cmencegah burung
kecelakaan terbang menubruk kaca, jendela, atap dll peralatan yang mungkin
dapat mencederainya. Pemeliharaan dan pemotongan kuku bukan saja agar estetis,
tetapi juga menghindarkan burung dari terluka atau terjerat kawat kurungan atau
benda-benda lainnya.
Blood feathers
Yang dimaksud dengan “blood feather” adalah bulu yang sedang tumbuh, karena “batang”
bulunya masih penuh dengan kapilarisasi peredaran darah, karena itu bila “blood feathers” ini copot/tercabut akan
mengeluarkan darah cukup banyak dan lama berhentinya (lihat halaman 49, figure
1).
Sering klien membawa burungnya dengan
perdarahan karena bulu tercabut atau dicucuk sendiri, maka cabut sekalian bulu
tsb searah dengan tumbuh tangkainya. Hentikan perdarahan dengan menyusupkan (menutup)
dengan sabun ketempat tumbuh bulu/bekas dicabut, atau berikan tepung/bedak agar
segera berhenti perdarahannya. Beritahukan
kepada klien dalam beberapa hari/minggu bulu baru akan tumbuh.
Stress bars
Yaitu garis (translucent lines) yang menyilang batang bulu (feather shaft) dengan sudut 90o terhadap bars, barbules, batang bulu berpotensi me
nyebabkan titik lemah dimana bulu dapat patah (lihat halaman 49, figure 2).
Stress bars disebabkan oleh stress apapun yang terjadi ketika bulu
sedang dibentuk didalam follicle. Stress tsb misalnya: gangguan nutrisi,
penyakit akut, trauma atau glucocorticoids
dari luar (exogenous glucocorticoids).
Dari peng amatan kondisi bulu dapat diketahui secara tidak langsung riwayat ma nagemen
burung tsb sedari kecilnya. Sering ditemukan bahwa burung yang mempunyai
berbagai stress bars pada banyak
macam bulu menunjukkan pernah menderita penyakit khronik atau intermiten atau
problema managemen yang perlu diteliti lebih lanjut.
Feather picking
Feather
picking
merupakan problem pet-birds yang
cukup sering terjadi. Temuan-temuan fisik cukup khas. Pada kepala tidak
terkena, tetapi bulu pada badan, kaki dan sayap paling menderita sampai-sampai menjadi
gundul (lihat halaman 49, figure 3).
Sering terlihat perilaku mencucuk bulu-bulu
bagian caudal sternum dan abdomen
disekitar alat sexual, daerah mana
disebut brood patch sering di temukan
terutama pada bangsa cockatoos yang
disebut sexual-picking. Hal ini
termasuk perilaku biasa pada bangsa cockatoo,
yang maksudnya mem pertahankan agar telur tetap hangat karena bersentuhan
langsung de ngan kulit induknya.
Periksa adanya problema feather picking secara sistematik karena penye- babnya dapat sangat
bervariasi (plethora of causes).
Penyebab utama adalah penyakit dan kombinasi keadaan lingkungan dan “status
emosional burung”.
Perhatian pertama diarahkan kepada keadaan CBC, profil kimia serum, fecal flotation, fecal Gram’s stain dan kultur. Chlamydia test, DNA probe test di perlukan
untuk penyakit bulu dan paruh pada bangsa psittacine.
Penyakit-penyakit bulu dimulai dengan
pemeriksaan jaringan tumbuh bulu (feather
pulp), follicle, sampai kepada
upaya pemeriksaan laparoscopy.
Malnutrisi sangat mungkin merupakan latar
belakang masalah. Bila burung tidak mendapatkan nutrisi pellet, buah-buahan, sayuran, makanan meja (table foods), nasehatkan kepala klien untuk memperbaiki dietnya,
agar biji-bijian tidak merupakan porsi besar dari seluruh jatah makanannya.
Klien mungkin sudah memberikan banyak macam bahan makanan dalam porsinya,
tetapi tidak diperhatikan bahwa burung hanya memilih biji-bijiannya saja,
misalnya biji bunga matahari atau milletnya
saja. Tambahkan vitamin dapat kedalam air minumnya atau teteskan kedalam
makanannya yang lembek (misalnya pisang). Supplemen mineral perlu diberikan
pula. Nasehatkan untuk mengganti air minumnya setiap hari, alas yang
basah/lembab harus selalu diganti untuk mencegah tumbuhnya jamur atau bacteria.
Untuk mengajari burung agar mau minum
air-minumnya yang diberi tambahan vitamin atau mau makan makanan yang ditetesi
vitamin/mineral, upayakan agar pemberian vitamin/mineral dilakukan sedikit demi
sedikit sehingga burung tidak “melihat dan merasakan” adanya perubahan warna
atau rasa.
Kondisi lingkungan dan status psikologik
burung sering merupakan latar belakang perilaku feather chewing. Orang yang tidak/belum dikenal me rupakan stimulus
perilaku tsb, tidak adanya selingan bagi burung untuk bermain, bertenngger juga
membuat “bosan” burung dan stimulus perubahan perilaku terutama pada bangsa African gray parrots. Bahan-bahan tidak
berbahaya yang dapat dipakai untuk anti-kebosanan misalnya: tulang-tulangan dari
kulit hewan mentah (rawhide bone), tatal
kayu (wooden brushes), bonggol
jagung, popcorn, kardus atau berikan teman disebelahnya (kurungan tersendiri)
agar saling melihat dan “berbicara/menyanyi” satu sama lainnya. Kadang
penyayang burung menaruhkan cermin dalam sangkar agar burung tsb mempunyai
“teman” yang tidak perlu berkelahi didalam sangkar.
Penyebab psikologis memang sangat individual,
karena itu perlu melakukan “trial and
error” untuk merubah lingkungan, misalnya:
- Pindahkan
kurungan ketempat yang tenang, banyak pohon-pohonan dan tidak banyak lalulalang
orang atau hewan piaraan lain (Mis: anjing, kucing,dll)
- Burung
kadang suka akan mendengarkan suara-suara TV/radio/kaset, kebalikannya ada
burung yang justru tidak menyukainya.
- Barangkali
burung memerlukan kurungan yang lebih besar ruangannya.
- Berikan
tempat mandi-mandi atau pada waktu-waktu tertentu semprot (spray) dengan air segar
- Lebih
sering diajak “bicara” atau lebih lama dikunjungi
- Coba
berikan teman yang akur, sebaliknya pisahkan teman yang agresif.
Apabila upaya-upaya seperti tsb diatas tidak
menunjukkan hasil, usaha lainnya adalah melakukan terapi simptomatik. Bermacam
jenis obat telah dicoba untuk mengatasi feather
picking ini (lihat table dihalaman 52).
TABEL OBAT
ANTI PSIKOTIK UNTUK BURUNG
Nama
Generik Nama dagang Dosis yang disarankan
Diazepam Valium
(Roche) 1.25-2,5
mg/4 onz air minum
Diphenhydramine HCl Benadryl (Park-Davis) 2-4 mg/kg oral b.i.d
1.25
ml/4 onz dalam air minum
Doxepin Sinequan
(Roerig) 0,5-1.0
mg/kg oral b.i.d
Adapin
(Lotus Biochemical)
Haloperidol Haldol
(McNeil) 0.05-0.2
mg/kg oral s.i.d /b.i.d
1-2
mg/kg i.m tiap 3 minggu
Hydroxyzine HCl Atarax (Roerig) 2 mg/kg oral t.i.d
4
mg/4 oz air minum
Medroxyprogesterone Depoprovera (Upjohn) 5-30 mg/kg i.m tiap 4-6 minggu
Megestrol acetate Ovaban (Schering-Plough) 1.25-2.5 mg/4 oz dalam air minum
7-10
hari, kemudian 1-2x /minggu
Naltrexone HCl Trexan (Du Pont) 1.5 mg/kg oral b.i.d
Nortriptylin HCl Pamelor – Sandoz 1ml/4 oz drinking water
Phenobarbital Donnatal
– Robins 1-7 mg/kg
orally b.i.d or t.i.d.
Dari pengalaman pemberian obat-obat tsb
menolong, tetapi sifatnya individual jadi tidak dapat merekomendasikan obat
simptomatik secara umum.
Upaya lain yang lebih agresif dan invasive adalah
dengan “debeaking” sebagai mana
halnya pada poultry breeding. Caranya
adalah dengan menggerinda 2-4 mm bentuk V sehingga membentuk celah (notch) ditengah occlusal bawah permukaan mandibula. Celah itu akan mem persulit
burung melakukan pricking atau chewing. Namun dengan “debeaking” ini hanya dilakukan pada
bangsa burung yang makanannya lunak (mis: pisang) bukan pemakan biji-bijian.
Kalau upaya semacam itupun gagal, maka pakaikan saja semacam “Elizabethan collar” yang dapat dibuat
sendiri. Tetapi apabila burung terus menerus berusaha melepaskan collar tsb, akhirnya malah bertambah stress, maka seyogyanya collar dilepas kembali (lihat halaman
49, figure 4).
Foot necrosis syndrome
Bangsa Double
yellow headed Amazons, yellow napped Amazons dan Macaws suka menyisil bulu sayap dan atau kaki (lihat halaman 53,
figure 8). Perilaku mencu cuki/menyisil diri sendiri ini disebut “psittacine mutilation syndrome”
atau
“Amazon foot syndrome”. Biopsy dari
bagian necrosis ditemukan inclusion
bodies, bakteria dan fungi. Untuk mengidentifikasi mikroorganisme tsb perlu
dibuat kultur dan uji sensitivitas.
Untuk mengatasinya secara fisik, kenakan collar atau pembalutan, balut mana
diberi broad spectrum cream topical
untuk melindungi dari perilaku mutilasi selanjutnya. Biasanya perilaku demikian
kumat kembali setelah 3-4 bulan kemudian. Pemberian obat antipsikotik dan
kortikosteroid dapat membantu mengatasinya. Kasus ini tidak diketahui benar
akan kesem-buhannya, namun demikian dapat direkomendasikan pemberian prednisolone peroral sebulan sebelum
perkiraan perilaku datang.
Knemidocoptic mange
Kasus ini disebabkan oleh invasi Knemidocoptes mites dan sering terjadi
diantara bangsa budgerigars dan
kadang bangsa psittacines. Akibat
invasi mites ini terjadilah hyperkeratosis jaringan biasanya pada
kaki.
Lesi-lesi oleh mange ini terutama dapat dilihat dibagian tubuh yang tidak
ditumbuhi bulu-bulu dan dibagian sekitar paruh adalah yang paling sering
terjadi, sedangkan dikaki dan disekitar tembolok lebih jarang. Lesi biasanya
dimulai dari batas cere (pangkal
paruh dengan batas tumbuh bulu bagian frontal)
dan paruh. Pada bangsa budgerigars
lesi mempunyai penampilan daerah proliferasi yang karakteristik (lihat halaman
53, figure 6).
Kemudian hari bila pertumbuhan jaringan hyperkeratosis ini berlanjut menjadi
kelihatan dramatis karena menyerupai tanduk yang tumbuh dari sudut mulut sampai
mata.
Lesi dikaki disebut “tassel foot” dapat sampai menyerupai jari tambahan karena
proliferasi melibatkan jaringan kulit (lihat halaman 53, figure 7).
Diagnosis mudah ditegakkan dengan memeriksa
kerokan lesi (scraping) dimana
ditemukan sangat banyak mites.
Hyperkeratosis mites pada bangsa cannaries agak sulit ditemukan adanya mites dari sample scraping, namun seyogyanya terapi terhadap mites perlu dilanjutkan.
Obat pilihan adalah ivermectine dengan dosis 0,2-0,3 mg/kg oral, intramuscular atau
topikal (dapat dipakai ivermectine yang
untuk hewan besar). Ulang terapi itu setiap 14 hari (untuk budgerigars) dan tiap 14 hari sampai terjadi resolusi (untuk cannaries).
Vit A dapat ditambahkan dengan dosis 30.000
IU/kg intramuscular q.i.d. Ivermectine
dapat bekerja baik peroral dengan sangat sedikit side-efek (depresi, kematian)
dari pada diberikan perparenteral. Untuk keperluan aplikasi oral dapat dipakai
jarum uk .
25 ga dari spuit 1 ml dipotong (gunting) kemudian diberikan menurut dosis yang
ditentukan lalu disemprotkan lewat mulut. Menurut leafletnya, sebenarnya ivermectine tidak diperuntukan burung,
namun dari pengalaman praktek sangat bermanfaat, karena itu dokter hewan dituntut
untuk menjelaskannya kepada kliennya.
Penyakit
paruh dan bulu pada Psittacines
Virus cukup sering menyerang paruh dan bulu
pada burung bangsa psittacine seperti cockatoos (ada 35 Old World psittacine species), tetapi jarang pada
bangsa Central and south Americans misalnya: Amazons dan Macaws.
Virus ini lebih banyak menyerang burung muda
usia <3th. Bentuk akut terlihat pada burung muda ketika bulu pertama mulai
tumbuh dengan gejala perdarahan pada batang bulu, necrosis, fraktur, bengkok
dan rontoq premature. Bila berlanjut kondisi seperti ini dapat berkembang
hingga 80-100%, bulunya menjadi dystrophy
hanya dalam waktu seminggu. Gejala sistemiknya berupa depresi dan diare.
Kematian biasanya terjadi karena infeksi sekunder hanya dalam waktu 1-2 minggu
sejak gejala klinik muncul.
Disamping didalam lesi-lesi, sarang virus ini
dapat ditemukan pula didalam kelenjar thymus
dan bursa Fabricius mungkin karena immunodeficiency. Prognosis penyakit ini
buruk, terutama pada burung yang lebih muda.
Bagi yang masih bertahan, penyakit menjadi
khronis dan kondisi ini yang sering dikonsultasikan kepada Dokter Hewan (lihat
gambar 8).
Bulu menjadi keriting, kusut atau salah
bentuk (deformed). Darah terlihat
dibagian ruang pulpa (pulp cavity)
bulu, karena itu harus dibedakan dengan blood
feather yang telah diutarakan terdahulu. Bulu yang terserang menjadi
kerdil, pendek dan abnormal. Pada musim molting
bulu yang terserang justru makin meluas.
Karena mirip pemupuk baby powder karena lembutnya, maka bulu lembut dibawah pinggul (hips) disebut “powder down feather”. Bulu lembut inilah yang pertama kali
mengalami dystrophy, baru kemudian
merembet ke “contour feathers”. Bulu
untuk terbang baik disayap maupun diekor adalah yang terakhir terserang
penyakit ini.
Paruh dapat terserang dan menyebabkan tumbuh
berkepanjangan tetapi lunak (lihat halaman 56, figure 11).
Pada beberapa kasus lesi pada paruh lebih
nyata dari pada di bulu. Gejala pertama timbulnya penyakit bulu dan paruh pada
bangsa cockatoo adalah rontoqnya
bulu-bulu powder dan paruh yang
berwarna kehitaman.
Infeksi sekunder sering terjadi dengan timbulnya
gejala pada pertemuan mandible dan palate
didalam mulut. Deformitas, fraktura, necrosis dan ke rapuhan kuku sering
terlihat. Bentuk khronik penyakit ini gejalanya adalah anorexia, depresi dan feses encer dan terjadilah imunosupresi.
Diagnosis kasus ini dapat ditegakkan melalui
pemeriksaan histologik dan hematologik. Badan inklusi intranuclear (intranuclear inclusion bodies) yang
bersifat basophilic dapat dilihat
didalam bulu dan sel epithel folikel. Badan inklusi intrasitoplasma (intracytoplasmic inclusion bodies) dapat
pula diidentifikasi dengan pemeriksaan rutin dengan hematoxylin dan eosin
staining dalam macrophages
didalam epithel bulu, ruang pulpa (pulp
cavity) atau selubung bulu (feather
sheath). Nekrosis dan radang epithelium
didalam bulu basal atau seluruh ruang pulpa dapat pula terjadi.
Penyakit paruh dan bulu pada bangsa psittacine, pada cockatoo dan burung muda, mirip seperti pada gambar 11 pada halaman
56. Pada burung yang lebih tua adanya lesi local dan riwayat perilaku mencucuki
bulu mungkin bukan penyakit infeksi. Bila persangkakan kepada penyakit paruh
dan bulu masih meragukan, perlu dilakukan biopsy
epithel folikel karena mungkin ada penyakit lain seperti avian polyomavirus, foliculitis bacterial atau dermaphytosis.
Burung muda tanpa lesi pada kulit mungkin
mengidap transient viremia yang di
keluarkan (shedding) dalam 90 hari,
oleh karena itu burung-burung yang asymptomatic
tapi test positif perlu diulang dalam 90 hari kedepan.
Virus dapat ditularkan melalui jalan fecal-oral dan ditemukan dalam
konsentrasi yang tinggi dalam bulu-bulunya. Virus ini mirip dengan porcinecircovirus dan agent penyebab
anemia pada anak ayam. Virus ini stabil terhadap lingkungan dan resisten terhadap
panas, detergen dan banyak bahan desinfektan lainnya.
Singkirkan penderita penyakit ini dari
pembiakan atau pet-shops, penitipan
burung (avian boarding facilities)
atau tempat kumpulan burung-burung. Kurungan/kandang burung bekas infeksi virus
tsb seyogyanya tidak dipakai lagi, karena tidak ada detergen, bahan kimia atau enzyme yang mampu membunuh virus tsb, kecuali
bila tindakan sanitasi dan hygieni terhadap kandang/kurungan tsb dilakukan
berulang kali sedemikian rupa sehingga diperkirakan kandungan virus sudah
sangat sedikit. Penyakit paruh dan bulu ini juga merupakan airborn disease melalui fecal dan bulu-bulu.
Tidak ada cara lain untuk meyakinkan adanya
burung yang bebas virus ini kecuali melalui test
terhadap virus ini.
Yang dapat dilakukan adalah terapi suportif,
misalnya berikan lingkungan hangat pada burung yang sudah kehilangan banyak
bulunya atau berikan makanan yang lunak kepada burung penderita penyakit paruh.
Vaksin terhadap virus ini sedang dalam penelitian dan pengem bangan. Prognosis
penyakit paruh dan bulu ini buruk, meskipun tergantung kepada umur burung dan
parahnya lesi-lesi. Burung yang mengandung intranuclear
inclusion bodies didalam sel-sel epithelnya kadang sembuh secara spontan.
Burung yang mengandung intracytoplasmic inclusion bodies didalam macrophages cenderung menjadi progresif.
Burung penderita dengan perawatan yang baik masih dapat hidup beberapa bulan
bahkan beberapa tahun, melainkan bila paruh menjadi necrotic dan burung menjadi anorexia, prognosisnya menjadi buruk,
dokter hewan dapat merekomendasikan euthanasia.
Follicular Cysts
Burung bangsa cannaries seringkali menderita follicular
cysts, meskipun tidak berarti bangsa burung yang lain tidak mungkin
menderita. Hanya saja pada burung bangsa cannaries
sifatnya herediter sedangkan spesies lainnya mung-kin karena trauma saja. Follicular cyst terlihat sebagai kebengkakan
besar atau benjolan bersisik (scaly
lumps) pada sayap atau dipunggung. Cysts
ini berisi jaringan keratinaceous (lihat
halaman 53, figure 9).
Menghilangkan cysts dilakuan dengan perasat bedah dengan cara mengupas kapsulnya
dan mengambil cysts nya atau dengan
melakukan cauterisasi listrik ataupun kimiawi pada epithelim germinativumnya. Bila lokasi cysts ada di-sayap perlu dipasang dahulu tourniquet dibagian proximalnya sebelum me-lakukan perasat bedah
untuk mencegah perdarahan. Untuk tourniquet
dapat dipakai karet gelang. Bila kondisi burung cukup baik, melakukan bedah
dibawah anesthesia umum lebih baik. Untuk anesteticum dipakai isoflurane.
Pododermatitis
Pododermatitis disebut juga bumblefoot (bahasa Jawa “bubulen”), lihat
halaman 56, figure 10, yaitu infeksi pada bagian bawah telapak kaki biasanya
oleh trauma. Banyak kasus pododermatitis sebagai
akibat sekunder dari avitaminosis A. Bila pododermatitis
menyerang persendian menjadi sulit diatas jadi mungkin tidak dapat sembuh.
Pododermatitis biasanya dimulai
dengan adanya radang pada telapak kaki, mungkin tenggeran terlalu tajam/kasar.
Bila sebabnya karena defisiensi vit-A, burung dapat diberikan suntikan vit-A
dengan dosis 0,3 ml/kg bb intramuskuler sekali seminggu sebanyak 2-3 kali.
Tenggeran dibungkus dengan kain dan ditetesi dengan chlorhexidine atau jodium
tincture supaya empuk dan tidak kasar/tajam serta mengandung antiseptika.
Untuk podo-dermatitis yang disertai
infeksi serius , lesi perlu dibalut dengan kasa plus bahan antiseptika
disamping memberikan antibiotika kepadanya. Mencegah pododermatitis lebih baik, dengan memberikan tempat tenggeran bukan
dari bahan tiruan (fiber, plastic,
dll) melainkan dengan kayu asli yang dihaluskan dan besarnya cukup dan enak dicengkeram
burung ybs.
Paruh
tumbuh berlebihan (overgrowned beak)
Paruh yang tumbuh berlebihan sering dijumpai
(lihat halaman 56, figure 11). Paruh tumbuh berlebihan dapat merupakan petunjuk
adanya kelainan organ dalam seperti Hati (liver
diseases), malnutrisi atau malocclusion,
karena paruh demikian menjadi lunak dan mudah hancur. Pemberian atau perubahan
diet yang imbang perlu dilakukan. Berikan buah-buahan, sayuran atau makanan
meja (table foods) disamping makanan pellete biasanya. Makanan anjing berupa pellet yang agak dihaluskan dapat
diberikan kepada burung penderita penyakit ini. Paruh dengan malocclusion perlu diiris/potong (pakai trimmer) seperti halnya memotong kuku,
dilakukan setiap bulan atau dimana sudah diperlukan. Hati-hati sebagaimana
memotong kuku, terlalu keujung dapat memotong bagian germinativum dan terjadi perdarahan. Dalam memotong paruh/kuku
seyogyanya disiapkan bahan pembeku darah misalnya ferric subsulfate, untuk mengatasi kemungkinan terjadinya
perdarahan. Harus sangat hati-hati bila memakai bahan silver-nitrate (AgN03 ) bila burung mencucuk bahan ini
dapat mulutnya terbakar.
Bangsa budgerigars
dengan paruh tumbuh berlebihan berwarna merah darah (dark hemorrhagic line)
umumnya karena menderita penyakit hati. Dalam hal ini pastikan diagnosisnya
dengan mengevaluasi enzyme hati.
Biasa dipakai AST (Aspartate
Aminotransferase). Angka AST bangsa
budgerigars >300 IU/liter. Harga
2-3 X lipat berarti positif, meskipun AST
juga dapat dilepaskan oleh jaringan musculoskeletal,
jadi memang AST tidak spesifik untuk
penyakit hati. Lebih pasti adalah melalui liver
biopsy.
Pemotongan
kuku
Mengamati pertumbuhan kuku pada pet-birds
adalah perlu. Seringkali harus dilakukan pemotongan kuku untuk mengamankan
burung tsb baik langsung maupun tidak langsung oleh cedera yang ditimbulkan
oleh kukunya baik untuk burung itu sendiri maupun untuk pemeli haranya.
Dapat pula memotong dengan alat cauterisasi
(lihat gambar di halaman 60), yaitu seperti alat solder listrik yang ujungnya
berupa kawat lembut kecil yang bila dialiri arus listrik menjadi membara
(merah), kemudian kuku dipotong atau dijerat tanpa menimbulkan perdarahan. Bila
memakai alat ini, pastikan betul penguasaan burung agar tidak bergerak Untuk
burung bangsa lebih besar dapat menggunakan gerinda listrik kecil seperti
dipergunakan oleh
Dengan alat gerinda listrik yang berujung
bundar ini sekaligus kuku terpotong dan dicauterisasi sekaligus lagi pula
steril.
Batas kuku yang dapat dipotong dapat diukur
dengan kurang lebih selevel dimana kuku membentuk seperempat lingkaran (lihat
gambar pada halaman 60)
Luka
karena ikatan
Kadang terlihat burung (biasanya dikaki) ada
bagian yang menyempit. Biasanya hal ini disebabkan karena diikat (dengan kawat
atau bahan lain) selagi burung masih berkembang, sehingga bagian yang diikat
tersebut terhalang pertumbuhannya dan jaringan bagian distal membengkak atau
nekrotik. Juga besi (tembaga pipih) sebagai tanda regristrasi dari pengembang (breeder) kadang terlalu kencang
memasangnya. Banyak pemelihara burung cockatoo
atau Loerie mengikat kakinya dengan
rantai kawat karena dipe- liharanya dikurungan tenggeran saja. Lepaskan bahan
yang mengikat tsb. Bila jaringan bagian distal sudah nekrotik terpaksa
diamputasi (lihat halaman 56, figure 12).
Hypertrophy pangkal paruh
Pangkal paruh juga kadang tumbuh berlebihan
seperti tumor, terutama pada burung yang sudah tua, namun ada perkiraan kondisi
tsb disebabkan oleh pengaruh hormonal. Bila terjadinya pada burung budgerigars jantan yang sudah tua,
kemungkinan adanya estrogen sebagai
penyebab tumor (estrogen-secreting tumor)
tsb perlu dipertimbangkan. Hypertropyi pada
pangkal paruh ini berwarna coklat, sehingga kadang disebut sebagai “brown hypertrophy of the cere”. Hypertrophy pangkal aruh ini terjadinya
sebagai penebalan yang simetrik (lihat halaman 56, figure 13). Hypertrophy ini harus dibedakan dengan fibrosarcomas yang memang dapat terjadi
pada tempat yang sama, bedanya adalah terbentuknya asimetrik dan suka berdarah.
Memang pada umumnya hypertrophy pangkal
paruh ini tidak mempengaruhi kesehatan burung secara umum, melainkan hanya
kelainan “estetika” saja. Barulah bila hypertrophy
sudah sampai menutupi atau menyumbat lobang hidung, perlu diluluti dengan ophthalmic ointment sehingga melunak dan
dapat dicongkel hingga lepas, meskipun jaringan yang hypertrophy ini dapat tumbuh lagi.
Tidak
tumbuh bulu
Memotong
bulu sayap
Banyak klien penyayang burung datang keklinik
hewan dengan permintaan memotong bulu sayap karena khawatir burung lepas dan
terbang hilang, bahkan banyak karena burung tsb sangat jinak dan penurut,
sehingga dilepas didalam rumah. Karena didalam rumah banyak perabotan mahal dan
banyak jendela kaca, maka bila burung terbang kemana-mana didalam rumah tsb
akan terluka atau merusak barang-barang. Jadi maksudnya agar burung dapat
dilepas bebas didalam rumah namun tidak dapat terbang kemana-mana sehingga
mungkin menubruk barang-barang berharga dan burung terluka.
Prinsip melakukan pemotongan bulu sayap (wings clipping) adalah burung tidak
dapat lepas tetapi burung akan terjamin keamanannya (baik fisik maupun psikik) dengan
dilakukannya wings clipping tsb.
Cara pertama adalah dengan memotong atau mengikat
(trimming) bulu sayap untuk terbang (flight feathers) sebanyak 6-10 pertama
dari yang paling distal sayap. Kemudian dipotong proximal bulu terbang baris
kedua yang disebut bulu coverts.
Lakukan teknik ini pada bulu terbang pada kedua sayap (lihat halaman 63).
Maksud teknik ini adalah agar burung tidak
mampu mempertahankan kemam-puan terbang tinggi dan lama, tetapi tetap burung
masih mampu terbang dan dapat “landing”
dengan aman.
Teknik ini memang “mengganggu penampilan
kosmetik”, sebab sayap kelihat-an berbulu pendek bila istirahat.
Cara yang lain adalah dengan membiarkan
tertinggal 1-5 bulu sayap terbang pada ujung sayap, kemudian dipotong sejumlah 5-10
bulu sayap terbang baris berikutnya. Teknik ini pemotongan bulu tidak
kelihatan, jadi ketika burung
tirahat penampilan burung secara
estetika/kosmetik sepertinya berbulu sempurna. Kerugiannya adalah bahwa bulu
terbang pada ujung sayap merupakan tempat rawan terluka. Cara ini cukup
dilakukan pada salah satu sayap saja, jadi burung enggan terbang tinggi dan
jauh karena keseim-bangannya terganggu. Bahayanya adalah bila burung terbang
ada kemung-kinan menubruk sesuatu karena tidak seimbang.
Cara manapun yang dilakukan harus
berhati-hati dengan adanya “blood feathers”
yang tumbuh, karena bila bulu ini terpotong akan menyebabkan berdarahan.
Pada bangsa burung kecil (misalnya budgerigars) kemampuannya terbang lebih
baik dari pada bangsa burung besar. Karena itu cara trimming bulu terbang sayap perlu lebih banyak yang dipotong. Perlu
diingatkan bahwa bulu sayap terbang yang lama dapat tanggal dan tumbuh pada
masa berikutnya, jadi pada waktu-waktu tertentu pemotongan sayap perlu
dilakukan kembali, apa lagi dengan burung yang dipelihara dikurungan besar dan
dapat bersentuhan dengan alam sekitarnya (termasuk sinar matahari) siklus
tumbuh bulunya lebih sering (3 kali setahun) dibandingkan dengan burung yang
dipelihara indoor.
Daftar
pustaka
Agnes E. Rupley, DVM, ABVP Avian : Manual
of Avian Practice
(W.B. Saunders Company, 1997)
Alan M.
Fudge, DVM, Dip. ABV : Seminars in Avian & Exotic Pet Medicine
(W.B Saunders Co, Vol
6, No.2, April, 1997)
Don J. Harris, DVM : Therapeutic Avian Techniques
(Seminars in Avian
& Exotic Pet Med, April 1997)
George
V. Kollias, DVM, PhD : Diets, feeding practices and nutritional
problems in psittacine birds (Vet
Med, January, 1995)
Michael
J. Murray, DVM : Diagnostic Techniques in Avian Medicine
(Seminars
in Avian & Exotic Pet Med, Vol. 6, No.2, April 1997)
Willard J. Gould, DVM : Fundamentals of Avian practice
(Vet Med, January, 1995)
…………..,,…………………. : Common digestive tract disorders in pet birds
(Vet Med, January, 1995)
…………..,,………………… : Caring for pet birds’ skin and feathers
(Vet Med, January, 1995)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar