Kamis, 06 Oktober 2016

ZOONOSIS

PENYAKIT  ANTHRAX
(PENYAKIT RADANG LIMPA)

Oleh: Drh. S. Dharmojono

PENDAHULUAN

Pada zamannya Hippocrates, pernah timbul wabah penyakit yang gejalanya mirip dengan Penyakit Anthrax yang kita kenal saat ini. Demikian pula di Eropa Selatan (1613) pernah mewabah penyakit seperti ini yang menelan korban 6000 orang meninggal dunia.
Pada tahun 1876, Robert Koch, ilmuwan Jerman yang juga menemukan Baksil Tuberkulosis, berhasil mengidentifikasi penyebab penyakit Anthrax tsb, yaitu berupa baksil berbentuk lonjong telur yang kemudian diberi nama Bacillus Anthracis
Kemudian tahun 1881, Louis Pasteur, berhasil membuat vaksin pertama untuk melawan penyakit Anthrax. Kedua penemuan dibidang kedokteran ini merupakan tonggak sejarah bagaimana orang berupaya memburu bibit penyakit sekaligus mencari  “senjata penangkal” nya dibidang kedokteran.

PENYAKIT  ANTHRAX  DI  INDONESIA

Penyakit menyerupai Anthrax pertama kali dilaporkan pada tahun 1884 pada ternak kerbau di Teluk Betung dan diberitakan didalam Javasche Courant. Kemudian di tahun 1885 dan 1886 ada laporan yang dimuat didalam “Colonial Verslag” tentang adanya penyakit Anthrax di Indonesia. Menurut Sumanegara (1958), penyakit Anthrax telah menyebar baik di Jawa (Jakarta, Purwakarta, Bogor, Banten, Pekalongan, Surakarta, Banyumas, dll) maupun diluar Jawa, seperti di Sumatra (Jambi, Palembang, Padang, Bengkulu, Sibolga dan Medan). Juga di Madura, NTT (Flores, Rote) dan NTB (Lombok, Sumbawa), Sulawesi (Menado, Donggala, Palu) dan Bali.

PENYEBAB  PENYAKIT  ANTHRAX  DAN  PENYEBARANNYA

Penyakit Anthrax merupakan Penyakit akut disebabkan oleh infeksi Bacillus Anthracis. Anthrax dapat menyerang mahluk berdarah panas, jadi termasuk manusia, karena itu Anthrax digolongkan kedalam penyakit zoonosis penting di Indonesia
B. Anthracis bersifat Gram +, tidak bergerak (non motile), berbentuk batang, berkapsul lonjong dan didalam kultur media suka berposisi berjajar seperti gerbong-gerbong kereta api. Dalam tubuh korban B. Anthacis dapat ditemukan sendirian (singular) atau berjajar pendek saja. Begitu ada diluar tubuh korban dan kontak dengan oksigen bebas, B. Anthracis akan segera membentuk spora yang sangat tahan pada suhu ektrem, desinfektansia dan lingkungan  yang kering. Spora Anthrax berukuran 4-8 X 1-1,5 um. Didalam tanah yang kondisinya cocok bagi nya, spora ini dapat bertahan hidup hingga berpuluh tahun. Itulah sebabnya mengapa pada suatu waktu seakan Anthrax timbul dari tanah, sehingga dinamakan “soil born disease”. Hal inilah alasan mengapa korban mati oleh Anthrax dilarang melakukan nekropsi dengan maksud meminimalkan kemungkinan B.Anthracis merubah diri menjadi spora. Pengumpulan sampel darah diambil dari darah yang keluar dari lubang tubuh (anus, hidung, telinga, mulut) atau dengan sedikit  mengaspirasi darah dari telinga. Korban Anthrax harus dibakar hingga tuntas atau dikubur sedalam 2 -2,5 m, agar hewan liar (anjing, tikus, dll) tidak dapat mengorek-orek dan menyebarkan bacillus/spora kemana-mana.


Dalam tanah yang netral, alkalin (basa) atau berkapur, spora Anthrax dapat hidup berpuluh tahun, karena kondisi seperti itu sepertinya tempat “pengeraman” bacillus ini, kemudian akan berubah bentuk menjadi vegetative, kemudian memperbanyak diri sampai ketingkat mampu menginfeksi calon korban lainnya. Dalam kondisi demikianlah Anthrax dapat mewabah kembali yang bersumber dari tanah-tanah pertanian atau padang rumput tempat ternak dan petani berada. Ternak korban terinfeksi setelah makan rumput, minum air atau makan bahan lainnya yang tercemar spora tsb. Kebanyakan orang (umumnya kanak-kanak dan petani) terinfeksi melalui luka-luka di kulit. Itulah sebabnya korban Anthrax kebanyakan ternak yang digunakan sebagai tenaga kerja atau yang merumput disawah/ladang seperti sapi, kerbau, kuda, kambing, domba, babi, dll. Ini pula sebabnya daerah yang tercemar spora Anthrax menjadi potensial terjadinya wabah ulang, atau menjadi daerah dengan timbul tenggelamnya penyakit Anthrax. Itulah juga sebabnya wabah Anhtrax biasanya terjadi pada musim penggarapan tanah atau musim dimana sawah digunakan sebagai padang penggembalaan ternak. Apalagi bila musim itu bersamaan dengan “musim lalat” atau insekta penggigit lainnya, maka secara mekanik serangga inipun dapat berperan sebagai vector spora Anthrax kepada hewan atau manusia lainnya, meskipun penyebaran dengan cara ini (vector serangga) lebih jarang terjadi dibandingkan dengan penyebaran melalui makanan (per-os). Hewan bangsa karnivora (pemakan daging) yang berkeliaran didaerah peternakan, seperti anjing, kucing, musang, dll, suatu kali bukanlah tidak mungkin menemukan daging asal hewan korban Anthrax dan kemudian ikut menyebarkannya.
Ada 3-cara mekanisme penularan Anthrax sbb:

1.    Per-os, yaitu infeksi lewat mulut karena memakan bahan makanan (terutama daging) berasal dari penderita Anthrax. Korban pada hewan maupun manusia umumnya tertulari Anthrax melalui cara ini

2.    Per-inhalasio, yaitu penularan spora karena spora terhirup melalui pernafasan. Cara ini terjadi pada industri/kerajinan dengan bahan dasar asal hewani misalnya: wool, kulit, tulang, dll yang mengandung spora Anthrax.

3.    Per-kutan, yaitu infeksi melalui luka-luka di kulit yang sering terjadi diantara petani dan kanak-kanak karena terkena bajak, sabit, parang atau alat pertanian lainnya. Infeksi seperti ini juga bisa terjadi pada karyawan rumah pemotongan hewan, kebun binatang, bahkan Dokter Hewan praktisi. Infeksi Anthrax pada kulit berupa karbunkel menyerupai bisul bernanah seperti kawah gunung berapi, bengkak yang kemudian dibagian tengahnya timbul nekrosis jaringan berwarna hitam (lihat gambar)

SIMPTOMATOLOGI

Masa inkubasi Anthrax adalah antara 1-7 hari, sedangkan perjalanan gejala penyakitnya dapat perakut, akut sampai khronik, tergantung dengan cara mana penderita terinfeksi. Dalam keadaan perakut, korban Anthrax mendapat serangan dadakan dan pada umumnya berakhir dengan kematian. Gejala-gejala Anthrax adalah: berjalan sempoyongan (staggering), sulit bernafas, gemetaran (trembling), kemudian kolep (collapse). Beberapa kasus memperlihatkan gejala gerakan kejang-kejang (convulsion) . Bila korbannya adalah sapi, kambing atau domba, proses penyakitnya akan cepat sekali dan korban akan mati tanpa sempat memperlihatkan gejala-gejala seperti telah disebutkan diatas. Anthrax pada sapi, domba/kambing sempat memperlihatkan demam tinggi (41- 42  C) dan mengalami periode eksitasi yang diikuti keadaan depresi berat, kesadaran menurun atau hilang (stupor), pernafasan dan detak jantung berat, sempoyongan, konvulsi kemudian mati dengan perdarahan melalui lobang-lobang tubuh (anus, alat kelamin, mulut, hidung, telinga).
Bila Anthrax menyerang sapi-perah yang sedang berproduksi, maka produksi susu segera menurun drastis dan bila korbannya sedang bunting akan terjadi keguguran. Bahan eskresi (keluaran) berdarah akan keluar dari lubang-lubang tubuh, seperti mulut, hidung, telinga, dubur dan genetalia seperti tsb diatas.
Pada infeksi oleh B. Anthracis per-kutan, perjalanan penyakitnya sangat lambat (khronik), timbul oedema dan pembengkakan lokal (ditempat masuknya infeksi), bengkaknya dapat sangat nyata, terutama pada leher bagian ventral, dada dan pundak. Serangan Anthrax pada kuda umumnya berjalan akut. Penderita memperlihatkan demam, menggigil kedinginan (chills), koelik hebat, hilang nafsu makan, depresi, kelemahan umum, mencret berdarah, pembengkakan didaerah leher, sternum, daerah abdomen bagian bawah dan alat genetalia luar. Dalam kondisi demikian biasanya penderita tidak dapat ditolong lagi, akan mati dalam waktu 2-3 hari. Dalam kondisi seperti inilah diharapkan masyarakat waspada bila ada tawaran daging sangat murah, karena kadang hewan dalam keadaan demikian akan dipotong secara illegal.
Pada babi yang dipelihara perkelompok, bila terserang Anthrax, terjadi proses akut dan penderita segera mati sebelum sempat memperlihatkan gejala-gejala. Bila gejala sempat terlihat, juga berupa pembengkakan yang progresif didaerah tenggorokan, ini dapat menyebabkan kematian karena kesulitan bernafas (suffocation). Sebenarnya babi lebih tahan terhadap serangan Anthrax, karena itu Anthrax pada babi banyak yang prosesnya menjadi khronik, bahkan ada yang secara bertahap sembuh, tentu saja kasus demikian tergantung kepada sedikit-banyaknya bacillus yang masuk kedalam system tubuh. Anthrax pada babi yang menjadi khronik atau sepertinya sembuh, seringkali dijumpai di rumah pemotongan hewan babi dengan memperlihatkan pembengkakan pada kelenjar limfe leher dan tonsil. Inspektor daging di rumah potong babi wajib teliti dan waspada.

PATOGENESIS  PENYAKIT

Penderita Anthrax berat memperlihatkan perdarahan kental berwarna kehitaman (seperti kecap) keluar melalui lubang-lubang tubuh. Dari perdarahan inilah diambil sampel darah untuk pemeriksaan laboratorium. Bila karkas dibuka (inadvertened opened) harus sangat berhati-hati, bahkan dilarang membuka tubuh korban, terlihat septikemi hebat karena toksin Anthrax ini. Bagian abdomen mengembung karena terjadi penghancuran jaringan organ tubuh. Rigor mortis (kekakuan otot) tidak sempat terjadi atau hanya samar saja. Darah yang mengalir keluar dari lubang tubuh sulit membeku. Perdarahan didalam tubuh terjadi didalam thorax, abdomen, organ jantung meliputi endocardium dan epicardium. Oedema terjadi dibanyak bagian jaringan tubuh berwarna kemerahan (red-tinged effusions), antara lain dalam jaringan otot dan subkutan. Perdarahan juga terjadi sepanjang alat pencernakan dan terjadi ulcer pada Peyer’s patches. Yang sangat nyata adalah terjadinya pembengkakan organ limpa (dapat membesar sampai 3 X lipat dari normal), berwarna merah gelap atau kehitaman, limpa menjadi rapuh. Inilah sebabnya Anthrax disebut pula Radang Limpa atau Splenic fever atau milzbrand.


Didalam organ Hati, ginjal dan kelenjar-kelenjar lymphe terjadi pembendungan, sehingga organ-organ tsb terlihat membesar. Babi yang menderita Anthrax khronik, biasanya pembengkakan kelenjar lymphe terbatas pada kelenjar lymphe leher, tonsil dan sekitarnya saja. Bila kelenjar lymphe itu disayat akan terlihat warna merah tua dan terdapat ulser-ulser, oedema dan eskresi lainnya seperti jeli (gelatinous). Berdasarkan pathogenesis seperti ini, maka pada pemeriksaan karkas dirumah potong hewan babi jangan dilupakan untuk memperhatikan kelenjar lymphe leher dan tonsil tsb.

Manifestasi Anthrax dapat diklasifikasi sbb:

1.                        Anthrax kulit, yaitu infeksi Anthrax melalui jaringan kulit akan menimbulkan malignant          pustulae. Mortalitas Anthrax bentuk ini antara 10-20% (lihat gambar)




2.    Anthrax Paru (pulmonal), yaitu infeksi Anthrax lewat jalur respiratorius (inhalasio),           mortalitasnya sangat bervariasi

3.    Anthrax Usus (intestinal), yaitu infeksi Anthrax lewat jalur pencernakan (makan,minum). Mortalitasnya antara 25-50%

4.    Anthrax jaringan lainnya (orofarink, otak, dll) atau lewat jaringan peredaran darah, bentuk ini sangat fatal


DIAGNOSIS  & DIAGNOSIS BANDING

Diagnosis Anthrax jangan didasarkan kepada gejala klinik saja, karena gejala penyakit akut lainnya sangat mirip misalnya: clostridia, bloat (kembung perut), Leptospirosis, Anaplasmosis (malaria sapi), keracunan bracken fern, sweet clover dan timah hitam (Pb) pada ruminansia.
Anthrax pada kuda juga dapat dikaburkan dengan penyakit Anemia Menular akut (acute infectious anaemia), penyakit bercak darah pada kulit dan selaput lendir (purpura), koelik, keracunan Pb, atau dengan kelengar-matahari (sun stroke) sekalipun. Di Indonesia jangan dilupakan dengan Penyakit Ngorok (Septichaemia epizootica), Penyakit Mubeng (Surra), Piroplasmosis (malaria sapi) akut, Penyakit Jembrana dan Encephalitis (radang otak). Oleh karena itu diagnosis Anthrax harus didasarkan pada ditemukannya Bacillus anthracis pada pemeriksaan darah di laboratorium.
Pemeriksaan Laboratorium terhadap Anthrax meliputi :

1.    Pemeriksaan mikroskopis langsung dari preparat ulas darah periferi dengan pewarnaan Gram. B anthracis adalah Gram+, belum menjadi spora kelihatan bacillus berselubung. Pembuatan preparat ulas harus secepatnya sebelum terjadi pembusukan karkas, karena ada bacillus petualangan yang akan mengaburkan pemeriksaan

2.    Pemeriksaan dengan kultur media. B. anthracis membentuk caput medusa.
3.    Pemeriksaan biologik, dengan menyuntikan bahan Anthrax kepada hewan percobaan mamot atau mencit. Dalam waktu 36-48 jam hewan percobaan akan mati. Apabila positif Anthrax, maka didalam jaringan hewan percobaan dtemukan banyak B. anthacis
4.    Pemeriksaan serologik, digunakan metode Ascoli yang dikenal pula sebagai “uji cincin putih”, karena didalam tabung reaksi yang sempit akan terbentuk cincin berwarna putih, yaitu endapan (precipitat) cairan presipitogen dengan serum presipitasi.

PENGOBATAN

Berhasilnya pengobatan sangat bergantung kepada cepatnya tindakan, harus seawal mungkin. Dalam praktek lapangan hal demikian sulit dilakukan, karena pengobatan harus menunggu diagnosis dahulu. Didaerah tertular, berdasarkan aspek penyebaran dan distribusi penyakit (epidemiologi), misalnya daerah Purwakarta (Jabar) yang dikenal sebagai daerah tertular Anthrax, tindakan siaga perlu disiapkan.Pengobatan dengan serum anti Anthrax pada hewan besar dapat dilakukan dengan dosis 100-150 ml, pada hewan kecil dosis 50-100 ml. Aplikasi serum tergantung kepada petunjuk pembuat serum tsb. Serum homolog dapat diberikan intravenous atau subkutan, sedangkan serum heterolog hanya diaplikasikan subkutan.
Pemberian serum dapat dikombinasikan dengan pemberian antibiotika peruntukan baksil Gram+, misalnya: Proc.Penisilin-G dengan dosis untuk hewan besar 6000-20000 IU/kg berat badan, diberikan intramuskuler setiap hari selama 1 minggu. Untuk hewan kecil dengan dosis 20.000 – 40.000 IU/kg berat badan intramuskuler selama seminggu berturut-turut. Streptomisin meski untuk baksilus Gram--, nyatanya malah lebih efektif dibandingkan dengan penisilin. Dosis Streptomisin adalah: 10 gram untuk hewan dengan berat badan 400 – 600 kg, aplikasi intrmuskuler, yang dibagi 2 kali sehari. Menggunakan antibiotika kombinasi (Penstrep) hasilnya akan lebih baik. Antibiotika Oksitetrasiklin bisa dipakai untuk penderita kuda atau sapi dengan dosis 2 gram i.m, kemudian hari berikutnya selama 3-4 hari dengan dosis 1 gram Oksitetrasiklin. Antibiotika lainnya yang dapat dipakai adalah Kloramfenikol, eritromisin dan preparat sulfa misal: sulfamethasin, sulfanilamide, sulfa piridin dan sulfathiasol. Preparat sulfa kurang efektif dibandingkan dengan Penstrep.

PENCEGAHAN

Disamping pencegahan secara medik, peran penyuluhan dan sosialisasi perundangan & peraturan dalam rangka pencegahan penyakit Anthrax sangatlah penting
1.    Hewan korban Anthrax dilarang dipotong untuk konsumsi, hewan penderita harus diisolasi
2.    Dilarang keluar masuk hewan diwilayah terjangkit
3.    Buat lubang sedalam 1 m kubik dekat kandang untuk buangan kotoran, urine, feses, darah dll dari hewan penderita
4.    Lakukan penyemprotan anti-serangga supaya serangga tidak menyebarkan spora-spora Anthrax
5.    Laporkan segera ke kelurahan, kecamatan, dll atau ke Dinas Peternakan setempat/terdekat bila ada dugaan kasus Anthrax. Pemerintah setempat akan memasang pengumuman : “Penyakit Hewan menular Anthrax”, disertai nama penyakit menurut yang dikenal didaerah tsb. Setelah tidak ada lagi kejadian selama 14 hari, daerah tsb dapat dibebaskan kembali



PERATURAN PERUNDANGAN

Sejak zaman kolonial, Peraturan yang berkaitan dengan Zoonosis telah dibuat seperti dalam Staatsblad 432 dan 435 tahun 1912. Khususnya yang menyangkut Penyakit Anthrax adalah sbb:

1.    Hewan penderita Anthrax harus diasingkan sehingga tidak dapat bersentuhan dengan hewan lainnya. Pengasingan dilakukan setempat untuk menghindari penyebaran
2.    Buat lubang ditanah sedalam 1 m kubik untuk menampung keluaran-keluaran hewan penderita. Bila lubang sudah penuh (60 cm dari permukaan lubang), lubang harus ditimbun tanah sampai rata
3.    Hewan penderita Anthrax dilarang dipotong dan dikonsumsi
4.    Dilarang lalu lintas hewan didaerah terjangkit, bila dalam waktu 14 hari tidak ada kasus, daerah tsb dapat dibebaskan kembali
5.    Tulisan sebagai pengumuman ditulis “PENYAKIT MENULAR ANTHRAX”
6.    Bangkai hewan penderita Anthrax harus dibakar

KESEHATAN  MASYARAKAT

Di Indonesia telah beberapa kali berjangkit wabah Anthrax dan menelan korban manusia dengan pola yang sama, yaitu orang makan daging hewan penderita Anthrax. Misalnya ketika Boyolali (1990) ada wabah Anthrax yang menyerang sapi-sapi perah milik PT NAA. Kemudian tahun 1992 ketika di Enarotali (Papua) ada wabah Anthrax pada ternak babi dan wabah Anthrax yang menyerang burung onta di Purwakarta (tahun 2000) juga menelan korban manusia karena memakan daging hewan-hewan tsb. Demikian pula di Cileunsi (Bogor)  jatuh korban karena makan sate kambing korban Anthrax yang tidak “well done”.
Masyarakat diminta kewaspadaannya, bila ada tawaran daging murah, karena mungkin sekali daging hasil sembelihan darurat/gelap dari hewan sakit. Masyarakat perlu mengenali daging penderita Anthrax yang berwarna merah tua, berbau amis mencolok atau busuk, mengalir darah kental kehitaman (seperti kecap atau petis) dan sulit membeku, tidak dapat disimpan lama meskipun dalam freezer.


Membeli daging seyogyanya dari supermarket atau kios-kios penjual yang berizin, bersih higienis dan diteliti dagingnya ada tanda/stempel  periksa dari rumah potong hewan. Bahan makanan termasuk sayuran, buah, dll dicuci yang bersih. Bila makan daging dimasak sampai matang (well done), jangan setengah matang

REFERENSI

Anonimus        : Merck’s Veterinary Manual 7th Ed, 1991
……………            : Pedoman Pengendalian Penyakit Hewan Menular, Dir Keswan, Dirj Peternakan, Deptan, 1981
…………….           : Proceeding Seminar Zoonosis Rabies & Anthrax, FaPet Undip-PDHI, 1991
Agus Nurhadi, Martindah,Wahyuwardani: Studi Anthrax pada manusia dan ternak di Jawa Tengah
                               Temu Ilmiah Nasional Veteriner, Bogor, 1996
Dharmojono    : Penyakit Tanah, mengejutkan tetapi tidak mengherankan, Infovet Feb, 2000
………………        : 15 Penyakit Menular dari Binatang ke Manusia, Milenia, 2001
………………..      : Leptospirosis, Anthrax, Mulut & Kuku, Sapi Gila, Pustaka Populer Obor, 2002
Schnurrenberger: An outline of the Zoonosis, Iowa State University Press, 1981    














Tidak ada komentar:

Posting Komentar