Rabu, 19 Oktober 2016

AvMed-III

cmencegah burung kecelakaan terbang menubruk kaca, jendela, atap dll peralatan yang mungkin dapat mencederainya. Pemeliharaan dan pemotongan kuku bukan saja agar estetis, tetapi juga menghindarkan burung dari terluka atau terjerat kawat kurungan atau benda-benda lainnya.

Blood feathers

Yang dimaksud dengan “blood feather” adalah bulu yang sedang tumbuh, karena “batang” bulunya masih penuh dengan kapilarisasi peredaran darah, karena itu bila “blood feathers” ini copot/tercabut akan mengeluarkan darah cukup banyak dan lama berhentinya (lihat halaman 49, figure 1).
Sering klien membawa burungnya dengan perdarahan karena bulu tercabut atau dicucuk sendiri, maka cabut sekalian bulu tsb searah dengan tumbuh tangkainya. Hentikan perdarahan dengan menyusupkan (menutup) dengan sabun ketempat tumbuh bulu/bekas dicabut, atau berikan tepung/bedak agar

segera berhenti perdarahannya. Beritahukan kepada klien dalam beberapa hari/minggu bulu baru akan tumbuh.

Stress bars

Yaitu garis (translucent lines) yang menyilang batang bulu (feather shaft) dengan sudut 90o terhadap bars, barbules, batang bulu berpotensi me nyebabkan titik lemah dimana bulu dapat patah (lihat halaman 49, figure 2).
 Stress bars disebabkan oleh stress apapun yang terjadi ketika bulu sedang dibentuk didalam follicle. Stress tsb misalnya: gangguan nutrisi, penyakit akut, trauma atau glucocorticoids dari luar (exogenous glucocorticoids). Dari peng amatan kondisi bulu dapat diketahui secara tidak langsung riwayat ma nagemen burung tsb sedari kecilnya. Sering ditemukan bahwa burung yang mempunyai berbagai stress bars pada banyak macam bulu menunjukkan pernah menderita penyakit khronik atau intermiten atau problema managemen yang perlu diteliti lebih lanjut.

Feather picking

Feather picking merupakan problem pet-birds yang cukup sering terjadi. Temuan-temuan fisik cukup khas. Pada kepala tidak terkena, tetapi bulu pada badan, kaki dan sayap paling menderita sampai-sampai menjadi gundul (lihat halaman 49, figure 3).
Sering terlihat perilaku mencucuk bulu-bulu bagian caudal sternum dan abdomen disekitar alat sexual, daerah mana disebut brood patch sering di temukan terutama pada bangsa cockatoos yang disebut sexual-picking. Hal ini termasuk perilaku biasa pada bangsa cockatoo, yang maksudnya mem pertahankan agar telur tetap hangat karena bersentuhan langsung de ngan kulit induknya.
Periksa adanya problema feather picking secara sistematik karena penye- babnya dapat sangat bervariasi (plethora of causes). Penyebab utama adalah penyakit dan kombinasi keadaan lingkungan dan “status emosional burung”.
Perhatian pertama diarahkan kepada keadaan CBC, profil kimia serum, fecal flotation, fecal Gram’s stain dan kultur. Chlamydia test, DNA probe test di perlukan untuk penyakit bulu dan paruh pada bangsa psittacine.

 Penyakit-penyakit bulu dimulai dengan pemeriksaan jaringan tumbuh bulu (feather pulp), follicle, sampai kepada upaya pemeriksaan laparoscopy.
Malnutrisi sangat mungkin merupakan latar belakang masalah. Bila burung tidak mendapatkan nutrisi pellet, buah-buahan, sayuran, makanan meja (table foods), nasehatkan kepala klien untuk memperbaiki dietnya, agar biji-bijian tidak merupakan porsi besar dari seluruh jatah makanannya. Klien mungkin sudah memberikan banyak macam bahan makanan dalam porsinya, tetapi tidak diperhatikan bahwa burung hanya memilih biji-bijiannya saja, misalnya biji bunga matahari atau milletnya saja. Tambahkan vitamin dapat kedalam air minumnya atau teteskan kedalam makanannya yang lembek (misalnya pisang). Supplemen mineral perlu diberikan pula. Nasehatkan untuk mengganti air minumnya setiap hari, alas yang basah/lembab harus selalu diganti untuk mencegah tumbuhnya jamur atau bacteria.
Untuk mengajari burung agar mau minum air-minumnya yang diberi tambahan vitamin atau mau makan makanan yang ditetesi vitamin/mineral, upayakan agar pemberian vitamin/mineral dilakukan sedikit demi sedikit sehingga burung tidak “melihat dan merasakan” adanya perubahan warna atau rasa.
Kondisi lingkungan dan status psikologik burung sering merupakan latar belakang perilaku feather chewing. Orang yang tidak/belum dikenal me rupakan stimulus perilaku tsb, tidak adanya selingan bagi burung untuk bermain, bertenngger juga membuat “bosan” burung dan stimulus perubahan perilaku terutama pada bangsa African gray parrots. Bahan-bahan tidak berbahaya yang dapat dipakai untuk anti-kebosanan misalnya: tulang-tulangan dari kulit hewan mentah (rawhide bone), tatal kayu (wooden brushes), bonggol jagung, popcorn, kardus atau berikan teman disebelahnya (kurungan tersendiri) agar saling melihat dan “berbicara/menyanyi” satu sama lainnya. Kadang penyayang burung menaruhkan cermin dalam sangkar agar burung tsb mempunyai “teman” yang tidak perlu berkelahi didalam sangkar.
Penyebab psikologis memang sangat individual, karena itu perlu melakukan “trial and error” untuk merubah lingkungan, misalnya:

  • Pindahkan kurungan ketempat yang tenang, banyak pohon-pohonan dan tidak banyak lalulalang orang atau hewan piaraan lain (Mis: anjing, kucing,dll)
  • Burung kadang suka akan mendengarkan suara-suara TV/radio/kaset, kebalikannya ada burung yang justru tidak menyukainya.
  • Barangkali burung memerlukan kurungan yang lebih besar ruangannya.
  • Berikan tempat mandi-mandi atau pada waktu-waktu tertentu semprot (spray) dengan air segar
  • Lebih sering diajak “bicara” atau lebih lama dikunjungi
  • Coba berikan teman yang akur, sebaliknya pisahkan teman yang agresif.

Apabila upaya-upaya seperti tsb diatas tidak menunjukkan hasil, usaha lainnya adalah melakukan terapi simptomatik. Bermacam jenis obat telah dicoba untuk mengatasi feather picking ini (lihat table dihalaman 52).

TABEL OBAT ANTI PSIKOTIK UNTUK BURUNG


Nama Generik                           Nama dagang                           Dosis yang disarankan

Diazepam                                  Valium (Roche)                           1.25-2,5 mg/4 onz air minum

Diphenhydramine HCl                  Benadryl (Park-Davis)                  2-4 mg/kg oral b.i.d
                                                                                                1.25 ml/4 onz dalam air minum

Doxepin                                    Sinequan (Roerig)                       0,5-1.0 mg/kg oral b.i.d
                                                Adapin (Lotus Biochemical)

Haloperidol                                Haldol (McNeil)                           0.05-0.2 mg/kg oral s.i.d /b.i.d
                                                                                                1-2 mg/kg i.m tiap 3 minggu

Hydroxyzine HCl                         Atarax (Roerig)                           2 mg/kg oral t.i.d
                                                                                                4 mg/4 oz air minum

Medroxyprogesterone                  Depoprovera (Upjohn)                 5-30 mg/kg i.m tiap 4-6 minggu

Megestrol acetate                        Ovaban (Schering-Plough)            1.25-2.5 mg/4 oz dalam air minum
                                                                                                7-10 hari, kemudian 1-2x /minggu

Naltrexone HCl                           Trexan (Du Pont)                        1.5 mg/kg oral b.i.d

Nortriptylin HCl                           Pamelor – Sandoz                       1ml/4 oz drinking water

Phenobarbital                             Donnatal – Robins                       1-7 mg/kg orally b.i.d or t.i.d.


Dari pengalaman pemberian obat-obat tsb menolong, tetapi sifatnya individual jadi tidak dapat merekomendasikan obat simptomatik secara umum.
Upaya lain yang lebih agresif dan invasive adalah dengan “debeaking” sebagai mana halnya pada poultry breeding. Caranya adalah dengan menggerinda 2-4 mm bentuk V sehingga membentuk celah (notch) ditengah occlusal bawah permukaan mandibula. Celah itu akan mem persulit burung melakukan pricking atau chewing. Namun dengan “debeaking” ini hanya dilakukan pada bangsa burung yang makanannya lunak (mis: pisang) bukan pemakan biji-bijian. Kalau upaya semacam itupun gagal, maka pakaikan saja semacam “Elizabethan collar” yang dapat dibuat sendiri. Tetapi apabila burung terus menerus berusaha melepaskan collar tsb, akhirnya malah bertambah stress, maka seyogyanya collar dilepas kembali (lihat halaman 49, figure 4).

Foot necrosis syndrome

Bangsa Double yellow headed Amazons, yellow napped Amazons dan Macaws suka menyisil bulu sayap dan atau kaki (lihat halaman 53, figure 8). Perilaku mencu cuki/menyisil diri sendiri ini disebut “psittacine mutilation syndrome
atau “Amazon foot syndrome”. Biopsy dari bagian necrosis ditemukan inclusion bodies, bakteria dan fungi. Untuk mengidentifikasi mikroorganisme tsb perlu dibuat kultur dan uji sensitivitas.
Untuk mengatasinya secara fisik, kenakan collar atau pembalutan, balut mana diberi broad spectrum cream topical untuk melindungi dari perilaku mutilasi selanjutnya. Biasanya perilaku demikian kumat kembali setelah 3-4 bulan kemudian. Pemberian obat antipsikotik dan kortikosteroid dapat membantu mengatasinya. Kasus ini tidak diketahui benar akan kesem-buhannya, namun demikian dapat direkomendasikan pemberian prednisolone peroral sebulan sebelum perkiraan perilaku datang.

Knemidocoptic mange

Kasus ini disebabkan oleh invasi Knemidocoptes mites dan sering terjadi diantara bangsa budgerigars dan kadang bangsa psittacines. Akibat invasi mites ini terjadilah hyperkeratosis jaringan biasanya pada kaki.
Lesi-lesi oleh mange ini terutama dapat dilihat dibagian tubuh yang tidak ditumbuhi bulu-bulu dan dibagian sekitar paruh adalah yang paling sering terjadi, sedangkan dikaki dan disekitar tembolok lebih jarang. Lesi biasanya dimulai dari batas cere (pangkal paruh dengan batas tumbuh bulu bagian frontal) dan paruh. Pada bangsa budgerigars lesi mempunyai penampilan daerah proliferasi yang karakteristik (lihat halaman 53, figure 6).

Kemudian hari bila pertumbuhan jaringan hyperkeratosis ini berlanjut menjadi kelihatan dramatis karena menyerupai tanduk yang tumbuh dari sudut mulut sampai mata.
Lesi dikaki disebut “tassel foot” dapat sampai menyerupai jari tambahan karena proliferasi melibatkan jaringan kulit (lihat halaman 53, figure 7).
Diagnosis mudah ditegakkan dengan memeriksa kerokan lesi (scraping) dimana ditemukan sangat banyak mites. Hyperkeratosis mites pada bangsa cannaries agak sulit ditemukan adanya mites dari sample scraping, namun seyogyanya terapi terhadap mites perlu dilanjutkan.
Obat pilihan adalah ivermectine dengan dosis 0,2-0,3 mg/kg oral, intramuscular atau topikal (dapat dipakai ivermectine yang untuk hewan besar). Ulang terapi itu setiap 14 hari (untuk budgerigars) dan tiap 14 hari sampai terjadi resolusi (untuk cannaries).
Vit A dapat ditambahkan dengan dosis 30.000 IU/kg intramuscular q.i.d. Ivermectine dapat bekerja baik peroral dengan sangat sedikit side-efek (depresi, kematian) dari pada diberikan perparenteral. Untuk keperluan aplikasi oral dapat dipakai jarum uk. 25 ga dari spuit 1 ml dipotong (gunting) kemudian diberikan menurut dosis yang ditentukan lalu disemprotkan lewat mulut. Menurut leafletnya, sebenarnya ivermectine tidak diperuntukan burung, namun dari pengalaman praktek sangat bermanfaat, karena itu dokter hewan dituntut untuk menjelaskannya kepada kliennya.

Penyakit paruh dan bulu pada Psittacines

Virus cukup sering menyerang paruh dan bulu pada burung bangsa psittacine seperti cockatoos (ada 35 Old World psittacine species), tetapi jarang pada bangsa Central and south Americans misalnya: Amazons dan Macaws.
Virus ini lebih banyak menyerang burung muda usia <3th. Bentuk akut terlihat pada burung muda ketika bulu pertama mulai tumbuh dengan gejala perdarahan pada batang bulu, necrosis, fraktur, bengkok dan rontoq premature. Bila berlanjut kondisi seperti ini dapat berkembang hingga 80-100%, bulunya menjadi dystrophy hanya dalam waktu seminggu. Gejala sistemiknya berupa depresi dan diare. Kematian biasanya terjadi karena infeksi sekunder hanya dalam waktu 1-2 minggu sejak gejala klinik muncul.
Disamping didalam lesi-lesi, sarang virus ini dapat ditemukan pula didalam kelenjar thymus dan bursa Fabricius mungkin karena immunodeficiency. Prognosis penyakit ini buruk, terutama pada burung yang lebih muda.
Bagi yang masih bertahan, penyakit menjadi khronis dan kondisi ini yang sering dikonsultasikan kepada Dokter Hewan (lihat gambar 8).
Bulu menjadi keriting, kusut atau salah bentuk (deformed). Darah terlihat dibagian ruang pulpa (pulp cavity) bulu, karena itu harus dibedakan dengan blood feather yang telah diutarakan terdahulu. Bulu yang terserang menjadi kerdil, pendek dan abnormal. Pada musim molting bulu yang terserang justru makin meluas.

Karena mirip pemupuk baby powder karena lembutnya, maka bulu lembut dibawah pinggul (hips) disebut “powder down feather”. Bulu lembut inilah yang pertama kali mengalami dystrophy, baru kemudian merembet ke “contour feathers”. Bulu untuk terbang baik disayap maupun diekor adalah yang terakhir terserang penyakit ini.
Paruh dapat terserang dan menyebabkan tumbuh berkepanjangan tetapi lunak (lihat halaman 56, figure 11).
Pada beberapa kasus lesi pada paruh lebih nyata dari pada di bulu. Gejala pertama timbulnya penyakit bulu dan paruh pada bangsa cockatoo adalah rontoqnya bulu-bulu powder dan paruh yang berwarna kehitaman.
Infeksi sekunder sering terjadi dengan timbulnya gejala pada pertemuan mandible dan palate didalam mulut. Deformitas, fraktura, necrosis dan ke rapuhan kuku sering terlihat. Bentuk khronik penyakit ini gejalanya adalah anorexia, depresi dan feses encer dan terjadilah imunosupresi.
Diagnosis kasus ini dapat ditegakkan melalui pemeriksaan histologik dan hematologik. Badan inklusi intranuclear (intranuclear inclusion bodies) yang bersifat basophilic dapat dilihat didalam bulu dan sel epithel folikel. Badan inklusi intrasitoplasma (intracytoplasmic inclusion bodies) dapat pula diidentifikasi dengan pemeriksaan rutin dengan hematoxylin dan eosin staining dalam macrophages didalam epithel bulu, ruang pulpa (pulp cavity) atau selubung bulu (feather sheath). Nekrosis dan radang epithelium didalam bulu basal atau seluruh ruang pulpa dapat pula terjadi.
Penyakit paruh dan bulu pada bangsa psittacine, pada cockatoo dan burung muda, mirip seperti pada gambar 11 pada halaman 56. Pada burung yang lebih tua adanya lesi local dan riwayat perilaku mencucuki bulu mungkin bukan penyakit infeksi. Bila persangkakan kepada penyakit paruh dan bulu masih meragukan, perlu dilakukan biopsy epithel folikel karena mungkin ada penyakit lain seperti avian polyomavirus, foliculitis bacterial atau dermaphytosis.
Burung muda tanpa lesi pada kulit mungkin mengidap transient viremia yang di keluarkan (shedding) dalam 90 hari, oleh karena itu burung-burung yang asymptomatic tapi test positif perlu diulang dalam 90 hari kedepan.

Virus dapat ditularkan melalui jalan fecal-oral dan ditemukan dalam konsentrasi yang tinggi dalam bulu-bulunya. Virus ini mirip dengan porcinecircovirus dan agent penyebab anemia pada anak ayam. Virus ini stabil terhadap lingkungan dan resisten terhadap panas, detergen dan banyak bahan desinfektan lainnya.
Singkirkan penderita penyakit ini dari pembiakan atau pet-shops, penitipan burung (avian boarding facilities) atau tempat kumpulan burung-burung. Kurungan/kandang burung bekas infeksi virus tsb seyogyanya tidak dipakai lagi, karena tidak ada detergen, bahan kimia atau enzyme yang mampu membunuh virus tsb, kecuali bila tindakan sanitasi dan hygieni terhadap kandang/kurungan tsb dilakukan berulang kali sedemikian rupa sehingga diperkirakan kandungan virus sudah sangat sedikit. Penyakit paruh dan bulu ini juga merupakan airborn disease melalui fecal dan bulu-bulu.
Tidak ada cara lain untuk meyakinkan adanya burung yang bebas virus ini kecuali melalui test terhadap virus ini.
Yang dapat dilakukan adalah terapi suportif, misalnya berikan lingkungan hangat pada burung yang sudah kehilangan banyak bulunya atau berikan makanan yang lunak kepada burung penderita penyakit paruh. Vaksin terhadap virus ini sedang dalam penelitian dan pengem bangan. Prognosis penyakit paruh dan bulu ini buruk, meskipun tergantung kepada umur burung dan parahnya lesi-lesi. Burung yang mengandung intranuclear inclusion bodies didalam sel-sel epithelnya kadang sembuh secara spontan. Burung yang mengandung intracytoplasmic inclusion bodies didalam macrophages cenderung menjadi progresif. Burung penderita dengan perawatan yang baik masih dapat hidup beberapa bulan bahkan beberapa tahun, melainkan bila paruh menjadi necrotic dan burung menjadi anorexia, prognosisnya menjadi buruk, dokter hewan dapat merekomendasikan euthanasia.

Follicular Cysts

Burung bangsa cannaries seringkali menderita follicular cysts, meskipun tidak berarti bangsa burung yang lain tidak mungkin menderita. Hanya saja pada burung bangsa cannaries sifatnya herediter sedangkan spesies lainnya mung-kin karena trauma saja. Follicular cyst terlihat sebagai kebengkakan besar atau benjolan bersisik (scaly lumps) pada sayap atau dipunggung. Cysts ini berisi jaringan keratinaceous (lihat halaman 53, figure 9).
Menghilangkan cysts dilakuan dengan perasat bedah dengan cara mengupas kapsulnya dan mengambil cysts nya atau dengan melakukan cauterisasi listrik ataupun kimiawi pada epithelim germinativumnya. Bila lokasi cysts ada di-sayap perlu dipasang dahulu tourniquet dibagian proximalnya sebelum me-lakukan perasat bedah untuk mencegah perdarahan. Untuk tourniquet dapat dipakai karet gelang. Bila kondisi burung cukup baik, melakukan bedah dibawah anesthesia umum lebih baik. Untuk anesteticum dipakai isoflurane.



Pododermatitis

Pododermatitis disebut juga bumblefoot (bahasa Jawa “bubulen”), lihat halaman 56, figure 10, yaitu infeksi pada bagian bawah telapak kaki biasanya oleh trauma. Banyak kasus pododermatitis sebagai akibat sekunder dari avitaminosis A. Bila pododermatitis menyerang persendian menjadi sulit diatas jadi mungkin tidak dapat sembuh.
Pododermatitis biasanya dimulai dengan adanya radang pada telapak kaki, mungkin tenggeran terlalu tajam/kasar. Bila sebabnya karena defisiensi vit-A, burung dapat diberikan suntikan vit-A dengan dosis 0,3 ml/kg bb intramuskuler sekali seminggu sebanyak 2-3 kali. Tenggeran dibungkus dengan kain dan ditetesi dengan chlorhexidine atau jodium tincture supaya empuk dan tidak kasar/tajam serta mengandung antiseptika. Untuk podo-dermatitis yang disertai infeksi serius , lesi perlu dibalut dengan kasa plus bahan antiseptika disamping memberikan antibiotika kepadanya. Mencegah pododermatitis lebih baik, dengan memberikan tempat tenggeran bukan dari bahan tiruan (fiber, plastic, dll) melainkan dengan kayu asli yang dihaluskan dan besarnya cukup dan enak dicengkeram burung ybs.

Paruh tumbuh berlebihan (overgrowned beak)

Paruh yang tumbuh berlebihan sering dijumpai (lihat halaman 56, figure 11). Paruh tumbuh berlebihan dapat merupakan petunjuk adanya kelainan organ dalam seperti Hati (liver diseases), malnutrisi atau malocclusion, karena paruh demikian menjadi lunak dan mudah hancur. Pemberian atau perubahan diet yang imbang perlu dilakukan. Berikan buah-buahan, sayuran atau makanan meja (table foods) disamping makanan pellete biasanya. Makanan anjing berupa pellet yang agak dihaluskan dapat diberikan kepada burung penderita penyakit ini. Paruh dengan malocclusion perlu diiris/potong (pakai trimmer) seperti halnya memotong kuku, dilakukan setiap bulan atau dimana sudah diperlukan. Hati-hati sebagaimana memotong kuku, terlalu keujung dapat memotong bagian germinativum dan terjadi perdarahan. Dalam memotong paruh/kuku seyogyanya disiapkan bahan pembeku darah misalnya ferric subsulfate, untuk mengatasi kemungkinan terjadinya perdarahan. Harus sangat hati-hati bila memakai bahan silver-nitrate (AgN03 ) bila burung mencucuk bahan ini dapat mulutnya terbakar.
Bangsa budgerigars dengan paruh tumbuh berlebihan berwarna merah darah (dark hemorrhagic line) umumnya karena menderita penyakit hati. Dalam hal ini pastikan diagnosisnya dengan mengevaluasi enzyme hati. Biasa dipakai AST (Aspartate Aminotransferase). Angka AST bangsa budgerigars >300 IU/liter. Harga 2-3 X lipat berarti positif, meskipun AST juga dapat dilepaskan oleh jaringan musculoskeletal, jadi memang AST tidak spesifik untuk penyakit hati. Lebih pasti adalah melalui liver biopsy.

Pemotongan kuku

Mengamati pertumbuhan kuku pada pet-birds adalah perlu. Seringkali harus dilakukan pemotongan kuku untuk mengamankan burung tsb baik langsung maupun tidak langsung oleh cedera yang ditimbulkan oleh kukunya baik untuk burung itu sendiri maupun untuk pemeli haranya.
Ada 3-cara melakukan pemotongan kuku yang panjang, yaitu dengan me-motong kuku dengan alat pemotong kuku manusia (human nails clipper). Cara ini dapat dilakukan untuk burung bangsa kecil seperti canaries atau cockatiels.
Dapat pula memotong dengan alat cauterisasi (lihat gambar di halaman 60), yaitu seperti alat solder listrik yang ujungnya berupa kawat lembut kecil yang bila dialiri arus listrik menjadi membara (merah), kemudian kuku dipotong atau dijerat tanpa menimbulkan perdarahan. Bila memakai alat ini, pastikan betul penguasaan burung agar tidak bergerak Untuk burung bangsa lebih besar dapat menggunakan gerinda listrik kecil seperti dipergunakan oleh

Dengan alat gerinda listrik yang berujung bundar ini sekaligus kuku terpotong dan dicauterisasi sekaligus lagi pula steril.
Batas kuku yang dapat dipotong dapat diukur dengan kurang lebih selevel dimana kuku membentuk seperempat lingkaran (lihat gambar pada halaman 60)

Luka karena ikatan

Kadang terlihat burung (biasanya dikaki) ada bagian yang menyempit. Biasanya hal ini disebabkan karena diikat (dengan kawat atau bahan lain) selagi burung masih berkembang, sehingga bagian yang diikat tersebut terhalang pertumbuhannya dan jaringan bagian distal membengkak atau nekrotik. Juga besi (tembaga pipih) sebagai tanda regristrasi dari pengembang (breeder) kadang terlalu kencang memasangnya. Banyak pemelihara burung cockatoo atau Loerie mengikat kakinya dengan rantai kawat karena dipe- liharanya dikurungan tenggeran saja. Lepaskan bahan yang mengikat tsb. Bila jaringan bagian distal sudah nekrotik terpaksa diamputasi (lihat halaman 56, figure 12).  





Hypertrophy pangkal paruh

Pangkal paruh juga kadang tumbuh berlebihan seperti tumor, terutama pada burung yang sudah tua, namun ada perkiraan kondisi tsb disebabkan oleh pengaruh hormonal. Bila terjadinya pada burung budgerigars jantan yang sudah tua, kemungkinan adanya estrogen sebagai penyebab tumor (estrogen-secreting tumor) tsb perlu dipertimbangkan. Hypertropyi pada pangkal paruh ini berwarna coklat, sehingga kadang disebut sebagai “brown hypertrophy of the cere”. Hypertrophy pangkal aruh ini terjadinya sebagai penebalan yang simetrik (lihat halaman 56, figure 13). Hypertrophy ini harus dibedakan dengan fibrosarcomas yang memang dapat terjadi pada tempat yang sama, bedanya adalah terbentuknya asimetrik dan suka berdarah. Memang pada umumnya hypertrophy pangkal paruh ini tidak mempengaruhi kesehatan burung secara umum, melainkan hanya kelainan “estetika” saja. Barulah bila hypertrophy sudah sampai menutupi atau menyumbat lobang hidung, perlu diluluti dengan ophthalmic ointment sehingga melunak dan dapat dicongkel hingga lepas, meskipun jaringan yang hypertrophy ini dapat tumbuh lagi.

Tidak tumbuh bulu

Ada kalanya dibagian sayap dan bagian tubuh tertentu pada burung yang muda tidak tumbuh bulunya. Keadaan demikian kadang disebut sebagai “French moult” dan diperkirakan karena hasil dari infeksi polyomavirus. Karena kebanyakan terjadi pada bangsa budgerigars maka seringkali disebut  “budgerigars fledgling disease”. Pendapat lain mengatakan hal itu disebabkan oleh penyakit psittacosis paruh dan bulu.

Memotong bulu sayap

Banyak klien penyayang burung datang keklinik hewan dengan permintaan memotong bulu sayap karena khawatir burung lepas dan terbang hilang, bahkan banyak karena burung tsb sangat jinak dan penurut, sehingga dilepas didalam rumah. Karena didalam rumah banyak perabotan mahal dan banyak jendela kaca, maka bila burung terbang kemana-mana didalam rumah tsb akan terluka atau merusak barang-barang. Jadi maksudnya agar burung dapat dilepas bebas didalam rumah namun tidak dapat terbang kemana-mana sehingga mungkin menubruk barang-barang berharga dan burung terluka.
Prinsip melakukan pemotongan bulu sayap (wings clipping) adalah burung tidak dapat lepas tetapi burung akan terjamin keamanannya (baik fisik maupun psikik) dengan dilakukannya wings clipping tsb.
Ada 2 teknik utama untuk memotong bulu sayap burung tanpa mencedrainya tapi juga tidak mengekang terlalu keras, sehingga burung kehilangan kemam-puannya untuk terbang. Terbang bagi burung adalah naluri dan semacam olah raga (excersice).
Cara pertama adalah dengan memotong atau mengikat (trimming) bulu sayap untuk terbang (flight feathers) sebanyak 6-10 pertama dari yang paling distal sayap. Kemudian dipotong proximal bulu terbang baris kedua yang disebut bulu coverts. Lakukan teknik ini pada bulu terbang pada kedua sayap (lihat halaman 63).
Maksud teknik ini adalah agar burung tidak mampu mempertahankan kemam-puan terbang tinggi dan lama, tetapi tetap burung masih mampu terbang dan dapat “landing” dengan aman.
Teknik ini memang “mengganggu penampilan kosmetik”, sebab sayap kelihat-an berbulu pendek bila istirahat.
Cara yang lain adalah dengan membiarkan tertinggal 1-5 bulu sayap terbang pada ujung sayap, kemudian dipotong sejumlah 5-10 bulu sayap terbang baris berikutnya. Teknik ini pemotongan bulu tidak kelihatan, jadi ketika burung
tirahat penampilan burung secara estetika/kosmetik sepertinya berbulu sempurna. Kerugiannya adalah bahwa bulu terbang pada ujung sayap merupakan tempat rawan terluka. Cara ini cukup dilakukan pada salah satu sayap saja, jadi burung enggan terbang tinggi dan jauh karena keseim-bangannya terganggu. Bahayanya adalah bila burung terbang ada kemung-kinan menubruk sesuatu karena tidak seimbang.
Cara manapun yang dilakukan harus berhati-hati dengan adanya “blood feathers” yang tumbuh, karena bila bulu ini terpotong akan menyebabkan berdarahan.
Pada bangsa burung kecil (misalnya budgerigars) kemampuannya terbang lebih baik dari pada bangsa burung besar. Karena itu cara trimming bulu terbang sayap perlu lebih banyak yang dipotong. Perlu diingatkan bahwa bulu sayap terbang yang lama dapat tanggal dan tumbuh pada masa berikutnya, jadi pada waktu-waktu tertentu pemotongan sayap perlu dilakukan kembali, apa lagi dengan burung yang dipelihara dikurungan besar dan dapat bersentuhan dengan alam sekitarnya (termasuk sinar matahari) siklus tumbuh bulunya lebih sering (3 kali setahun) dibandingkan dengan burung yang dipelihara indoor.






Daftar pustaka


Agnes E. Rupley, DVM, ABVP Avian      : Manual of Avian Practice
                                                           (W.B. Saunders Company, 1997)

Alan M. Fudge, DVM, Dip. ABV             : Seminars in Avian & Exotic Pet       Medicine
(W.B Saunders Co, Vol 6, No.2, April, 1997)

Don J. Harris, DVM                              : Therapeutic Avian Techniques
(Seminars in Avian & Exotic Pet Med, April 1997)

George V. Kollias, DVM, PhD               : Diets, feeding practices and nutritional problems in psittacine birds (Vet Med, January, 1995)

Michael J. Murray, DVM                       : Diagnostic Techniques in Avian Medicine
(Seminars in Avian & Exotic Pet Med, Vol. 6, No.2, April 1997)

Willard J. Gould, DVM                          : Fundamentals of Avian practice
                                                           (Vet Med, January, 1995)

…………..,,………………….              : Common digestive tract disorders in pet birds
                                                          (Vet Med, January, 1995)

…………..,,…………………                            : Caring for pet birds’ skin and feathers
                                                          (Vet Med, January, 1995)










Tidak ada komentar:

Posting Komentar