Rabu, 19 Oktober 2016

RABBIT-II

Sulfdimethoxine                                12,5 mg/kg peroral tiap 12 jam

Sulfamethazine                                1 mg/ ml air minum

Sulfaquinoxaline                               profilatik 0.025% dalam air selama 30 hari; kuratif 0,1% dalam air selama 2 minggu

Thiabendazole                                  50 mg/kg peroral diulang setelah 3 minggu

Thiabendazole/dexamethasone/
Neomycine drops                              3 tetes tiap telinga setiap 12 jam selama 7 hari

Trimethoprim-sulfa                           15-30 mg/kg peroral, sc setiap 12 jam

Tylosin                                            10 mg/kg peroral, sc, im tiap 12 jam


Anesthesia

Anesthetik yang paling sering digunakan adalah kombinasi ketamin dengan diazepam, xylazine atau acepromazine dengan dosis tinggi untuk keperluan anesthesia panjang, atau dosis rendah untuk keperluan operasi pendek. Untuk mempertahankan keadaan anesthesia digunakan an-esthesia hirup (inhalation), lihat lampiran, figure-4.

Kombinasi ketamin dan diazepam pro-injeksio menjadi pilihan utama karena batas amannya luas. Beberapa Dokter Hewan lebih memilih tiletamine dan zolazepam. Dokter Hewan yang lebih berpengalaman lainnya melaporkan bahwa penggunaan tiletamine dan zolazepam dapat meracuni ginjal (nephrotoxic) karenanya  kombinasi antara dua obat tsb tidak dianjurkan.

Inhalatio anesthesia yang direkomendasikan adalah isoflurane untuk du-rasi panjang setelah pemberian anesthesia pro-injeksio. Untuk pera-watan kecil (mis: radiografi, memasang pembalut, phlebotomy, dll) dapat digunakan anesthesia per-inhalatio (isoflurane) tanpa anesthesia pro-injeksio, meskipun harus disertai tindakan intubasi untuk mengamankan jalannya pernafasan.

Atropin digunakan untuk mengatasi bradycardia dan mengurangi sekresi saluran trachea (tracheal secretions). Tetapi perlu diingat bahwa kelinci mempunyai enzim atropinase yang dengan cepat dapat memetabolisme atropine, sehingga pemberian atropine pada kelinci memerlukan dosis dan frekwensi lebih banyak.
Beberapa praktisi melaporkan untuk sangat berhati-hati menggunakan atropine pada kelinci karena sekresi trachea mengental dan dapat ber akumulasi didalam pharynx dan trachea yang dapat menyumbat jalannya pernafasan. Jadi pengalaman Dokter Hewan praktisi dalam hal ini sangat diperlukan.

Keadaan anesthesia dan pemulihan (recovery) memerlukan monitoring yang intensif. Untuk keperluan ini diperlukan equipment echocardiogram dan Doppler untuk tekanan darah. Praktisi melaporkan untuk keperluan ini dapat dipakai oksimeter pulsa (pulse oxymeter). Disamping itu perlu memonitor kecepatan dan pola respirasi sambil memonitor kecepatan irama denyut jantung.
Untuk anesthesia durasi panjang, diperlukan obat/equipment untuk sirkulasi air hangat untuk mempertahankan suhu tubuh (heating pad warm water).
Untuk mengamankan atau mempercepat waktu recovery diperlukan infuse cairan (fluid infuse) intravenous, subcutan atau intraperitoneal terutama bila anesthesia yang digunakan pro-injeksio.

Pemasangan endotracheal tube pada kelinci sulit dilakukan karena lidah dan molar kelinci besar, sedangkan larynx nya kecil dengan palatum yang lunak yang mengaburkan terlihatnya epiglottis (to obscures the epiglottis) dan dapat menyebabkan laryngospasmus.
Bila pemasangan tracheal-tube sulit dan memakan waktu agak lama akan menyebabkan trauma pada larynx mengakibatkan timbulnya oedema sehingga menyumbat jalannya nafas.

Anesthesia pada kelinci yang paling aman adalah pro-injeksio kombinasi dengan per-inhalatio dengan isoflurane.
Pemasangan tracheal-tube dilakukan dengan membuka mulut dengan larynxoscope atau otoscope untuk anjing dapat dipakai untuk kelinci kecil. Gunakan otoscope untuk menekan lidah dan angkat palatum molle, hing-ga lipatan vocal (vocal fold) dapat dilihat. Begitu larynx dapat dilihat masukkan stylet yang fleksibel, misalnya 5-F kateter urine dari poly-propylene kedalam larynx dan trachea (lihat lampiran, figure-6).
Kemudian larynxoscope atau otoscope dilepas dan masukkan endo-tracheal-tube (biasanya ukuran diameter 2-4 mm) lewat atas kateter kedalam larynx. Kemudian kateter dapat dilepas.


DAFTAR OBAT ANESTHETICUM UNTUK KELINCI



Nama obat          Dosis & aplikasi                   Keterangan

Acepromazine     1-2 mg/kg im atau sc          tranquilizer, preanesthetikum

Acetylsalicylic      100 mg/kg oral tiap            anti-inflamasi, analgesic
      Acid              4-8 jam

Atropine              0,1-0,5 mg/kg im, sc         anticholinergic, ada serum atro-
                                                               pinase, dosis tinggi diperlukan

Buprenorphine     0,02-0,1 mg/kg sc, iv         analgesia
                           Setiap 12 jam

Butorphanol                   0,1-0,5 mg/kg iv, im, sc               analgesia
                                         setiap 4 jam

     Chlorpromazine             1-10 mg/kg im                            preanesthetic

     Diazepam                       1-5 mg/kg im                             preanesthetic

     Doxapram                     2-5 mg/kg iv                              respiratory stimulant

     Flunixin meglumin         1,1 mg/kg im, sc                         anti-inflamasi,analgs

     Halothane                     to effect                                     surgical anesthesia

     Isoflurane                     to effect                                       surgical-anesthesia
                                                                                       By mask

     Ketamin-diazepam         ketamin 30-40 mg/kg+                 surgical anesthesia
                                       Diazepam 2-5 mg/kg im

                                       Ketamine 20-30 mg/kg
         +diazepam 1-3 mg/kg im              bila akan dipakai
                                                         bersama isofluran                                            

   Ketamin+xyla                 Ketamin 35 mg/kg+                    surgical anesthesia
         zine                        xylazine 3 mg/kg im

  Naloxone                        0.01-0.1 mg/kg im, iv                  opioid reversal

  Yohimbine                        0,2 mg/kg iv                              xylazine reversal        




OPERASI PADA KELINCI

Kastrasi atau ovario-histerektomi adalah operasi yang paling banyak diminta clients.. Pada kelinci yang masih muda dan sehat operasi de-mikian resikonya sangat minimal. Kelinci yang mempunyai riwayat pernah/ada abnormalitas, perlu pemeriksaan yang lebih teliti sebelum me mutuskan tindakan perasat bedah. Seperti halnya hewan kecil lainnya (anjing, kucing), kastrasi atau ovariohisterektomi dilakukan untuk men-cegah kebuntingan, kelahiran anak yang sangat banyak/sering atau karena penyakit pyometra, neoplasia atau kebiasaan urine-spraying di mana-mana. Perlu observasi yang teliti dan intensif paska tindakan operasi untuk memprediksi bila terjadi komplikasi atau penyakit sistemik lainnya.

SISTEM GASTRO-INTESTINAL

Pada pasien kelinci problema system gastro-intestinal sering dijumpai. Sebagai hewan bangsa herbivore dengan proses fermentasi didalam app. Digestivus bagian belakang (hindgut fermenting herbivore), system gastro-intestinal kelinci mirip dengan system gastro-intestinal pada kuda. Kedua spesies hewan ini sama-sama memiliki lambung tanpa kom-partemen (non compartmentalized stomach) dan caecum yang besar, dimana proses fermentasi berlangsung. Sebagai variasi regurgitasi (chewing-cud) pada ruminantia, kelinci termasuk coprophagia atau cecotrophic. Dengan cara memakan (mencerna) kembali pellet feces yang dibentuk pada malam hari (night pellet feces) yang berbeda dengan pellet feces yang dibentuk secara teratur disiang hari, kelinci mampu secara maksimal mengekstrak nutrisi dari bahan makanan yang dikomsumsinya. Kondisi lambung kelinci sangat asam dengan pH <2, barangkali untuk me netralisir bakteri dalam jumlah besar yang dicerna sebagai feses malam hari. Dari aspek klinik yang relevan adalah bahwa pencetus myo-electrical peristaltic alat pencernakan kelinci tidak terjadi dalam lambung, melain kan didalam duodenum atau jejunum bagian distal.
Terjadinya akumulasi bulu yang sering terdapat didalam lambung, mung-kin akibat gastric trichobenzoars pada kelinci.

Masalah/penyakit yang sering terjadi

  1. ANOREKSIA

Tidak nafsu makan (anoreksia) adalah keluhan clients yang paling umum sehingga membawa kelincinya untuk konsultasi. Deferensial diagnosis untuk anoreksia pada kelinci yang utama adalah malocclusion pada giginya.
Gigi taring (incissor teeth) kelinci adalah sistem terbuka, oleh karena itu gigi kelinci akan tumbuh terus sepanjang hidupnya, kurang-lebih 2 mm setiap minggunya sehingga pada suatu saat tertentu menjadi tumbuh berkepanjangan mempersulit cara makannya (lihat lampiran, figure-7). Kelebihan tumbuh gigi taring ini mengganggu cara memamah dan kemudian dapat melukai mukosa mulut, oleh karena itu pemeriksaan keluhan anoreksia, jangan melupakan memeriksa rongga mulut dengan seksama termasuk memeriksa gigi molarnya.
Malocclusion gigi incissor ini perlu dikurangi setiap 4-6 minggu. Memotong gigi incissor tidak dibenarkan menggunakan alat pemotong kuku (nail clipper) karena gigi dapat pecah. Direkomendasikan pemotongan gigi dilakukan dengan menggunakan gurindra putar kedokteran gigi (cir-culating cutting blades). Untuk menghindari perlukaan bibir atau lidah tekan dahulu kedua organ ini dengan spatel (lihat lampiran, figure-8).

Kadang gigi molar dan premolar kelinci perlu juga dipangur. Untuk keperluan pangur diperlukan alat khusus kedokteran gigi. Untuk mela-kukan ini diperlukan pemeriksaan teliti dahulu dan untuk memudahkan pemeriksaan diperlukan anesthesia, dilihat dengan otoscope, kalau perlu dengan foto radiografi.
Penyebab lain anoreksia pada kelinci adalah adanya penyumbatan di dalam lambung (gastric obstruction) oleh trichobezoars (gumpalan rambut atau bulu). Bola rambut (hair ball) seringkali ditemukan ketika melakukan necropsy pada kelinci.
Kadang (bila bola rambut besar sekali) dengan melakukan palpasi pada lambung bagian cranial dapat diraba/dirasa adanya massa besar dan agak keras (doughy mass). Pada gambaran radiologik (foto Rontgen) mungkin terlihat sebahagian lambung membesar sehingga usus salah lokasi (intestinal displacement).
Dengan memberikan Jus-nenas (pineapple juice) yang mengandung enzim bromelain dengan dosis 10 ml perhari, atau papaya (mengandung papain yang umumnya proteolitik) dapat memecah atau meloloskan trichobenzoars, meskipun enzim bromelain atau papain tidak dapat meng hancurkan gumpalan rambut (percobaan invitro), jadi mengapa tricho benzoars dapat terlepas disebabkan karena ikatan antara batang-batang rambut/bulu, yaitu proteinaceous matrix nya terlarut oleh enzim-enzim tersebut.
Metoclopramide, dengan dosis 0,5 mg/ kg berat badan peroral atau subkutan 3X perhari, atau cisapride (dosis 0,5-1,0 mg per kg berat badan peroral s.i.d, mineral oil, laxative untuk kucing atau alfalfa pellets, buah-buahan dan sayuran dapat mempermudah pengeluaran gumpalan bulu /rambut dari ap. Digestivus.
Kelinci yang menderita anoreksia perlu diberikan makanan cair melalui spuit (syringe fed) 4X sehari sebanyak yang kelinci tadi mau.
Apabila kelinci menderita anoreksia oleh sebab gumpalan rambut/bulu (trichobenzoars) dan telah berlangsung 72 jam, maka operasi gastroc tomy dan pengangkatan gumpalan rambut terpaksa harus di lakukan (lihat lampiran, figure-10).
Terapi suportif yang perlu dilakukan 72 jam sebelum dan paska operasi dianjurkan untuk mengoptimalkan hasil operasi. Terjadinya dehidrasi dapat ditolong dengan pemasangan intravenous kateter melalui v. cepha lica atau peroseus kateter dalam os. Femur bagian proximal atau os. Tibialis.  Kelinci membutuhkan cairan 100 ml/kg berat badan.
Nasogastric feeding tube (A 5-F) dapat dipasang dengan cara yang sama dengan pada kucing. Elizabeth collar perlu dikenakan. Bagi pasien kelinci enteral produk seperti Isocal (Mead Johnson) dan Nutri Prime (KenVet) adalah baik.
Lakukan client education agar pemilik rajin menyisir bulu kelincinya untuk mengurangi kemungkinan terjadinya bola rambut, terutama kelinci bang-sa berbulu panjang.



MENGATASI TRICHOBENZOARS TANPA BEDAH


Penanganan                 Dosis dan aplikasi                  Keterangan

Analgesik                        lihat daftar                                untuk mengatasi  
                                                                                      ketidak nyamanan
                                                                                      Abdomen & nafsu
                                                                                       makan

Antibiotika                      lihat daftar                                biasa dipakai trime
                                                                                      thopim-sulfa atau
                                                                                      enrofloxacin

Femalt Hairball                3ml oral tiap 24 jam                  beri kelinci bergera
(Carter-Wallace)             2ml 0ral per minggu                  (exercise)
                                      Untuk preventif

Fluid therapy                   oral, s.c atau i.v                        rehydrasi penting

Force-feeding                  bubur makanan bayi                  terutama bila ano-
                                                                                      reksia

Laxatone (Evsco)            oral tiap 12-24 jam                    sebagai suplemen
                                      selama 5 hari

Metoclopramide               0,2-05 mg/kg peroral,               mengosongkan
s.c, tiap 6-8 jam                        lambung
Pineapple juice                10ml peroral tiap 24       
                                      Jam selama 5 hari; 10ml
                                      peroral tiap 24 jam selama
                                      3-5 hari. Ulang setiap 2-3
                                      bln sebagai preventif




  1. Diare

Diare juga merupakan banyak keluhan penyayang kelinci, sehingga ber konsultasi kepada Dokter Hewan. Patut diingat, bahwa diare hanyalah gejala. Banyak penyakit dengan gejala diare, oleh karena itu siapkan deferensial diagnosis setelah pemeriksaan umum yang teliti.
Gejala diare sekaligus konstipasi sering pula dijumpai, pada umumnya di sebabkan karena mucoid enteropathy. Konstipasi pada kasus ini di sebabkan oleh gumpalan mucous diare (lihat lampiran, figure-11).

Penyebab dari mucoid enteropathy belum difahami benar, mungkin akibat sekunder dari alterasi mikroba, karena milieu asam didalam caecum. Untuk keseimbangan pH didalam caecum, diet mengandung 20% serat dapat di anjurkan untuk mencegah perubahan mikroflora didalam app. Digestivus kelinci.
Mencegah timbulnya mucoid enteropathy lebih baik daripada tindakan-tindakan kuratif. Untuk mengatasi dehidrasi akibat diare perlu dilakukan fluid therapy termasuk dalam nutritional therapy ini adalah pemberian nutria-Cal (produk Evsco) atau Lactobacillus culture (Probiocin Pioneer Hi Bred) atau yohurt segar. Disamping itu lactobacillus dapat mencegah entero toxinemia dengan berkurangnya Escherichia coli didalam app. Digestivus.

  1. Typhus bacillair (Tyzzer’s disease)

Typhus bacillair seringkali menyebabkan diare pada kelinci (lihat lampiran figure-12).

Penyebab

Tyzzer’s disease banyak disebabkan oleh Clostridium piliforme (dahulu disebut Bacillus piliformis). Night feces kemungkinan menjadi sumber infeksi peroral yang utama (oral fecal route). Dalam hal suspect kearah penyakit ini perlu pemeriksaan histologik dengan pewarnaan Giemsa atau PAS untuk menemukan mikro-organisme tsb.
Penyebab diare pada kelinci yang sering pula dijumpai adalah karena entero toxemic colitis yang disebabkan oleh pertumbuhan Clostridium sp yang berlebihan didalam app. Digestivus akibat stress karena masa sapih (weaning period).

Terapi

Untuk pengobatan C. piliforme dipilih antibiotika Tetrasiklin dengan dosis 50 mg/kg peroral 2-3 X perhari selama 5 hari. Dapat juga dengan penisilin dengan dosis 40.000 IU/ kg intramuskuler s.i.d. selama 5 hari berturut-turut. Dapat pula menggunakan khloramfenikol dengan dosis 30-50 mg/kg peroral atau subcutan atau intramuskuler b.i.d.

Perhatian : Antibiotika yang fatal bagi pasien kelinci adalah clyndamisin, lincomisin, erythromisin, amoxillin dengan atau tanpa clavulanic acid, ampisilin, cephalosporin dan penisilin peroral. Jadi antibiotika-antibiotika tersebut kontra indikasi bagi pasien kelinci.
Metronidazole dengan dosis 40 mg/kg peroral s.i.d efektif untuk mengatasi Clostridial intestinal diseases





  1. INFEKSI PARASITIK

Penyebab

Infeksi oleh coccidia paling sering terjadi pada pasien kelinci yang menye babkan diare juga. Coccidiosis usus (intestinal coccidiosis) ini disebabkan oleh Eimeria sp. Diagnosisnya adalah dengan menemukan oocyst dalam sample fesesnya.  Pada kelinci muda, intestinal coccidiosis mempunyai angka mortalitas tinggi karena disertai dehidrasi berat dan akut. Tindakan terapi utama adalah dengan memberikan terapi cairan untuk mengatasi dehidrasi tsb. Obat sulfaquinoxaline dengan dosis 0,025% dicampurkan makanan (pellets) adalah cara yang paling mudah bagi pemelihara/penyayang kelinci tsb.

Trimethoprim-sulfadiazine dengan dosis 30 mg/kg peroral atau s.c b.i.d se lama 7-10 hari lebih efektif.

Sulfadimethoxine dengan dosis 50 mg/kg peroral sekali kemudian diikuti dengan dosis 25 mg/kg sekali sehari selama 3 minggu dapat dilakukan. Kelinci yang berhasil sembuh dari infeksi ini umumnya mempunyai kekebalan terhadap infeksi selanjutnya kemudian hari.

Coccidiosis bentuk hati (hepatic form coccidiosis) disebabkan oleh infeksi Eimeria stiedae. Gejala kliniknya adalah: anoreksia, berat badan terus menurun, hepatomegali dan diare. Antemortem diagnosis dan treatment sama halnya dengan pada bentuk intestinal.
Tetapi dengan bentuk hepatic, pembesaran abdomen disertai hepatomegali dapat ditemukan berbarengan. Untuk memastikan adanya hepatomegali, radiografi sangat menolong.
Diagnosis postmortem ditemukan bintik-bintik kuning-putih pada organ hati karena terjadinya hyperplasia dari empedu (lihat lampiran, figure-13).
Infeksi coccidiosis terjadi lewat adanya oocysts didalam feses penderita, jadi tindakan sanitasi yang sangat penting adalah membersihkan kandang, tem-pat makanan/minuman dengan desinfektasia secara rutin.

Pin-worm

Investasi oleh cacing pada kelinci paling sering adalah oleh pin-worm Passalurus ambiguous. Gejala kliniknya adalah penurunan berat badan, tidak lincah malahan lemah, konstipasi, impaction atau intussusception.
Diagnosis ditegakkan dengan menemukan telur pin-worm dalam sample fesesnya. Pin-worm pada kelinci tidak meletakan telurnya disekitar anus jadi teknik pemeriksaan layaknya pada anjing dengan tape transparan untuk menemukan canine oxyuriasis tidak dapat dilakukan pada kelinci.
Terapi terdiri dari pemberian Fenbendazole dengan dosis 20 mg/kg peroral sekali sehari selama 5 hari berturut.
Dapat pula menggunakan thiabendazole dengan dosis 50 mg/kg 2x dilakukan antar waktu 3 minggu.
Dengan piperazine, dosis 200-500 mg/kg perhari diberikan peroral selama 2 hari.
Kelinci dapat merupakan intermediate host bagi cacing-pita anjing (Taenia pisiformis). Transmisi berlangsung melalui terkontaminasinya air minum, makanan atau tercemar oleh feses anjing penderita. Gejala kliniknya meliputi lethargy, peregangan abdomen dan penurunan berat badan. Terapi umum nya tidak diperlukan, tetapi bila kelinci bertindak sebagai penyalur segmen proglottid atau telur dalam fesesnya dapat diberikan praziquantel dengan dosis 5-10 mg/kg peroral, s.c atau i.m sekali, kemudian diulang setelah 10-14 hari kemudian. Hindarkan feses anjing mencemari habitat kelinci.

SYSTEM GENITO-URINARY

Problema ap. Genitor-urinarius pada kelinci banyak dijumpai didalam prak-tek. Ap. Genitalis pada kelinci jantan (buck) mempunyai karakteristik indi-vidual. Scrotum tidak ditumbuhi rambut dan terletak anterior dari penis.
Lubang urethra kelinci jantan bulat, sedangkan pada kelinci betina (doe) merupakan celah (slit like). Kelinci betina mempunyai 8-10 buah nipples, yang jantan sama sekali tidak punya. Kedua jenis kelamin mempunyai kantong selangkang (inguinal pouches) buntu terletak sebelah lateral ap. Genital yang berisi kelenjar (scent glands)

Problema traktus urinarius

Keluhan terbanyak dari clients adalah kelincinya kencing berdarah. Perlu diingatkan, bahwa urine kelinci memang keruh (turbid) dan berwarna kuning-oranye sampai merah-kecoklatan. Karena itu menghadapi keluhan adanya hematuria harus dilakukan pemeriksaan sediment dan urine dipstick.
Hematuria yang sebenarnya biasanya disertai adanya cystitis, urinary calculi atau adeno-carcinoma didalam uterus. Tentu saja untuk memastikan cystitis harus dilakukan urine-analysis.
Cystitis dapat diterapi dengan pemberian chloramphenicol atau trimetho prim-sulfadiazine, dosis 30 mg/kg peroral atau i.m b.i.d selama 3 minggu.
Urinary-calculi didiagnosis berdasarkan radiografi abdomen dan bila positif, perlu operasi pengambilan calculi tsb. Prosedur operasi pengambilan calculi sama  dengan pada pasien kucing. Untuk mencegah/mengurangi terjadinya calculi ulang, di dalam diet kelinci perlu diberi alfalfa (alfalfa hay).



Problema Aparatus Reproduksi

Treponema cuniculi dapat menyebabkan syphilis atau penyakit vent (vent disease) pada kelinci. Penularan terjadi dengan kontak langsung pada anak-anak kelinci dengan induknya yang terinfeksi. Syphilis dapat menyerang baik kelinci jantan maupun betina. Gejala klinik yang dapat diamati adalah timbulnya papulae, ulcers, vesicles dan kerak (crusting) pada alat genitalia luar. (lhat lampiran, figure 14). Kelinci betina penderita dapat mengalami abortus, metritis dan retensio placenta.
Diagnosis ditegakkan dengan menemukan organisme Spirochaeta dari sample ulas dari lesi-lesi kulit. Terapi dilakukan dengan memberikan penisilin dengan dosis 40.000 IU/kg i.m sekali sehari selama 3-5 hari berturut.

Mastitis

Mastitis dapat terjadi pada induk kelinci yang sedang menyusui. Gejala kli- niknya adalah demam (40oC), tidak nafsu makan dan depresi. Kulit didaerah kompartmen mammae yang menderita kelihatan bengkak dan kebiruan.
Mikro-organisme penyebab mastitis umumnya adalah Staphylococcus dan Streptococcus sp. Terjadinya septicaemia dapat menyebabkan kematian.
Terapi dapat dilakukan dengan surgical drainage, mastectomy, hot packs dan pemberian penisilin dengan dosis 40.000 IU/kg i.m b.i.d selama 5 hari.
Pada kelinci betina sering pula terjadi pseudo-pregnancy dan menderita mas-titis. Pseudo-pregnancy dapat terjadi karena perkawinan steril “sterile mating” oleh pejantan yang kemudian merangsang ovulasi dan diikuti de-ngan terbentuknya corpus luteum yang persisten (persistent corpus luteum) yang berakhir selama 15-17 hari.
Sekresi progesterone menyebabkan pembesaran uterus dan kelenjar mam-mae. Gejala klinik lainnya yang dapat diamati adalah perilaku membuat sarang dan agresivitas dalam upaya menjaga atas wilayahnya (areal protection). Namun demikian keracunan kebuntingan (pregnancy toxemia) jarang terjadi. Selama tidak ada komplikasi (biasanya oleh trauma) terapi tidak perlu dilakukan, karena akan surut sendiri sejalan dengan habisnya hormone progresteronnya.
Keracunan kebuntingan pada kelinci umumnya terjadinya pada masa minggu terakhir kebuntingannya atau pada kondisi paska partus atau pada pseudo-pregnancy. Faktor yang turut mempengaruhi adalah obesitas dan puasa (fasting). Bila terlihat gejala-gejala neurologik misalnya kelemahan umum, inkoordinasi, konvulsi, coma, dll, umumnya fatal dan bisa terjadi kematian. Adanya ketonurea asam (acidic ketonuria) dan terbaunya acetone membantu diagnosis ini.
Terapi diarahkan kepada penanggulangan ketoacidosis dengan memberikan cairan Ringer laktat, 5% glucose dan glucocorticoids, meskipun umumnya terapi seperti itu hasilnya kurang memuaskan. Mencegah obesitas lebih baik sebagai upaya preventif.
Kurangnya jumlah anak (litter size) pada kelinci betina usia 3 tahun atau lebih dapat menunjukkan sedang terjadinya adeno-carcinoma, yaitu neoplasma yang paling sering terjadi pada kelinci betina. Dalam hal kondisi ini hematuria sering mengiringi. Adapun gejala klinik lainnya menyerupai hyperplasia uterus yang tidak ganas (benign uterine hyperplasia), itu se-babnya antara dua kondisi tsb sulit dibedakan secara klinik.
Pembesaran uterus mungkin dapat diraba/palpasi dan jelas terlihat dalam gambaran radiologik dalam abdomen atau ultra-sonogafi. Metastasis pertama terjadi kedalam kelenjar lymphe terdekat kemudian merembet ke paru dan hati. Prognosis adalah baik, bila belum terjadi proses metastasis dan asalkan segera dilakukan ovario-histerektomi.

Orchitis dan Pyometra

Kelinci jantan sering menderita orchitis dan pada betina menderita pyometra. Kedua problema tsb umumnya disebabkan oleh infeksi pasteurellosis. Untuk mengatasi Orchitis digunakan antibiotika penisilin, tetapi pyometra harus diatasi dengan operasi ovario-histerektomi.
Prosedur Ovario-histerektomi pada kelinci kurang lebih sama dengan pada kucing, hanya saja anatomi alat reproduksi kelinci berbeda dari kucing. Karena kelinci mempunyai lobang cervices double, setiap lobang cervice berhubungan dengan cornua uteri sendiri-sendiri. Uterus dapat di transfixed cranial atau caudal dari cervices tsb.

Membuka abdomen sebaiknya melalui insisi midline ventral. Gunakan benang absorbable no. 3-0 untuk mengikat ovari (pedicles ovarian) dan untuk transfixing batang uterus. Insisi ditutup dengan 2 lapis jahitan subcutan karena jaringan subcutan kelinci sangat tipis, sedangkan dinding abdomen dapat dijahit dengan simple interrupted atau simple continous menggunakan benang absorbable 3-0 atau 4-0. Untuk menutup insisi kulit dan mencegah jahitan jangan digigit (chewing out), akan lebih kuat dengan pola jahitan subcuticular suture.

Orchiectomy pada kelinci jantan dapat dilakukan melalui insisi prescrotal, kemudian dijahit tutup, atau melalui insisi setiap scrotal pada setiap testicle dan biarkan terbuka (tidak perlu dijahit tutup). Membuat insisi pada scrotum kelinci harus dilakukan sangat hati-hati karena kulit sangat tipis dan mudah ditoreh, juga saluran sperma (spermatic cord) lebih friable dibandingkan punya kucing atau anjing. Melakukan Orchiectomy baik terbuka maupun tertutup sama baiknya, hanya saja bila dipilih system terbuka, maka cincin inguinal superficial (superficial inguinal ring) harus dijahit dengan 2-3 jahitan (simple interrupted suture) untuk mencegah terjadinya hernia karena testicle kelinci pada posisi terlentang (dorsal recumbency) cenderung untuk masuk kedalam lobang saluran inguinal (yang cukup besar) tsb, sehingga sulit dikeluarkan. Untuk mengatasi kesulitan ini, posisikan agar kelinci berbaring agak terduduk.











Tidak ada komentar:

Posting Komentar