PENYAKIT JAMUR KURAP
(RINGWORM)
Oleh: Drh. S.
Dharmojono
PENDAHULUAN
Penyakit oleh infeksi Jamur pada kulit secara umum disebut dermatofitosis. Penyakit ini disebabkan oleh beberapa macam jamur terhadap jaringan tanduk (keratin) tubuh seperti kulit, rambut/bulu, kuku, dll. Jamur, baik yang tidak menyebabkan penyakit (non pathogen), maupun yang menyebabkan penyakit (pathogen) terdapat diseluruh dunia. Beberapa jenis jamur hidup ditanah, karenanya disebut jamur golongan geofilik, misalnya Microsporum gypseum. Jamur yang hidup diantara pergaulan manusia-hewan disebut anthropofilik, misalnya Microsporum audoninii. Jamur yang hidup diantara hewan saja disebut zoofilik, misalnya Microsporum canis, Trichophyton equinum, T verucosum. Tiga macam jamur menurut penggolongan tsb ternyata juga dalam situasi tertentu menular dari hewan ke manusia atau sebaliknya, jadi mereka juga bersifat zoonotic.
ETIOLOGI DAN EPIDEMIOLOGI
Penjakit kurap (ringworm) tersebar luas didaerah beriklim panas, sedang dan lembab. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi jamur yang termasuk kedalam kelompok dermatofita, yaitu Microsporum, Trichophyton dan Epidermophyton. Microsporum dan Trichophyton ini yang paling banyak menyebabkan penyakit jamur diantara hewan.
Ringworm dapat menyerang hewan ternak (kuda,
sapi, kambing, babi, dll) dan hewan kesayangan (anjing, kucing, kelinci, dll)
serta bangsa burung. Ringworm pada
ternak sapi biasanya oleh infeksi Trichophyton
verucosum, kalau pada kuda Trichophyton
equinum, sedangkan pada burung/ungags adalah Trichophyton galline. Penyakit ringworm
pada anjing dan kucing umumnya oleh Mcrosporum
canis. Ringworm dapat membentuk spora yang tahan hidup dikandang dan bebas
dikandang dan bahan keluarannya (ekskresi) misalnya: feses, bulu/rambut,
kelupasan kulit, sedangkan dilingkungannya tanah, jerami, pasir, kayu, dsb. Microsporum canis dapat hidup di
rontokan rambut/bulu selama 300-420 hari. Jamur ini rupanya tidak dapat tumbuh
ke bagian lebih kedalam dari kulit, tetapi menyukai kulit bagian keratin (zat tanduk). Itulah sebabnya
jamur ini digolongkan kedalam penyakit jamur dangkal (superficial mycose atau
dermatophytes). Pada kulit yang sedang mengalami peradangan, jamur ini
tidak dapat tumbuh, lebih suka pada jaringan yang normal. Itulah sebabnya
infeksi jamur ini membentuk cincin seperti layaknya cacing, karenanya disebut ringworm.
PATOGENESIS
Dalam kondisi tertentu dermatophytes hanya tumbuh dijaringan keratin yang mati. Perkembangannya akan berhenti pada sel-sel yang hidup atau pada jarigan yang tidak meradang saja, sehingga membentuk cincin. Jamur zoofilik selalu menyesuaikan diri dengan induk semangnya (host-species adapted) dan jarang menyebabkan reaksi radang yang serius pada hewan. Pada manusia jamur tsb seringkali menyebabkan radang yang akut walaupun dengan penyebaran yang terbatas. Infeksi bermula dari jaringan keratin yang sedang tumbuh, misalnya bulu/rambut, kuku atau stratum corneum yang sedang tumbuh, dimana conidia (kuncup jamur) berkembang menjadi benang-benang jamur yang disebut hife (thread like hyphae). Benang hife ini menembus dan menyebar kedalam batang rambut, sehigga rambut menjadi lemah, rapuh dan rontoq. Kemudian jamur bertumbuh kearah bawah sedangkan bulu terus bertumbuh keatas. Jamur ini tidak menembus masuk kedalam rambut yang hidup dan daerah tempat proses mitotic sel sedang berlangsung. Bila pertumbuhan bulu sudah berhenti, maka pertumbuhan jamur ini juga berhenti.
Beberapa jenis (spesies) jamur pada hewan (animal dermatophytes) yang penting akan
menghasilkan kelompok-kelompok artrospora (clusters
arthrospores) terutama sepanjang permukaan luar batang rambut yang disebut tipe ektothrik, dibanding dengan yang disebut tipe endothrik.
Di Indonesia belum pernah dilaporkan adanya penyakit ringworm sampai dengan 1980, ketika
sapi-sapi FH yang diimpor dari Australia melalui pelabuhan Cilacap dilaporkan
ada yang menderita ringworm. Kemudian
kejadian yang sama ditemukan pula diantara sapi perah dan Brahman-cross di Kalimantan Selatan 1983.
SIMPTOMATOLOGI
Penyakit dermatophytes menunjukkan gejala klinik yang sangat bervariasi. Pada anjing dan kucing, bentuk cincin umumnynya ditemukan di daun telinga, wajah, hidung, perut bagian bawah dan kaki, disertai adanya bercak-bercak warna kemerahan, rambut rontoq meninggalkan keropeng sehingga kulit menjadi bersisik.
Pada sapi menimbulkan bercak-bercak di wajah, leher yang
menonjol membentuk keropeng dan sisik, sehingga terbentuk bungkul bungkul. Jika
keropeng itu diangkat, akan terjadi perdarahan. Keropeng itu umumnya berbentuk
bulat berukuran diameter 0,5-5 cm. Pada sapi, lokasi lesi-lesi oleh ringworm kedapatan sbb:
Daerah lesi Jawa
Tengah Kalimantan
Selatan
Kepala 56% 5%
Leher 66% 15%
Bahu 68% 28%
Punggung
& perut 52% 52%
Pinggul 38% -
Pada kuda, keropeng banyak ditemukan di bahu, muka, dada dan punggung, mungkin hal ini disebabkan oleh pakaian kuda yang dikenakan bergantian. Kulit yang terserang menjadi pecah pecah dan ber eritrema, bulu rontoq, bersisik, kemudian membentuk benjolan-benjolan dan kalau benjolan ini terkelupas terjadi luka yang cukup dalam. Pada domba dan kambing, terjadinya kulit berpecah-pecah pada daerah muka dan punggung. Sedangkan pada unggas, jamur membentuk koloni-koloni pertumbuhan pada pial (jengger) kemudian meluas kedaerah kulit yang tidak berbulu, misalnya wajah dan sekitar mulut.
DIAGNOSIS
Diagnosis penyakit jamur tidak hanya didasarkan kepada gejala klinik, tetapi harus lebih ditegakkannya melalui pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan laboratorium yang terpenting adalah dengan membuat kultur, kemudian diperiksa dibawah mikroskop utra-violet (wood’s lamp) dengan panjang gelombang 366 um atau pemeriksaan mikroskopis langsung atas samples bulu atau kerokan kulit. Diagnosis yang khas (specific) dan efektif adalah dengan membuat kultur, karena sekaligus dapat di identifikasi jenis jamurnya. Dengan cara lainnya seringkali tidak berhasil ditemukan jamur.
Uji media dermatophytes (Dermatophytes
Test Medium=DTM) dapat pula dilakukan. Samples dapat diperoleh dari kerokan
kulit, bulu atau kuku dari bagian yang terinfeksi, setelah terlebih dahulu
dibersihkan dengan air bersih dan didesinfeksi dengan alcohol 70%, agar
mikroorganisme safrofitnya hilang, kemudian dioleskan diatas kultur media dari Saburaud
Media, kemudian ditutup untuk mengurangi penguapan. Inkubasi media itu
cukup dilakukan dalam suhu kamar saja. Dakam waktu 3-7 hari (sebaiknya 3
minggu) dermatofit akan tumbuh. Kultur jamur akan mengubah media dari warna kuning
menjadi kemerahan pada waktu pertama kali terlihat, sedangkan koloni jamurnya
sendiri berwarna putih atau putih redup (off
white).
Pemeriksaan langsung dapat dilakukan dengan sample keropeng
atau bulu ditetesi KOH 10-20% sebanyak 1-2 tetes, kemudian difiksasi dengan
dipanasi pelan-pelan, kemudian ditutup dengan gelas objek.
DIAGNOSIS BANDING
Ringworm sering dikelirukan dengan penyakit kulit lainnya misalnya kudis (budug, scabies) atau kelainan kulit karena ketidak seimbangan hormonal atau alergi oleh makanan. Beberapa penyakit malnutrisi juga dapat memperlihatkan gejala yang mirip. Untuk membedakannya harus melalui pemeriksaan laboratorium, dengan upaya menemukan jamur dan identifikasi jenisnya.
PENGOBATAN
Pada beberapa kasus, ringworm dapat hilang dengan sendirinya, apabila penderita dalam kondisi lainnya (terutama gizi) yang baik atau pada penderita yang lantas segera diberi nutrisi imbang dan cukup porsinya yaitu nutrisi yang dibuat dengan bahan-bahan non-alerginik. Pengobatan dilakukan dengan memberikan anti-jamur per-os atau topical dalam bentuk krim, salep atau shampoo yang mengandung obat anti jamur. Cara tsb untuk hewan kecil, sedangkan untuk hewan besar pengobatan per-os sangat mahal, demikian pula dengan yang topical, contoh obat anti jamur: griseovulvin, ketakonazol, mikonazol dan sejenisnya.
Untuk hewan besar seperti kuda, sapi, kerbau, kambing, dll,
umumnya dipilih obat-obat sprayer berisi
lemak, jodium, sulfa atau asam salisilat, misalnya untuk sapi digunakan cairan Na-caprilat yang disemprotkan. Pada
kuda digunakan Na-trichlormethyl-thiotetrahydroftalimide.
Untuk infeksi ringworm
yang akut dapat digunakan asam-borak
2-5% atau larutan K-permanganat
1:5000. Untuk luka-luka keropeng digunakan carbowax yang mengandung anti-jamur. Untuk desinfeksi kandang dan
peralatan dapat digunakan larutan phenolic
2,5-5% atau Sodium hipokhlorik 0,25%
atau formalin 2%.
Obat-obat lainnya yang dapat dipakai adalah asam benzoate 6%, resorsinol 1-10%. Untuk
food animals (sapi, kebau, dll) pengobatan topical dipakai a.l.:
·
Sulfat cuprum (CuS04 yaitu larutan prusi) kapur
CaCO3 sama jumlahnya kemudian dicampur dan dilarutkan bersama. Aplikasi:
oleskan seminggu sekali ,
·
Jodium tinktur 2,5%, digosokkan dengan sikat, seminggu
sekali.
·
Formalin 0,2%, digosokan dengan sikat sekali
seminggu
·
Formalin 0,4%, soda kaustik 0,5 aa. Campur dan
larutkan kemudian digosokkan seminggu sekali
PENCEGAHAN
Penderita yang berhasil sembuh dari penyakit jamur akan memilikki kekebalan sel didalam tubuhnya (cell mediated immunity) terhadap antigen jamur tsb, sehingga mempunyai zat kebal dikemudian hari. Penderita ringworm supaya dipisahkan dalam kandang tersendiri. Lakukan tindakan sanitasi dan higienik dilingkungan terutama dikandang hewan. Orang/ pemilik/karyawan di usaha peternakan, penggembala ternak, termasuk para penyayang hewan anjing, kucing, kelinci, hamster, dll setelah bergaul dengan hewan hendaklah mandi dengan sabun antiseptika. Semua alat-2 yang berhubungan dengan penderita harus disucihamakan.
Dinegara yang telah maju dan kaya, telah ada vaksin anti ringworm yang dibuat dari
Trichophyton verrucosum. Di Indonesia vaksin untuk ringworm belum ada, hal ini karena pertimbangan ekonomi.
PERATURAN DAN PERUNDANGAN
Ringworm termasuk penyakit zoonosis. Kematian oleh ringworm sangat kecil, yang besar adalah kerugian ekonominya karena produksi peternakan menurun baik kwlitasnya maupun jumlahnya. Kerugian yang sangat berarti adalah daging, susu, kulit disamping turun, kwalitasnya buruk dan tidak laku dijual. Hewan ternak (animal food) penderita diizinkan dipotong dan dagingnya dapat dikonsumsi manusia, tetapi kulitnya harus dimusnahkan, atau paling tidak diberlakukan syarat-syarat yang ketat, misalnya harus dimasak atau disamak untuk keperluan industry kulit masih bisa.
KESEHATAN MASYARAKAT
Di negara maju sekalipun, diantara kewan kesayangan (anjing, kucing) yang di konsultasikan ke dokter hewan, antara 10-20% mengandung ringworm sebagai life carrier. Jenis jamur tsb Microsporum canis 70% (anjing) dan 80% pada kucing. Infeksi oleh Trichophyton mentagrophyte, Microspoum gypseum dan yang lain 20%. Cara penularan jamur dari hewan dan manusia dan sebaliknya melalui kontak langsung, atau kontak dengan peralatan yang terkontaminasi termasuk baju, sisir, peralatan lainnya. Karena jamur juga beterbangan diudara, maka tentu saja penularan bisa juga melalui per-inhalasio. Jamur tersebut akan menjadi penyakit, bergantung kepada:
·
Patogenitas
jenis jamur
·
Usia
penderita, yang muda lebih rawan
·
Daya
tahan tubuh. Daya tahan tubuh hewan malnutrisi pasti lebih rawan karena
jaringan kulitnya lunak
·
Jumlah
dan jenis sekresi kulit penderita
·
Diantara
penderita juga mengidap penyakit lainnya, misalnya diabetes mellitus, anaemia, dsb
·
Status
hormonal penderita karena pertumbuhan jamur sangat bergantung kepada status hormonal penderita misalnya obat-obatan
anti-hamil, kortikosteroid, dll
·
Status
nutrisi, kekurangan salah satu komponen dalam rangsumnya
Pada manusia infeksi jamur dermatophytes paling sering pada kaki dan dikenal sebagai dermatophytosis of the feet atau disebut
juga tinea
pedis. Olah ragawan yang biasa sepatunya menjadi basah dan kotor
(karena keringat) menjadi lembab tetapi hangat terutama disela-sela jari kaki
tumbuh jamur, yang seperti ini disebut athlete’s foot.
Di Indonesia penyakit jamur pada manusia ternyata cukup
tinggi, misalnya di RSCM setiap tahun ditemukan penderita dermatophyte baru sebanyak 2%, di RS Karyadi Semarang malah pernah
12,04% pasien menderita dermatophyte.
Widianto pernah melakukan penelitian (1993)
di asrama-asrama pendidikan militer menemukan 59,5% penderita dermatophytes.
Infeksi jamur (athlete’s
foot) pada pria ternyata lebih banyak dari pada wanita, perbandingannya
8:1, ini mungkin karena sepatu pria lebih tertutup dibanding sepatu wanita.
REFERENSI
Anonim :
Merck’s Veterinary Manual 7ed (1991)
................. : Pedoman Pengendalian Penyakit Hewan MenularJld-IV, DirKesWan, Dep
Tan,
1990
Custem & Rochette
: Mycosis in domestic animal
(Janssen Research Foundation, 1991)
Dharmojono :
Kapita Selekta Kedokteran Veteriner Jld-I
(Yayasan Obor Indonesia, 2001)
………………… : Dermato mycosis pada Hewan (PMKI Simposium Penyakit Jamur, Nov
1995, Jakarta).
Jani T Iman : Masalah infeksi Jamur pada kaki, (PMKI, symposium, Nov. 1995)
Maya Devita : Masalah infeksi Jamur di Kehidupan Modern ( Simposium PMKI, 1995)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar