Kamis, 06 Oktober 2016

ZOONOSIS

PENYAKIT CACING PITA
(TAENIASIS)

Oleh: Drh. S. Dharmojono

PENDAHULUAN

Taenia sp adalah bentuk dewasa dari Cacing pita dan hidup sebagai parasite di dalam alat perncernakan baik hewan maupun manusia. Yang paling sering ditemukan adalah Taenia soleum, sedangkan pada hewan adalah Taenia saginata. Kedua Taenia sp ini bisa hidup baik di manusia maupun hewan, jadi Taenia sp ini termasuk penyakit zoonosis. Penyakit yang disebabkan oleh infestasi Taenia ap disebut Taeniasis.
Bentuk larva dari Taenia sp disebut Cysticercus. Bentuk cystecercus  dari Taenia soleum terdapat umumnya pada daging babi yang disebut Cystecercus cellolosae, tetapi bentuk cystecercus ini juga didapatkan pada kucing, anjing, domba, sapi, monyet dan pada manusia. Sedangkan bentuk larva dari T saginata terdapat didalam daging sapi serta hewan pemamah biak lainnya, seperti kerbau, antelope, jerapah, kijang, dsb dan disebut Cysticercus bovis atau Cysticercus innermis. Cysticrcus ini suka bersarang didalam berbagai jaringan tubuh dan menimbulkan penyakit. Penyakit yang disebabkan oleh cysticercus disebut Cysticercosis.

ETIOLOGI DAN EPIDEMIOLOGI

Telah diutarakan terdahulu, bahwa Taeniasis disebabkan oleh bentuk dewasa cacing pita, sedangkan cysticercosis disebabkan oleh bentuk larva dari cacing pita yaitu cysticercus. Cysticercus berbentuk bulat atau lonjong dengan satu kepala yang disebut scolex. Scolex ini menonjol kedalam gelembung tadi. Gelembung ini berdinding tipis ketika masih muda dan makin menebal ketika menjadi tua, jadi sepertinya membentuk cyste (kista). Gelembung mana berisi cairan yang terdiri dari protein, lemak, garam-garaman dan air untuk hidupnya scolex tadi. Jaringan yang ditempati oleh cyste-cyste lama kelamaan mati dan membentuk daerah perkapuran, sehingga terlihat seperti bercak-bercak putih seperti beras, oleh karena itu penyakit ini oleh masyarakat setempat biasa disebut beberasan atau barrasan. Beberasan ini mempunyai predileksi di otot masseter, jantung, lidah, triceps dan diafragma.
Cysticercosis pada hewan pertama kali dilaporkan oleh Le Coultre (1920) pada babi di Bali. Pada waktu itu menurut survey, babi Bali 1,8 – 3,3% mengidap cysticercosis.Kemudian menurut survey Dinas Peternakan Bali (1977), kasusnya menurun menjadi 0,16%.
Sebelum itu seorang Belanda di Magelang, Jawa Tengah, ditemukan mengidap cysticercosis (1867), Boune pernah melaporkan adanya Taeniasis (soleum) pada seorang wanita, selanjutnya Kosim (1972) menemukan telur didalam progllotide (ruas tubuh cacing pita). Pernah ditemukan juga orang penderita Taeniasis (saginata) di Samosir. Survey yang dilakukan oleh Tumada dan Margono (1973) di RS Enarotali (Papua), 9% ternak babi menderita Taeniasis. Pada tahun 1969, penulis (Dharmojono) berada di Enarotali memeriksa Sapi (susu) dan kambing/domba milik missionaris, tidak menemukan cysticercosis. Pada waktu itu juga penulis (Dharmojono) kebetulan dapat menyaksikan “pesta babi” oleh rakyat setempat, dimana daging babi hanya dipanaskan diatas batu-batu yang dibakar, mungkin sekali tidak “well done”.
Induk semang antara (intermediate host) dari Taenia multiceps adalah domba, kambing, rusa, kuda dan kelinci. Enarotali pada waktu itu (1969) tidak ada hewan-hewan tsb yang dimiliki rakyat, (kecuali terbatas di missionaris), jadi barangkali cysticercosis bersiklus hanya babi-manusia-babi dst.
Oncospheres dapat mencapai jaringan otak yang dikenal sebagai Coenurus cerebralis yang dapat menyebabkan radang selaput otak bernanah (meningo encephalitis suppurativa). Coenurus ini dapat berkembang sampai berdiameter 5-6 cm sehingga menekan intracranial, menyebabkan ataxia, hypermetria, kebutaan sampai dengan kelumpuhan tergantung kepada tempat dan luasnya infestasi penyakit.

PATOGENESIS

Hewan yang paling rentan terhadap C cellulosae adalah hewan babi, kemudian sapi, domba, anjing, kucing dan manusia . Hewan yang rentan terhadap C bovis adalah sapi dan kerbau dan umumnya hewan memamah biak, meski manusia dapat juga ketularan. Pada pemeriksaan paska mati pernah ditemukan oedema diseluruh karkas penderita dan ada bercak-bercak pucat didalam beberapa jaringan ditempat cycticercus membentuk sarang, kemudian sarang-sarang tsb terjadi pengapuran.
Penyebaran larva cacing tanea adalah: larva didalam ternak babi atau sapi >>manusia terinfeksi karena makan daging yang mengandung cysticercus karena daging kurang dimasak >> masuk kedalam usus kecil, menjadi dewasa dan berkembang, dapat sampai 5-7 m >> penderita sering mengalami nyeri lambung, mual, sembelit dan atau diare >> proglotide banyak terdapat didalam feses (dapat juga didalam daging, jantung, otak, mata, syaraf penderita >> timbul gejala-gejala.

SIMPTOMATOLOGI

Hewan yang terinfeksi cycticercus ringan tidak memperlihatkan gejala apapun. Pada infeksi beratlah gejala baru timbul tetapi gejala tergantung kepada dimana dan seberapa luas cysticercus tsb berada. Gejala yang dapat diamati adalah perasaan tidak enak badan (malaise), mudah terusik (irritability), perubahan tingkah laku makan (capricious appetite) rambut/bulu kusut (shaggy coat), sedikit diare dan berkurang berat badan. Pernah ditemukan cysticercosis berat pada anjing yang memperlihatkan gejala mirip Rabies, ternyata dalam otopsi ditemukan banyak sekali cysticercus. Pernah pula ditemukan pada sapi dengn gejala kelumpuhan lidahnya, ternyata ditemukan banyak sekali cysticercus dilidahnya.

DIAGNOSIS

Gejala klinik saja tidak dapat diandalkan dalam diagnosis Taeniasis/cysticercosis. Yang paling tegas adalah ditemukannya proglotida didalam feses penderita. Dalam sample jaringan yang diperoleh dari biopsi jaringan didaerah predileksi penyakit, yaitu dalam jaringan-jaringan dengan banyak vaskularisasi dapat ditemukan cyste.

DIAGNOSIS BANDING

Banyak Taenia sp yang dapat menimbulkan Taeniasis pada manusia dan hewan sbb:

Bentuk                        Hospes                                                Bentuk                        Hospes
Taenia sp                     anjing                                                  Cysticercus                  domba, sapi,
T hydatigena               -                                                           C. tenuicollis                anjing, babi
T soleum                      manusia                                              C. cellulose                  orang, babi
T ovis                           anjing                                                  C. ovis                          domba
T saginata                    orang                                                   C. bovis                        sapi
Multiceps                    anjing                                                  C. crebralis*                domba
E granulose**             anjing                                                  C. hydatida                  domba
E multiocularis **        anjing                                                  C. hydatida                  orang
                                    Kucing                                                 alveolaris                    domba

*Coenorus                               **Echinnococus

Untuk membedakannya, hanya dapat dilakukan dengan melihat struktur dan bentuknya. Misalnya coenorus bentuknya besar dan mengandung banyak scolexes pada dindingnya dan akan menjadi cacing dewasa hanya satu saja, sedangkan echinnococus akan membentuk gelembung dahulu sebagai anak cucunya, kemudian diidalam gelembung itulah scolexnya berada. Dengan demikian echinnococus akan menjadi cacing dewasa banyak sesuai dengan jumlah scolex nya.

PENGOBATAN

Karena parasite Taeniasis ada didalam alat pencernakan, maka Taeniasis masih mungkin dapat diobati per-os. Obat yang biasa digunakan adalah Yomesan. Cysticercosis, karena dalam bentuk cysta dan tinggal didalam jaringan, maka tidak/belum ada obat yang bisa mencapai jaringan, sehingga cysticercosis tidak dapat diobati.
Senyawa bunamidine efektif untuk echinnococus dan Taenia dalam bentuk dewasa dan spirometra pada kucing.
Nicosamide dan garam piperazine hanya efektif untuk melawan Taeniasis pada kucing dan anjing, tetapi tidak untuk Dyphilidium caninum dan Echinnocosis sp, malah penderita menjadi diare dan muntah.
Mebendazole, febantel, fenbendazole dan flubendazole dapat pula digunakan melawan Taenia dewasa tetapi tidak untuk E granulosa. Praziquantel efektif untuk bentuk dewasa dan larva cacing pita pada anjing dan kucing tetapi tidak mempan untuk telurnya.

PENCEGAHAN

Ternak babi makan feses dari penderita, sedangkan manusia terinfeksi dari makan daging mentah atau setengah matang yang mengandung cysticercus. Berdasarkan pengetahuan itu, maka pencegahan yang paling efektif dan murah adalah melakukan sanitasi dan hygiene ternak dan kandangnya. Tidak membeli daging ditempat penjualan daging sembarangan atau yang tidak berizin. Belilah daging yang hewannya dipotong di RPH yang punya izin operasional. Daging harus dimasak sampai masak. Hidup bersih adalah pangkal kesehatan.

PERATURAN DAN PERUNDANGAN

Meat hygiene di RPH harus sangat berhati-hati, terutama bila hewan potong tsb diketahui berasal dari daerah banyak kasus tanaesis atau cysticercosis. Segera bila menemukan “beberasan” melaporkan. Bila didalam setiap irisan ditemukan “beberasan”, daging demikian harus dimusnahkan. Bila ditemukan “beberasan” yang tidak merata, setelah bagian hewan itu disingkirkan, maka bagian karkas lainnya dapat dibebaskan untuk konsumsi dengan syarat dimasukkan dahulu kedalam kamar pendingin dengan suku – (minus) 10 C minimal selama 6 hari, masih lagi daging tsb harus dimasak sampai masak benar.

KESEHATAN MASYARAKAT

Bagi hewan kesayangan (anjing, kucing, kelinci) yang dipelihara juga didalam rumah (indoor), atau meskipun diluar (outdoor), mereka yang telah diberi makanan sendiri atau makanan komersial, mereka tidak lagi berburu makanan sendiri, harus diberikan obat cacing secara berkala. Perlu diingatkan bahwa ada spesies cacing pita yang siklus hidupnya melalui pinjal (flea) yaitu Dyphilidium caninum, perlu diwaspadai dan diinformasikan kepada pemilik hewan.
Ada mitos, bahwa kalau anjing/kucing diberi daging hewan segar dapat menjadi galak, hal ini tidak benar, yang benar adalah daging mentah adalah tempat yang paling baik buat hidupnya mikroorganisme dan cysticercus. Yang pernah ditemukan didalam tubuh anjing/kucing disamping Dyphilidium caninum adalah: E. granulosis, E. multilocularis, T. multiceps, T. cerialis atau T. crassiceps (dalam bentuk metacestodes) yang dapat menular kepada manusia. Waspadalah para Drh praktisi maupun pemilik hewan kesayangan.


REFERENSI


Anonim                        : Pedoman Pengendaian Penyakit Hewan Menular (Dir KesWan, KemTan,
                                     1980)l
Dharmawan, Ashadi, Siregar, Sihombing : Infeksi ekperimental Taenia saginata (strain Bali) pada

                                    Babi Bali (Temu ilmiah nasional bidang Veteriner, Bogor, Maret 1996)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar