudah dihisap. Karena itu ular dengan banyak mites (dan umumnya ektoparasit) perlu diperiksa apakah juga menderita penyakit organ atau malnutrisi. Disamping itu obat-obat ektoparasit bagi ular juga berbahaya bagi ular penderita penyakit dalam karena toksiksitasnya.
Treatment untuk mites yang cukup mudah dan terkenal adalah dengan memberikan “No-Pest Strip” (bikinan Shell) ditaruh diatas atau dekatnya kandang, dengan dosis 0,2 inches commercial strip setiap 10 cubic feet kandang. Sebagai cara alternative adalah menempatkan 1-inch irisan No-Pest Strip didalam 35 mm film container dengan banyak lubang-lubang (multiple perforation) dan ditaruh didalam kandang selama 2-5 hari. Hati-hati memakai produk ini karena bagaimanapun No-Pest strip adalah toksik.
Flea spray, yang diformulasikan untuk anjing dan kucing dapat dipakai dengan menyemprotkan kehandoek kecil kemudian tubuh ular diusap dengan handoek yang dibasahi dengan flea-spray tadi yang dilakukan setiap 10 hari sekali. Selama pengobatan cara ini kandang terutama lantainya harus dibebaskan dari bahan-bahan (kerikil, pasir, serutan kayu dll) dan tempat minum harus disingkirkan dulu. Sedangkan kandangnya didesinfeksi dan difumigasi dengan larutan formalin 10-15% dan air panas. Biarkan kandang kering benar, baru ular dapat dimasukkan kembali kedalam kandang tsb. Lakukan observasi apakah terjadi infestasi oleh ektoparasit kembali.

·         Investasi caplak (ticks), habitat dan struktur ticks mirip dengan mites, yang beda hanyalah ukurannya. Ticks menyukai tinggal didalam mulut, nostril atau daerah vent (sekitar “cloaca”), bahkan dibawah kandang. Hati-hati dengan ular yang baru datang (termasuk yang diimport) karena sangat umum membawa ticks (dan ektoparasit lainnya). Seperti halnya mites, ticks juga mengisap darah induk semang yang dapat menyebabkan anemia berat sampai kepada kematian. Karena ukuran ticks cukup besar, maka membrantas ticks yang paling aman dan hanya bermodalkan ketelatenan, adalah ticks diambil (dengan pinset non surgical) secara manual dan cemplungkan kedalam kaleng berisi minyak tanah. Untuk mengatasi ticks dapat pula dipakai No Pest Strip selama 4 hari

Cancer

Ular dapat mengidap cancer, meskipun laporan tentang cancer pada ular piaraan masih sangat sedikit. Cancer pada ular yang dilaporkan ditemukan dalam tindakan otopsi. Sebagaimana sifat benjolan, tumor ataupun cancer ada yang benigne atau malignant dan dapat berasal dari organ maupun darah.
Menurut penelitian, ular bangsa boa constrictor paling banyak ditemukan cancer, tetapi mungkin karena boa conctrictor adalah bangsa ular yang paling popular menjadi pet snake sehingga sempat diadakan penelitian.

Gagal organ

Kegagalan fungsi dalam organ pada ular peliharaan umumnya terjadi karena usia tua atau karena penyebaran penyakit organ lainnya misalnya cancer. Gejala-gejala yang diperlihatkan oleh penyakit organ tentu saja tergantung kepada fungsi organ yang menderita. Gejala yang paling umum adalah: dehidrasi, ditemukan asam urat dalam urine/fesesnya dll.

Preventive medicine

Untuk hewan eksotik melakukan preventive medicine adalah yang utama, karena lebih mudah dan murah. Partner para hobbyist hewan eksotik adalah Dokter Hewan. Jadi lakukan general check hewan eksotiknya kepada Dokter Hewan.
Dokter Hewan praktisi dituntut untuk dapat mengevaluasi kesehatan hewan eksotik melalui pemeriksaan fisik maupun laboratorik secara teratur 2  kali setahun.
Berikut adalah pertanyaan wajib bagi Dokter Hewan praktisi ketika memeriksa hewan eksotik dengan cara wawancara, yaitu

·         Sudah berapa lama anda memelihara hewan ini ?
·        Dari mana anda mendapatkan hewan ini ? Menangkap dari habitatnya, membeli dari petshop, dll
·         Apakah anda mempunyai pengetahuan dan pengalaman dari pemilik/pemelihara sebelumnya ? (bila hewan dibeli/dikasih teman, dll)
·         Apakah anda memelihara hewan eksotik lainnya dan spesies apa saja ?
·         Bagaimana kondisi kandangnya ? (ukuran, bahan kandang, lantai, alas lantai, dinding, dll)
·   Apakah ada alat penghangat, lampu ultra violet, ventilasi, sinar matahari, kelengkapan kandang: tempat sembunyian, panjatan, mandi-mandi, air minum, makan, dll
·         Apa makanannya ? Makanan hidup atau awetan ? Frekwensi makannya ? (membuat sendiri, makanan pabrik ?)
·         Apakah hewan sering muntah, feses, urine, dll keluaran (discharges)
·         Kapan terakhir shedding ? Komplit atau ada kelengketan dibeberapa tempat ?










































Tidak ada komentar:

Posting Komentar