Sulfdimethoxine 12,5 mg/kg
peroral tiap 12 jam
Sulfamethazine 1 mg/ ml air
minum
Sulfaquinoxaline profilatik 0.025%
dalam air selama 30 hari; kuratif 0,1% dalam air selama 2 minggu
Thiabendazole 50 mg/kg
peroral diulang setelah 3 minggu
Thiabendazole/dexamethasone/
Neomycine
drops 3 tetes
tiap telinga setiap 12 jam selama 7 hari
Trimethoprim-sulfa 15-30 mg/kg peroral,
sc setiap 12 jam
Tylosin 10
mg/kg peroral, sc, im tiap 12 jam
Anesthesia
Anesthetik yang
paling sering digunakan adalah kombinasi ketamin
dengan diazepam, xylazine atau
acepromazine dengan dosis tinggi untuk keperluan anesthesia panjang, atau
dosis rendah untuk keperluan operasi pendek. Untuk mempertahankan keadaan
anesthesia digunakan an-esthesia hirup (inhalation),
lihat lampiran, figure-4.
Kombinasi ketamin dan diazepam pro-injeksio
menjadi pilihan utama karena batas amannya luas. Beberapa Dokter Hewan lebih
memilih tiletamine dan zolazepam.
Dokter Hewan yang lebih berpengalaman lainnya melaporkan bahwa penggunaan tiletamine dan zolazepam dapat meracuni
ginjal (nephrotoxic) karenanya kombinasi antara dua obat tsb tidak
dianjurkan.
Inhalatio anesthesia
yang direkomendasikan adalah isoflurane
untuk du-rasi panjang setelah pemberian anesthesia pro-injeksio. Untuk pera-watan
kecil (mis: radiografi, memasang pembalut, phlebotomy,
dll) dapat digunakan anesthesia per-inhalatio (isoflurane) tanpa anesthesia pro-injeksio, meskipun harus disertai
tindakan intubasi untuk mengamankan jalannya pernafasan.
Atropin digunakan untuk mengatasi bradycardia dan mengurangi sekresi
saluran trachea (tracheal secretions).
Tetapi perlu diingat bahwa kelinci mempunyai enzim atropinase yang dengan cepat dapat memetabolisme atropine, sehingga pemberian atropine pada kelinci memerlukan dosis
dan frekwensi lebih banyak.
Beberapa praktisi
melaporkan untuk sangat berhati-hati menggunakan atropine pada kelinci karena sekresi trachea mengental dan dapat
ber akumulasi didalam pharynx dan trachea yang dapat menyumbat jalannya
pernafasan. Jadi pengalaman Dokter Hewan praktisi dalam hal ini sangat
diperlukan.
Keadaan anesthesia
dan pemulihan (recovery) memerlukan
monitoring yang intensif. Untuk keperluan ini diperlukan equipment echocardiogram dan Doppler
untuk tekanan darah. Praktisi melaporkan untuk keperluan ini dapat dipakai oksimeter
pulsa (pulse oxymeter). Disamping itu perlu memonitor kecepatan dan pola
respirasi sambil memonitor kecepatan irama denyut jantung.
Untuk anesthesia
durasi panjang, diperlukan obat/equipment untuk sirkulasi air hangat untuk
mempertahankan suhu tubuh (heating pad
warm water).
Untuk mengamankan
atau mempercepat waktu recovery
diperlukan infuse cairan (fluid infuse)
intravenous, subcutan atau intraperitoneal terutama bila
anesthesia yang digunakan pro-injeksio.
Pemasangan endotracheal tube pada kelinci sulit
dilakukan karena lidah dan molar kelinci besar, sedangkan larynx nya kecil dengan palatum
yang lunak yang mengaburkan terlihatnya epiglottis (to obscures the epiglottis) dan dapat menyebabkan laryngospasmus.
Bila pemasangan tracheal-tube sulit dan memakan waktu
agak lama akan menyebabkan trauma pada larynx
mengakibatkan timbulnya oedema sehingga
menyumbat jalannya nafas.
Anesthesia pada
kelinci yang paling aman adalah pro-injeksio kombinasi dengan per-inhalatio
dengan isoflurane.
Pemasangan tracheal-tube dilakukan dengan membuka
mulut dengan larynxoscope atau otoscope
untuk anjing dapat dipakai untuk kelinci kecil. Gunakan otoscope untuk menekan lidah dan angkat palatum molle, hing-ga lipatan vocal (vocal fold) dapat dilihat. Begitu larynx dapat dilihat masukkan stylet
yang fleksibel, misalnya 5-F kateter urine dari poly-propylene kedalam larynx
dan trachea (lihat lampiran, figure-6).
Kemudian larynxoscope atau otoscope dilepas dan masukkan endo-tracheal-tube
(biasanya ukuran diameter 2-4 mm) lewat atas kateter kedalam larynx. Kemudian kateter dapat dilepas.
DAFTAR OBAT ANESTHETICUM UNTUK KELINCI
Nama obat Dosis & aplikasi Keterangan
Acepromazine 1-2 mg/kg im atau sc tranquilizer, preanesthetikum
Acetylsalicylic 100 mg/kg oral tiap anti-inflamasi, analgesic
Acid 4-8 jam
Atropine 0,1-0,5 mg/kg im, sc anticholinergic, ada serum atro-
pinase, dosis
tinggi diperlukan
Buprenorphine 0,02-0,1 mg/kg sc, iv analgesia
Setiap 12 jam
Butorphanol 0,1-0,5 mg/kg iv, im, sc analgesia
setiap 4 jam
Chlorpromazine 1-10 mg/kg im preanesthetic
Diazepam 1-5 mg/kg im preanesthetic
Doxapram 2-5 mg/kg iv respiratory
stimulant
Flunixin meglumin 1,1 mg/kg im, sc anti-inflamasi,analgs
Halothane to effect surgical anesthesia
Isoflurane to
effect surgical-anesthesia
By mask
Ketamin-diazepam ketamin 30-40 mg/kg+ surgical
anesthesia
Diazepam 2-5 mg/kg im
Ketamine 20-30 mg/kg
+diazepam 1-3 mg/kg im bila
akan dipakai
bersama isofluran
Ketamin+xyla Ketamin 35 mg/kg+ surgical anesthesia
zine xylazine 3 mg/kg im
Naloxone
0.01-0.1 mg/kg im, iv opioid reversal
Yohimbine 0,2 mg/kg iv xylazine reversal
OPERASI PADA KELINCI
Kastrasi atau ovario-histerektomi
adalah operasi yang paling banyak diminta clients..
Pada kelinci yang masih muda dan sehat operasi de-mikian resikonya sangat
minimal. Kelinci yang mempunyai riwayat pernah/ada abnormalitas, perlu
pemeriksaan yang lebih teliti sebelum me mutuskan tindakan perasat bedah.
Seperti halnya hewan kecil lainnya (anjing, kucing), kastrasi atau
ovariohisterektomi dilakukan untuk men-cegah kebuntingan, kelahiran anak yang
sangat banyak/sering atau karena penyakit pyometra,
neoplasia atau kebiasaan urine-spraying di mana-mana. Perlu
observasi yang teliti dan intensif paska tindakan operasi untuk memprediksi bila
terjadi komplikasi atau penyakit sistemik lainnya.
SISTEM
GASTRO-INTESTINAL
Pada pasien kelinci
problema system gastro-intestinal sering
dijumpai. Sebagai hewan bangsa herbivore
dengan proses fermentasi didalam app.
Digestivus bagian belakang (hindgut
fermenting herbivore), system gastro-intestinal
kelinci mirip dengan system
gastro-intestinal pada kuda. Kedua spesies hewan ini sama-sama memiliki
lambung tanpa kom-partemen (non
compartmentalized stomach) dan caecum
yang besar, dimana proses fermentasi berlangsung. Sebagai variasi regurgitasi (chewing-cud) pada ruminantia, kelinci
termasuk coprophagia atau cecotrophic. Dengan cara memakan (mencerna)
kembali pellet feces yang dibentuk
pada malam hari (night pellet feces)
yang berbeda dengan pellet feces yang
dibentuk secara teratur disiang hari, kelinci mampu secara maksimal mengekstrak
nutrisi dari bahan makanan yang dikomsumsinya. Kondisi lambung kelinci sangat
asam dengan pH <2, barangkali untuk me netralisir bakteri dalam jumlah besar
yang dicerna sebagai feses malam hari. Dari aspek klinik yang relevan adalah
bahwa pencetus myo-electrical peristaltic alat pencernakan kelinci
tidak terjadi dalam lambung, melain kan
didalam duodenum atau jejunum bagian distal.
Terjadinya akumulasi
bulu yang sering terdapat didalam lambung, mung-kin akibat gastric trichobenzoars pada kelinci.
Masalah/penyakit yang
sering terjadi
- ANOREKSIA
Tidak nafsu makan
(anoreksia) adalah keluhan clients
yang paling umum sehingga membawa kelincinya untuk konsultasi. Deferensial
diagnosis untuk anoreksia pada kelinci yang utama adalah malocclusion pada giginya.
Gigi taring (incissor teeth) kelinci adalah sistem
terbuka, oleh karena itu gigi kelinci akan tumbuh terus sepanjang hidupnya,
kurang-lebih 2 mm setiap minggunya sehingga pada suatu saat tertentu menjadi tumbuh
berkepanjangan mempersulit cara makannya (lihat lampiran, figure-7). Kelebihan
tumbuh gigi taring ini mengganggu cara memamah dan kemudian dapat melukai
mukosa mulut, oleh karena itu pemeriksaan keluhan anoreksia, jangan melupakan
memeriksa rongga mulut dengan seksama termasuk memeriksa gigi molarnya.
Malocclusion gigi incissor
ini perlu dikurangi setiap 4-6 minggu. Memotong gigi incissor tidak dibenarkan menggunakan alat pemotong kuku (nail clipper) karena gigi dapat pecah.
Direkomendasikan pemotongan gigi dilakukan dengan menggunakan gurindra putar
kedokteran gigi (cir-culating cutting blades). Untuk menghindari
perlukaan bibir atau lidah tekan dahulu kedua organ ini dengan spatel (lihat lampiran, figure-8).
Kadang gigi molar dan
premolar kelinci perlu juga dipangur. Untuk keperluan pangur diperlukan alat khusus
kedokteran gigi. Untuk mela-kukan ini diperlukan pemeriksaan teliti dahulu dan
untuk memudahkan pemeriksaan diperlukan anesthesia, dilihat dengan otoscope, kalau perlu dengan foto radiografi.
Penyebab lain
anoreksia pada kelinci adalah adanya penyumbatan di dalam lambung (gastric obstruction) oleh trichobezoars (gumpalan rambut atau
bulu). Bola rambut (hair ball)
seringkali ditemukan ketika melakukan necropsy
pada kelinci.
Kadang (bila bola rambut
besar sekali) dengan melakukan palpasi pada lambung bagian cranial dapat diraba/dirasa adanya massa besar dan agak keras (doughy mass). Pada gambaran radiologik
(foto Rontgen) mungkin terlihat sebahagian lambung membesar sehingga usus salah
lokasi (intestinal displacement).
Dengan memberikan
Jus-nenas (pineapple juice) yang
mengandung enzim bromelain dengan
dosis 10 ml perhari, atau papaya (mengandung papain yang umumnya proteolitik) dapat memecah atau meloloskan trichobenzoars, meskipun enzim bromelain atau papain tidak dapat meng hancurkan gumpalan rambut (percobaan
invitro), jadi mengapa tricho benzoars
dapat terlepas disebabkan karena ikatan antara batang-batang rambut/bulu, yaitu
proteinaceous matrix nya terlarut oleh enzim-enzim tersebut.
Metoclopramide, dengan dosis 0,5 mg/ kg berat badan peroral
atau subkutan 3X perhari, atau cisapride
(dosis 0,5-1,0 mg per kg berat badan peroral s.i.d, mineral oil, laxative untuk kucing atau alfalfa pellets, buah-buahan dan sayuran dapat mempermudah
pengeluaran gumpalan bulu /rambut dari ap. Digestivus.
Kelinci yang
menderita anoreksia perlu diberikan makanan cair melalui spuit (syringe fed) 4X sehari sebanyak yang
kelinci tadi mau.
Apabila kelinci
menderita anoreksia oleh sebab gumpalan rambut/bulu (trichobenzoars) dan telah berlangsung 72 jam, maka operasi gastroc tomy dan pengangkatan gumpalan
rambut terpaksa harus di lakukan (lihat lampiran, figure-10).
Terapi suportif yang
perlu dilakukan 72 jam sebelum dan paska operasi dianjurkan untuk
mengoptimalkan hasil operasi. Terjadinya dehidrasi dapat ditolong dengan
pemasangan intravenous kateter melalui v.
cepha lica atau peroseus kateter dalam os.
Femur bagian proximal atau os.
Tibialis. Kelinci membutuhkan cairan
100 ml/kg berat badan.
Nasogastric feeding tube (A 5-F) dapat dipasang
dengan cara yang sama dengan pada kucing. Elizabeth collar perlu dikenakan. Bagi pasien
kelinci enteral produk seperti Isocal
(Mead Johnson) dan Nutri Prime
(KenVet) adalah baik.
Lakukan client education agar pemilik rajin menyisir
bulu kelincinya untuk mengurangi kemungkinan terjadinya bola rambut, terutama
kelinci bang-sa berbulu panjang.
MENGATASI
TRICHOBENZOARS TANPA BEDAH
Penanganan Dosis
dan aplikasi Keterangan
Analgesik lihat daftar untuk
mengatasi
ketidak
nyamanan
Abdomen
& nafsu
makan
Antibiotika lihat
daftar biasa dipakai trime
thopim-sulfa
atau
enrofloxacin
Femalt Hairball 3ml oral tiap 24 jam beri kelinci bergera
(Carter-Wallace) 2ml 0ral per minggu (exercise)
Untuk
preventif
Fluid therapy oral,
s.c atau i.v rehydrasi penting
Force-feeding bubur
makanan bayi terutama bila ano-
reksia
Laxatone (Evsco) oral tiap 12-24 jam sebagai suplemen
selama
5 hari
Metoclopramide 0,2-05 mg/kg peroral, mengosongkan
s.c, tiap
6-8 jam lambung
Pineapple juice 10ml peroral tiap 24
Jam
selama 5 hari; 10ml
peroral
tiap 24 jam selama
3-5
hari. Ulang setiap 2-3
bln
sebagai preventif
- Diare
Diare juga merupakan banyak keluhan penyayang
kelinci, sehingga ber konsultasi kepada Dokter Hewan. Patut diingat, bahwa
diare hanyalah gejala. Banyak penyakit dengan gejala diare, oleh karena itu
siapkan deferensial diagnosis setelah pemeriksaan umum yang teliti.
Gejala diare sekaligus konstipasi sering pula
dijumpai, pada umumnya di sebabkan karena mucoid
enteropathy. Konstipasi pada kasus ini di sebabkan oleh gumpalan mucous diare (lihat lampiran, figure-11).
Penyebab dari mucoid enteropathy belum difahami benar, mungkin akibat sekunder
dari alterasi mikroba, karena milieu asam didalam caecum. Untuk keseimbangan pH didalam caecum, diet mengandung 20% serat dapat di anjurkan untuk mencegah
perubahan mikroflora didalam app.
Digestivus kelinci.
Mencegah timbulnya mucoid enteropathy lebih baik daripada tindakan-tindakan kuratif.
Untuk mengatasi dehidrasi akibat diare perlu dilakukan fluid therapy termasuk dalam nutritional
therapy ini adalah pemberian nutria-Cal
(produk Evsco) atau Lactobacillus culture (Probiocin Pioneer Hi Bred) atau yohurt segar. Disamping itu lactobacillus dapat mencegah entero toxinemia dengan berkurangnya Escherichia coli didalam app. Digestivus.
- Typhus bacillair
(Tyzzer’s disease)
Typhus bacillair seringkali menyebabkan diare
pada kelinci (lihat lampiran figure-12).
Penyebab
Tyzzer’s
disease
banyak disebabkan oleh Clostridium
piliforme (dahulu disebut Bacillus
piliformis). Night feces
kemungkinan menjadi sumber infeksi peroral yang utama (oral fecal route). Dalam hal suspect kearah penyakit ini perlu
pemeriksaan histologik dengan pewarnaan Giemsa
atau PAS untuk menemukan mikro-organisme tsb.
Penyebab diare pada kelinci yang sering pula
dijumpai adalah karena entero toxemic
colitis yang disebabkan oleh pertumbuhan Clostridium sp yang berlebihan didalam app. Digestivus akibat stress
karena masa sapih (weaning period).
Terapi
Untuk pengobatan C. piliforme dipilih antibiotika Tetrasiklin dengan dosis 50 mg/kg peroral 2-3 X perhari selama 5
hari. Dapat juga dengan penisilin dengan dosis 40.000 IU/ kg intramuskuler s.i.d.
selama 5 hari berturut-turut. Dapat pula menggunakan khloramfenikol dengan
dosis 30-50 mg/kg peroral atau subcutan atau intramuskuler b.i.d.
Perhatian : Antibiotika yang
fatal bagi pasien kelinci adalah clyndamisin,
lincomisin, erythromisin, amoxillin dengan atau tanpa clavulanic acid,
ampisilin, cephalosporin dan penisilin peroral. Jadi
antibiotika-antibiotika tersebut kontra indikasi bagi pasien kelinci.
Metronidazole
dengan
dosis 40 mg/kg peroral s.i.d efektif untuk mengatasi Clostridial intestinal diseases
- INFEKSI
PARASITIK
Penyebab
Infeksi oleh coccidia paling sering terjadi pada pasien kelinci yang menye babkan
diare juga. Coccidiosis usus (intestinal coccidiosis)
ini disebabkan oleh Eimeria sp. Diagnosisnya adalah dengan menemukan oocyst dalam sample fesesnya. Pada kelinci muda, intestinal coccidiosis mempunyai angka mortalitas tinggi karena
disertai dehidrasi berat dan akut. Tindakan terapi utama adalah dengan
memberikan terapi cairan untuk mengatasi dehidrasi tsb. Obat sulfaquinoxaline dengan dosis 0,025%
dicampurkan makanan (pellets) adalah
cara yang paling mudah bagi pemelihara/penyayang kelinci tsb.
Trimethoprim-sulfadiazine dengan dosis 30
mg/kg peroral atau s.c b.i.d se lama 7-10 hari lebih efektif.
Sulfadimethoxine dengan dosis 50
mg/kg peroral sekali kemudian diikuti dengan dosis 25 mg/kg sekali sehari
selama 3 minggu dapat dilakukan. Kelinci yang berhasil sembuh dari infeksi ini
umumnya mempunyai kekebalan terhadap infeksi selanjutnya kemudian hari.
Coccidiosis bentuk hati (hepatic form coccidiosis) disebabkan
oleh infeksi Eimeria stiedae. Gejala kliniknya adalah: anoreksia, berat
badan terus menurun, hepatomegali dan diare. Antemortem diagnosis dan treatment sama halnya dengan pada bentuk
intestinal.
Tetapi dengan bentuk hepatic, pembesaran
abdomen disertai hepatomegali dapat ditemukan berbarengan. Untuk memastikan
adanya hepatomegali, radiografi sangat menolong.
Diagnosis postmortem ditemukan bintik-bintik
kuning-putih pada organ hati karena terjadinya hyperplasia dari empedu (lihat lampiran, figure-13).
Infeksi coccidiosis
terjadi lewat adanya oocysts didalam
feses penderita, jadi tindakan sanitasi yang sangat penting adalah membersihkan
kandang, tem-pat makanan/minuman dengan desinfektasia secara rutin.
Pin-worm
Investasi oleh cacing pada kelinci paling
sering adalah oleh pin-worm Passalurus ambiguous. Gejala kliniknya
adalah penurunan berat badan, tidak lincah malahan lemah, konstipasi, impaction atau intussusception.
Diagnosis ditegakkan dengan menemukan telur pin-worm dalam sample fesesnya. Pin-worm pada kelinci tidak meletakan telurnya disekitar anus jadi teknik
pemeriksaan layaknya pada anjing dengan tape transparan untuk menemukan canine oxyuriasis tidak dapat dilakukan
pada kelinci.
Terapi terdiri dari pemberian Fenbendazole dengan dosis 20 mg/kg
peroral sekali sehari selama 5 hari berturut.
Dapat pula menggunakan thiabendazole dengan dosis 50 mg/kg 2x dilakukan antar waktu 3
minggu.
Dengan piperazine,
dosis 200-500 mg/kg perhari diberikan peroral selama 2 hari.
Kelinci dapat merupakan intermediate host bagi cacing-pita anjing (Taenia pisiformis).
Transmisi berlangsung melalui terkontaminasinya air minum, makanan atau
tercemar oleh feses anjing penderita. Gejala kliniknya meliputi lethargy, peregangan abdomen dan
penurunan berat badan. Terapi umum nya tidak diperlukan, tetapi bila kelinci
bertindak sebagai penyalur segmen
proglottid atau telur dalam fesesnya dapat diberikan praziquantel dengan dosis 5-10 mg/kg peroral, s.c atau i.m sekali,
kemudian diulang setelah 10-14 hari kemudian. Hindarkan feses anjing mencemari
habitat kelinci.
SYSTEM GENITO-URINARY
Problema ap.
Genitor-urinarius pada kelinci banyak dijumpai didalam prak-tek. Ap. Genitalis pada kelinci jantan (buck) mempunyai karakteristik indi-vidual.
Scrotum tidak ditumbuhi rambut dan
terletak anterior dari penis.
Lubang urethra
kelinci jantan bulat, sedangkan pada kelinci betina (doe) merupakan celah (slit
like). Kelinci betina mempunyai 8-10 buah nipples, yang jantan sama sekali tidak punya. Kedua jenis kelamin
mempunyai kantong selangkang (inguinal
pouches) buntu terletak sebelah lateral ap.
Genital yang berisi kelenjar (scent glands)
Problema traktus urinarius
Keluhan terbanyak dari clients adalah kelincinya kencing berdarah. Perlu diingatkan, bahwa
urine kelinci memang keruh (turbid)
dan berwarna kuning-oranye sampai merah-kecoklatan. Karena itu menghadapi
keluhan adanya hematuria harus
dilakukan pemeriksaan sediment dan urine
dipstick.
Hematuria yang sebenarnya
biasanya disertai adanya cystitis,
urinary calculi atau adeno-carcinoma
didalam uterus. Tentu saja untuk memastikan cystitis
harus dilakukan urine-analysis.
Cystitis
dapat
diterapi dengan pemberian chloramphenicol atau trimetho prim-sulfadiazine, dosis 30 mg/kg peroral atau i.m b.i.d
selama 3 minggu.
Urinary-calculi didiagnosis
berdasarkan radiografi abdomen dan bila positif, perlu operasi pengambilan calculi tsb. Prosedur operasi
pengambilan calculi sama dengan pada pasien kucing. Untuk mencegah/mengurangi
terjadinya calculi ulang, di dalam diet
kelinci perlu diberi alfalfa (alfalfa
hay).
Problema Aparatus Reproduksi
Treponema
cuniculi
dapat menyebabkan syphilis atau
penyakit vent (vent disease) pada kelinci. Penularan terjadi
dengan kontak langsung pada anak-anak kelinci dengan induknya yang terinfeksi. Syphilis dapat menyerang baik kelinci
jantan maupun betina. Gejala klinik yang dapat diamati adalah timbulnya papulae, ulcers, vesicles dan kerak (crusting) pada alat genitalia luar.
(lhat lampiran, figure 14). Kelinci betina penderita dapat mengalami abortus, metritis dan retensio placenta.
Diagnosis ditegakkan dengan menemukan
organisme Spirochaeta dari sample ulas dari lesi-lesi kulit. Terapi
dilakukan dengan memberikan penisilin dengan dosis 40.000 IU/kg i.m sekali sehari
selama 3-5 hari berturut.
Mastitis
Mastitis dapat terjadi pada
induk kelinci yang sedang menyusui. Gejala kli- niknya adalah demam (40oC),
tidak nafsu makan dan depresi. Kulit didaerah kompartmen mammae yang menderita
kelihatan bengkak dan kebiruan.
Mikro-organisme penyebab mastitis umumnya adalah Staphylococcus
dan Streptococcus sp. Terjadinya septicaemia
dapat menyebabkan kematian.
Terapi dapat dilakukan dengan surgical drainage, mastectomy, hot packs
dan pemberian penisilin dengan dosis 40.000 IU/kg i.m b.i.d selama 5 hari.
Pada kelinci betina sering pula terjadi pseudo-pregnancy dan menderita mas-titis. Pseudo-pregnancy dapat
terjadi karena perkawinan steril “sterile
mating” oleh pejantan yang kemudian
merangsang ovulasi dan diikuti de-ngan terbentuknya corpus luteum yang persisten (persistent
corpus luteum) yang berakhir
selama 15-17 hari.
Sekresi progesterone
menyebabkan pembesaran uterus dan kelenjar mam-mae. Gejala klinik lainnya
yang dapat diamati adalah perilaku membuat sarang dan agresivitas dalam upaya
menjaga atas wilayahnya (areal
protection). Namun demikian keracunan kebuntingan (pregnancy toxemia) jarang terjadi. Selama tidak ada komplikasi
(biasanya oleh trauma) terapi tidak perlu dilakukan, karena akan surut sendiri
sejalan dengan habisnya hormone progresteronnya.
Keracunan kebuntingan pada kelinci umumnya terjadinya
pada masa minggu terakhir kebuntingannya atau pada kondisi paska partus atau
pada pseudo-pregnancy. Faktor yang
turut mempengaruhi adalah obesitas dan puasa (fasting). Bila terlihat gejala-gejala neurologik misalnya
kelemahan umum, inkoordinasi, konvulsi, coma, dll, umumnya fatal dan bisa terjadi
kematian. Adanya ketonurea asam (acidic
ketonuria) dan terbaunya acetone
membantu diagnosis ini.
Terapi diarahkan kepada penanggulangan ketoacidosis dengan memberikan cairan
Ringer laktat, 5% glucose dan glucocorticoids,
meskipun umumnya terapi seperti itu hasilnya kurang memuaskan. Mencegah
obesitas lebih baik sebagai upaya preventif.
Kurangnya jumlah anak (litter size) pada kelinci betina usia 3 tahun atau lebih dapat
menunjukkan sedang terjadinya adeno-carcinoma,
yaitu neoplasma yang paling sering terjadi pada kelinci betina. Dalam hal
kondisi ini hematuria sering
mengiringi. Adapun gejala klinik lainnya menyerupai hyperplasia uterus yang tidak ganas (benign uterine hyperplasia), itu se-babnya antara dua kondisi tsb
sulit dibedakan secara klinik.
Pembesaran uterus mungkin dapat
diraba/palpasi dan jelas terlihat dalam gambaran radiologik dalam abdomen atau
ultra-sonogafi. Metastasis pertama
terjadi kedalam kelenjar lymphe terdekat kemudian merembet ke paru dan hati.
Prognosis adalah baik, bila belum terjadi proses metastasis dan asalkan segera
dilakukan ovario-histerektomi.
Orchitis dan Pyometra
Kelinci jantan sering menderita orchitis dan pada betina menderita pyometra. Kedua problema tsb umumnya
disebabkan oleh infeksi pasteurellosis.
Untuk mengatasi Orchitis digunakan antibiotika penisilin, tetapi pyometra harus diatasi dengan operasi ovario-histerektomi.
Prosedur Ovario-histerektomi pada kelinci
kurang lebih sama dengan pada kucing, hanya saja anatomi alat reproduksi
kelinci berbeda dari kucing. Karena kelinci mempunyai lobang cervices double, setiap lobang cervice berhubungan dengan cornua uteri sendiri-sendiri. Uterus
dapat di transfixed cranial atau caudal dari cervices tsb.
Membuka abdomen sebaiknya melalui insisi midline ventral. Gunakan benang absorbable
no. 3-0 untuk mengikat ovari (pedicles
ovarian) dan untuk transfixing batang
uterus. Insisi ditutup dengan 2 lapis jahitan subcutan karena jaringan subcutan
kelinci sangat tipis, sedangkan dinding abdomen dapat dijahit dengan simple interrupted atau simple continous menggunakan benang absorbable
3-0 atau 4-0. Untuk menutup insisi kulit dan mencegah jahitan jangan digigit
(chewing out), akan lebih kuat dengan
pola jahitan subcuticular suture.
Orchiectomy
pada
kelinci jantan dapat dilakukan melalui insisi prescrotal, kemudian dijahit tutup, atau melalui insisi setiap scrotal pada setiap testicle dan biarkan terbuka (tidak perlu dijahit tutup). Membuat
insisi pada scrotum kelinci harus
dilakukan sangat hati-hati karena kulit sangat tipis dan mudah ditoreh, juga
saluran sperma (spermatic cord) lebih
friable dibandingkan punya kucing
atau anjing. Melakukan Orchiectomy
baik terbuka maupun tertutup sama baiknya, hanya saja bila dipilih system
terbuka, maka cincin inguinal superficial (superficial
inguinal ring) harus dijahit dengan 2-3 jahitan (simple interrupted suture) untuk mencegah terjadinya hernia karena
testicle kelinci pada posisi terlentang (dorsal
recumbency) cenderung untuk masuk kedalam lobang saluran inguinal (yang
cukup besar) tsb, sehingga sulit dikeluarkan. Untuk mengatasi kesulitan ini,
posisikan agar kelinci berbaring agak terduduk.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar