AVIAN
MEDICINE
(KEDOKTERAN UNTUK BURUNG)
Drh S. Dharmojono
Kata Pengantar
Avian Medicine (AvMed) merupakan peluang
besar bagi profesi Kedokteran Hewan. Penyayang/penggemar bangsa Avian meliputi segala lapisan social
ekonomi ma-syarakat di Indonesia dan Indonesia adalah Negara kaya akan
fauna dan flora, khu susnya bangsa burung.
Menurut pengamatan penulis, AvMed belum mendapatkan perhatian serius
dari para Dokter Hewan praktisi, sehingga penyayang burung tidak mengetahui
bahwa Dokter Hewan praktisi adalah partner terdekat mereka. Terdorong kenyataan
ini, maka penulis termotivasi mencari referensi disekitar AvMed ini dan yang didapatkan adalah daftar bacaan sekitar tahun
1995-1997. Inipun kalau disimak baik-baik bagi Dokter Hewan praktisi di Indonesia
sepertinya masih di “awang-awang” untuk menjang-kaunya. Sudah demikian majunya AvMed
dinegara “sana ”
yang menjadikan ragu-ragu bagi penulis untuk menginformasikannya.
Namun demikian Dokter Hewan praktisi harus
menuju kesana, mau tidak mau! Apabila tidak, Dokter Hewan Indonesia makin ketinggalan dibidang
AvMed ini.
Kalau penulis tidak menginformasikan AvMed ini dikalangan kolega muda,
khawatir kalau teknologi dibidang AvMed
ini belum sedemikian, karena memang di Indonesia hal ini masih merupakan impian.
Sekali lagi mau tidak mau perkembangan AvMed
harus diraih menjadi kenyataan dikalangan Dokter Hewan praktisi di Indonesia .
Buku kecil ini disusun sepraktis mungkin,
karena penulis bukanlah seorang akademisi ataupun peneliti, tetapi adalah
praktisi, jadi yang paling mungkin mulai dipraktekan oleh Dokter Hewan praktisi.
Masih banyak hal-hal yang lebih “canggih” yang didalam buku ini belum
dikemukakan misalnya: endoskopi, orthopedic, uji-uji laboratorium seperti Bone Marrow Aspiration, abdominocentesis,
dll.
Semoga buku kecil ini dapat menjadi pendorong
bagi Dokter Hewan praktisi untuk lebih mendalami AvMed di Indonesia
mulai sekarang juga. Partner terdekat bagi para penyayang dan pengagum bangsa
burung adalah Dokter Hewan dan itu adalah Anda! Bahkan Anda ikut bertanggung
jawab akan pelestarian (konservasi) bangsa burung di Indonesia !
Saran-saran dari manapun juga datangnya
sangat penulis hargai baik mengenai isi maupun performan buku ini. Penulis
mengucapkan banyak terima kasih dengan tulus, terutama kepada sahabat saya Ir
Darmanung Siswantoro yang telah mendisain Cover
buku AvMed ini.
Jakarta, 20 Desember 2015
Penulis,
Drh S. Dharmojono
AVIAN
MEDICINE
(KEDOKTERAN UNTUK BURUNG)
Drh S. Dharmojono
PENDAHULUAN
Kedokteran Hewan untuk bangsa Burung (Avian Medicine) sangat menarik,
sebentar atau lama akan menjadi spesialisasi dalam Kedokteran Veteriner.
Penyayang dan penggemar burung meliputi segala lapisan sosial maupun ekonomi
masyarakat di Indonesia dan Indonesia
adalah Negara kaya akan fauna khususnya bangsa burung.
Bagi Dokter Hewan, Avian Medicine merupakan peluang, akan tetapi tidak boleh hanya superficial saja. Dokter Hewan yang
berminat mendalami Avian Medicine
(selanjutnya AvMed) harus benar-benar focus
terlebih dahulu pada basic dan clinical avian medicine. Kebanyakan
“ahli burung” pada saat ini masih mendasarkan “keahliannya” pada pengetahuan
empiris saja.
Dalam buku kecil ini akan disajikan bekal
pengetahuan akan basic of AvMed dalam praktek, meliputi bagaimana
teknik menguasai (how to restraint)
bangsa burung dengan aman sebagai hewan kesayangan (pet birds), teknik pemeriksaan fisik, prosedur klinik, teknik
diagnosis penyakit-penyakitnya dan tata laksana terapi yang akan dilakukan.
Juga akan dibahas Avian Nutrition,
penyakit-penyakit, kulit/bulu, apparatus
digestivus dan penyakit menular antar burung, dsb
DASAR-DASAR
AVIAN MEDICINE
Terlepas sudah lama berkecimpung atau baru
mulai praktek dibidang AvMed, Dokter
Hewan pasti membutuhkan pengetahuan dasar tentang bangsa burung, species,
ekologi, nutrisi, penyakit-penyakit burung baik yang menular atau yang tidak
menular.
Sebelum hal tersebut diatas dikuasai, pasti
Dokter Hewan harus mengetahui dahulu bagaimana menguasai secara fisik bangsa
burung (how to restraint bird
physically), untuk terlaksananya pemeriksaan, kemudian teknik pengambilan sample, venipuncture, terapi, dll.
Praktek AvMed
memang tidak seluruhnya berbeda dengan praktek hewan kecil lainnya, asal
difahami terlebih dahulu dasar-dasarnya.
MEMBAWA
BURUNG KE PRAKTEK DOKTER HEWAN
Seyogyanya bertemu klien dengan pasien burung
membuat perjanjian terlebih dahulu (appointment),
meskipun dalam papan praktek telah tertulis jam praktek regular nya. Hal ini diperlukan oleh baik Dokter Hewan maupun
klien, karena Dokter Hewan perlu memberi pengarahan terlebih dahulu sebelum
bertemu dokter tentang bagaimana dan apa yang harus dilakukan/disiapkan klien
dengan burungnya (dalam rangka client
education). Ada
hal-hal khusus yang berbeda dari pasien hewan lainnya, misalnya anjing atau kucing.
Pada waktu kondisi lingkungan dingin,
misalnya, jangan menggunakan AC mobil, malah bangsa burung perlu diselimuti.
Bangsa burung kecil masukkan dulu dalam kotak (misalnya bekas kotak sepatu)
baru kemudian diselimuti. Burung besar dan beringas harus dibawa bersama
kurungannya/kandangnya, baru kurungannya yang diselimuti dengan kain yang agak
tebal agar burung tidak stress karena
perubahan-perubahan lingkungan selama dalam perjalanan. Meskipun burung dapat
dibawa diluar kandang/kurungan, kalau kurungan itu cukup kecil dan mudah dibawa
seyogyanya kurungan dibawa karena Dokter Hewan perlu memeriksa kurungan
tersebut misalnya cukup ruang bergerak, feses, urine, muntahan, darah, dsb,
disamping itu untuk persiapan barangkali burung perlu dirawat inap, sehingga
kurungannya sendiri dapat dipergunakan, karena burung akan stress dengan tinggal didalam kurungan yang bukan biasanya. Juga
diminta agar klien menaruh kertas minyak/lilin dilantai kurungannya 24 jam
sebelum konsultasi karena burung bila dibawa kedalam lingkungan lain cenderung
mengeluarkan ekresi semacam diare atau keluaran (droppings) lainnya, bahan mana jumlah dan konsistensinya
perlu
diketahui oleh Dokter Hewan. Ketika membawa kurungan, tempat minum perlu
dikosongkan agar air tidak mencemari keluaran lainnya. Perlu diingatkan juga
agar klien membawa contoh makanan sehari-hari yang diberikannya.
ANAMNESE
Melakukan anamnese
(pengumpulan data dengan cara tanya jawab dengan klien) agak berbeda dari
pasien hewan kecil lainnya. Anamnesis
pasien burung banyak difokuskan kepada pertanyaan-pertanyaan disekitar managemen sehari-hari.
Diantara rangkaian managemen yang penting
adalah perihal jenis dan cara memberikan makanan (nutrisi) baik kwantitas dan
kwalitasnya. Dalam AvMed (juga exotic animal medicine lainnya ), nutrisi merupakan persoalan besar,
karena burung yang tinggal (bertahun-tahun) di dalam sangkar, 100% makanan dan
minuman dll tergantung kepada manusia pemilik / pe meliharanya. Masalah nutritional
disorder sangat banyak dijumpai dalam praktek AvMed, bahkan merupakan problema terbesar. Hewan (burung) hidup
dalam sangkar tidak lagi mempunyai struggle
for life, jadi problema burung sama sekali masalah managemennya.
Burung yang dipelihara telah lama dan ada didalam
sangkar jarang sekali sakit oleh penyakit menular, melainkan banyak menderita
penyakit malnutrisi dan mismanagemen. Apakah burung tersebut telah lama
dipelihara atau baru saja dibeli sangat penting untuk diketahui. Burung yang
baru dibeli/diperoleh mungkin membawa penyakit menular.
Perlu ditanyakan juga apakah burung tsb
pernah menderita sakit /kelainan, karena seringkali pemilik telah membeli
sendiri “obat-obatan” ditoko (pet shop)
dan mendengar dan melaksanakan “saran-saran” penjualnya yang tidak dijamin
kebenarannya. Mereka adalah asal jualannya laku (sell oriented) bukan “client
and patient oriented” sebagaimana dokter yang profesional.
Lakukan analisa data yang diperoleh apakah
penyakit yang sekarang di keluhkan ada hubungan nya dengan penanganan
terdahulu.
Anamnesis lain yang perlu
adalah adanya muntah-muntah, diare, batuk / bersin (sneezing), polyuria,
polydepsia, dll.
Perlu ditanyakan juga (hati-hati jangan
sampai menyinggung perasaan klien), berkenaan dengan adanya zoonosis/anthropozoonosis, yaitu adakah
anggota keluarga terutama orang yang diserahi pemeliharan sehari-hari mengidap
se suatu penyakit, misalnya jamur, parasit, tuberculosis, psittacosis yang semuanya itu adalah penyakit-penyakit zoonosis.
KURUNGAN
DAN PERILAKU BURUNG
Sebenarnya lebih baik kalau pasien burung
ketika berkonsultasi dibawa bersama kurungannya, karena kondisi kurungan,
ukurannya, lantai, tempat makan/minum, bahan kurungan, rantai dll, perlu
mendapat perhatian. Dalam kondisi seperti itu Dokter Hewan dapat memperkirakan
perilaku burung sehari-harinya.
Untuk menangkap / memegang, dipersilahkan
dahulu oleh pemeliharanya, karena bagi burung, Dokter Hewan atau Paramedik dengan
pakaian prakteknya toh “orang asing” yang bagi burung merupakan sumber stress. Perilaku burung dalam kurungan
sangat penting diperhatikan, misalnya, tidak bertengger, melainkan mendekam dilantai
kurungan, sayapnya lunglai atau terkulai, kaki diangkat sebelah, mencucuki
bulu, dll merupakan data-data yang penting, bahkan kadang merupakan gejala
kritis .
Feses, “urine”
dan droppings” dan lainnya, perilaku
yang tidak seperti bia sanya, dll, merupakan bahan client-education agar pemilik segera mengetahui kapan harus
konsultasi ke dokter bila melihat keadaan-keadaan seperti tsb.
Apakah yang dibutuhkan bagi burung itu, agar
diperhatikan ukuran kurungannya cukup mamadai ruangannya, dari bahan apa
kurungan dibuat. Kurungan yang terbuat dari logam galvanized menjadi sumber keracunan zinc (Zn), kurungan yang dilas dengan lead-solder berpotensi keracunan Pb, karena burung suka mencucukinya, apalagi dalam keadaan stress. Tempat bertengger kemungkinan
berkarat, kasar, tajam yang dapat melukai kaki dan telapak jari-jari.
Anti tick
collar atau mite-protector
(karena ketidak tahuan pemiliknya), kadang dikenakan pada burung, padahal tick collar tersebut berpotensi meracuni
burung. Disamping itu memang collar
seperti itu (biasanya untuk anjing atau kucing) tidak efektif untuk
menanggulangi ektoparasit pada burung.
Perhatikan ekresi (droppings) yang ada dilantai kurungan. Ekresi yang mengandung
senyawa urates akan berwarna off-white. Banyak burung dikonsultasikan
karena “diare” yang sebenarnya itu adalah bahan urates cair. Urates cair
ini mungkin keluar karena stress atau
diets terlalu tinggi kadar airnya
(misalnya jeruk, semangka, ketimun, dll), tetapi bisa juga memang gejala dari
suatu penyakit. Bahan ini dapat diambil dengan spuit atau pipet dari lantai kurungan untuk pemeriksaan laboratorium.
Pada pasien burung, urine analisis perlu dilakukan rutin dalam rangka preventive medicine.
Penyakit gastrointestinal
umumnya menyebabkan diare, maka perlu membuat preparat ulas langsung (direct-smear) dari fecal dan diwarnai dengan Gram
untuk melihat kemungkinan adanya Giardia yang
merupakan parasit utama bangsa burung, atau mungkin ditemukan bakteri tahan
asam/Gram negative atau jamur,
kapang, yeast, dll. Pemeriksaan ulas
feses juga perlu dilakukan, meskipun jamur atau ragi atau kapang jarang
ditemukan. Pada pasien burung mikroorganisme
Gram negative jarang ditemukan, dari penelitian yang ada hanya ditemukan
kurang dari 5% dari kasus.
CARA
MENGUASAI BURUNG
Yang pertama harus diingat adalah jangan
sampai memegang pasien burung dengan dadakan, sedemikian rupa sehingga menyebabkan
kaget, stress atau kesakitan, sehingga
burung meronta-ronta dan sebaliknya jangan sampai burung melukai anda. Burung
bangsa kecil seperti canary atau budgerigars mudah stress dan marah,
sehingga suka mencubit dengan paruhnya (inflict
annoying pinch) yang mungkin menciderai kulit. Burung kakatua (dan sebangsa
cockatiels) atau yang lebih besar
apabila mencubit (menggigit) atau mencakar bisa menyebabkan luka yang serius.
Amazons,
macaws dan cockatoos
dapat melukai tangan dan jari-jari kita, oleh karena itu bungkuslah tangan kita
dengan kain tebal atau paper-towel (lihat
halaman 10, figure 2), sehingga burung tidak mengetahui dimana yang dapat
digigit. Memakai sarung tangan dari kulit justru menakutkan burung, sehingga
burung malah makin agresif yang sebenarnya adalah manifestasi dari ketakutan
dan stress. Disamping itu memakai
sarung tangan kulit akan sulit bagi kita memperkirakan kencangnya cekaman kita,
mungkin terlalu kencang, sehingga mencekek tubuh burung, bahkan menyebabkan
sesak nafas dan mati. Patut diingatkan, bahwa burung tidak memilikki diafragma
sehingga menguasai burung dengan mencekam bagian dada sangatlah berbahaya.
Bagian kepala burung berstruktur keras dan
tidak mudah terluka, karena itu menguasai burung upayakan dahulu bagian
kepalanya, kemudian kaki dan sayapnya (lihat halaman 10, figure 2).
Hati-hatilah dengan burung bangsa psittacine (berparuh seperti catut),
paruh dan cakarnya sangat berbahaya.
Seperti halnya anjing atau kucing, tingkat
keliaran dan kegalakan burung memang sangat bervariasi, sehingga sebelumnya tanyakan
kepada pemilik atau pemelihara burung akan perilaku burung tersebut, kalau
perlu minta bantuan pemiliknya. Dengan mengurangi lampu penerangan dalam kamar
periksa dapat mengurangi keliaran burung. Tutup tempat periksa untuk mencegah
burung lepas terbang kalau cara menguasainya kurang benar.
Mengeluarkan burung dari kurungan cukup sulit
dan harus sabar tidak boleh tergesa-gesa dan terlalu kasar. Bungkus tangan,
dekati burung dari belakang. Biasanya burung akan lari mencengkeram jeruji
kurungan dengan cakar dan atau paruhnya. Kalau sudah demikian pegang (jepit)
kepala bagian bawah dengan jari kita, kemudian baru cakarnya dan minta
asisten/pemilik untuk melepaskan paruh atau jari-jari burung dari
cengkeramannya. Kedua sayap ditangkupkan ke tubuhnya dengan tetap menjepit
kepalanya diantara jari-jari kita (jari telunjuk dan jari tengah).
Untuk bangsa burung besar diperlukan 2 orang
untuk memegangnya. Burung macaws
wajahnya tidak berbulu jadi harus hati-hati memegang kepalanya karena mudah
terluka. Pegang kaki diatas cakarnya dan sayapnya katupkan ketubuhnya. Apabila
burung telah berhasil dikuasai, karena pemeriksaan fisik mungkin memerlukan
waktu agak lama, maka kain/handoek yang dipakai memegangi dilepaskan karena
burung yang meronta akan cepat naik suhu badannya.
Apabila situasi sedemikian rupa sehingga
burung (terutama bangsa cockatoo atau
burung besar) menggigit kita dan sulit dilepaskan, maka terpaksalah lepaskan
burung tersebut diatas meja atau dilantai, dengan demikian biasanya burung akan
melepas gigitannya, tetapi sebelumnya ruang periksa juga harus tertutup agar
burung tidak terlepas terbang. Sediakan jala perangkap burung untuk keperluan
menangkap kembali burung yang lepas tsb.
MEMERIKSA
PASIEN BURUNG
Lakukan pertama kali pemeriksaan fisik
sebagaimana spesies lainnya. Burung tidak biasa dikekang (restraint) terlalu lama,
maka pemeriksaan harus cepat, namun jangan meninggalkan ketelitian, sistematika
dan objek periksa, lakukan dengan lembut.
Mulailah memeriksa dari kepala, mata, paruh, nostril, telinga yang letaknya caudo-ventral dari mata, sibak
bulu-bulunya maka telinga akan mudah dilihat. Mulut burung akan mudah
dilihat/dibuka dengan membiarkan dia menggigit pinset atau penlight.
Dapat dilihat choanal slit nya pada soft palate nya. Papilla
kecil terlihat ditepi, papilla mana
menjadi tumpul/membulat (blunted)
bila burung menderita hipovitaminosis A.
Lakukan palpasi pada bagian leher dan tembolok pada bagian bawah leher. Otot
dada (breast muscle) dapat dipakai
sebagai indikasi buruk atau baiknya kondisi burung. Normalnya otot dada
berbentuk convex – bila terjadi
penyakit apalagi yang sudah lama, maka otot dada menjadi atrofi yang bila
diraba terasa concave sampai tipis
atau tajam seperti anjungan kapal (lihat halaman 10, figure 4).
Lakukan auscultasi
adakah arythmiasis. Kecepatan detak
jantung bangsa burung makin besar makin lambat, sebaliknya bangsa burung kecil
suara detak jantungnya seperti knalpot
motor.
Lakukan juga palpasi pada daerah abdomen,
adakah terasa ada massa ,
cairan, pembengkakkan organ, dll. Hasil palpasi abdomen pada berbagai spesies
bu rung dapat berbeda-beda, sehingga diperlukan pengalaman untuk menentukan
normal atau abnormal. Misalnya abdomen burung canary (berat badan hanya 20 gr) akan terasa lebih besar
dibandingkan dengan budgerigars
dengan berat badan 35 gr. Periksa sayap-sayap, kaki, bulu terbang sayap (flight feathers). Ingat bahwa dalam
melakukan pemeriksaan seperti tersebut harus dilakukan dengan cepat, karena
bila terlalu lama burung akan stress dan detak jantungnya akan meningkat demikian
juga suhu badannya, suatu keadaan yang tidak boleh terjadi pada burung.
Burung yang tidak mau/mampu bertengger lagi
merupakan kondisi kritis, agar ditenangkan dahulu jangan segera melakukan
tindakan. Tindakan emergency terdiri
dari: penghangatan, pemberian oksigen, infuse glucose subkutan atau langsung ke
dalam temboloknya (proventriculus).
Tindakan-tindakan ini harus dilakukan dengan keterampilan (skill) yang tinggi untuk tidak menjadikan burung lebih stress. Lakukan perlakuan demikian
sampai keadaan burung menjadi stabil.
Pasien burung harus ditimbang berat badannya
dan untuk burung yang harus dirawat inap, penimbangan berat badan harus
dilakukan setiap hari untuk memonitor progress penyakitnya dan keadaan
holistiknya. Untuk mengetahui hal ini dokter hewan dituntut untuk mengetahui
berat badan standar/normal dari setiap bangsa burung. Berat badan yang menurun
menunjukkan adanya malnutrisi (baik kwalitatif maupun kwantitatif) atau sedang
mengalami de- hidrasi.
MENGAMBIL
SAMPLE DARAH
Test darah dilakukan
apabila dari pemeriksaan fisik kurang diperoleh data untuk menegakkan
diagnosis. Pengambilan sample darah
tidak boleh lebih dari 1% dari berat badannya, ini berarti sample darah dapat diambil sebanyak
1ml/100 gr berat badan burung, misalnya sample
darah burung Parrot dengan berat
badan 350 gr dapat diambil darahnya sebanyak 3,5 ml.
Pengambilan darah untuk sample, atau kalau ingin melakukan venipuncture atau infuse
(fluid administration) ada 3 (tiga ) pilihan vena, yaitu,
- untuk
bangsa burung dengan berat badan > 300 gr paling baik melalui vena metatarsal medialis, karena vena
ini lambat jalan darahnya dan jarang terjadi hematoma. Untuk melakukan infuse dengan melalui vena ini juga
cukup aman asal dilakukannya dengan perlahan
- Vena Jugularis dapat pula
dipilih. V. Jugularis sebelah
kanan lebih besar dari pada yang sebelah kiri, meskipun v. jugularis kanan maupun kiri sama
baiknya untuk melakukan venipuncture.
- Bila
vena jugularis yang dipilih,
posisikan burung sedemikin rupa sehingga bagian kepala dan tubuh terletak
rata atau sejajar dengan meja periksa. Kuasai (restraint) dengan mantap bagian kepala burung, bengkokan
leher sedikit sehingga v. jugularis
kelihatan jelas. Arahkan jarum syringe
ke tubuh dan cari vena jugularis dengan meniup bulu
dada leher atau dicari bagian leher yang tidak berbulu atau berbulu
sedikit yaitu dibagian ventrolateral.
- Vena
lainnya yang dapat dipilih adalah vena
cutaneus ulnaris atau vena sayap yang lokasinya ada dipermukaan medial
siku (elbow), hanya saja untuk
burung yang kurang kooperatif (agak liar) sulit memilih vena ini, sehingga
mungkin sekali terjadi hematom.
Untuk mendapat sample darah sedikit saja dapat dilakukan dengan mencucukkan jarum
kecil steril pada kuku jari-kaki (toenail).
Patut diingat bahwa cara ini menyakitkan dan mungkin mengejutkan oleh karena
itu pertimbangkan baik-baik perlu-tidaknya cara ini (rewarding), karena pada burung yang sedang mengalami dehidrasi
atau hypotensive sangatlah sensitif.
Sebelum pengambilan sample darah dari toenail, misalnya
untuk check fungsi ginjal, maka kuku harus dibersihkan dahulu dari
segala kotoran dan di perlakukan tindakan asepsis untuk mencegah infeksi dan peningkatan
harga/nilai asam urik (spurious
elevations of uric acid). Untuk kauterisasi kuku (setelah pengambilan
darah) dapat digunakan silver-nitrate
(AgN03) atau Ferric subsulfate
(Fe2S04 ). Bila memakai AgNO3 haruslah berhati-hati
dalam memegang burung agar jangan sampai menggigit bahan kimia tersebut, bila
bahan itu tertelan akan menghancurkan mulut dan oesophagus.
Melakukan venipuncture
pada burung kecil cukup sulit, mungkin agak meragukan pada permulaannya (intimidating), jadi pertimbangkanlah
adanya benar-benar indikasi untuk melakukannya (few hints maybe helpful).
Untuk keperluan ini, untuk burung ukuran
kecil paling baik memakai jarum ukuran 25
ga. Dapat pula dipakai jarum ukuran 27
ga, akan tetapi prosedurnya akan lebih lama, karena resiko terjadinya
hematoma lebih besar, atau malah bisa terjadi pembekuan darah. Tarik dahulu syringe sebelum masuk kedalam vena untuk
tidak banyak gerakan. Beri tanda pada syringe
dengan bevel dari jarum sedemikian
sehingga tidak mengambil darah lebih dari pada yang dibolehkan.
Lebih baik pergunakan syringe berukuran 3 ml
untuk mengambil darah lebih dari 0,25 ml. Vena terletak dalam sudut yang sempit
dan umumnya jarum tidak terhambat terlalu jauh kedalam vena. Pemegang dan
tangan venipucturist harus kencang
untuk meminimalkan pergerakan tetapi was-padalah agar burung tetap bebas
bernafas.
Mata venipuncture
harus terus terpasang (fixed) pada
ujung jarum dan pemegangan dapat melihat volume darah yang dihisap kedalam syringe. Tidak waspada sebentar saja,
misalnya mata tidak melihat kesasaran, vena dapat meleset atau bahkan vena
terobek
Buatlah vacuum minimal karena dengan demikian
akan mudah mengaspirasi dinding vena kedalam bevel jarum, kalau tidak dapat membuat vena kolep (collapsing)
Bila terjadi hematoma besar disebelah vena,
tidak disarankan kemudian lalu beralih mengambil dari vena sebelah lainnya pada
hari yang sama, karena kalau terjadi hematoma lagi dapat menyumbat peredaran
darah, burung dapat mati.
UPAYA
MENGATASI KEADAAN KRITIS
Suhu tubuh perlu dipertahankan. Burung yang
sedang sakit akan mem-bentangkan sayapnya, maka dari itu hangatkan tubuh burung
untuk me-ngurangi penggunaan energi. Inkubator bayi (orang) dapat dipakai meng-hangatkan
burung yang sedang kritis. Atau bantal penghangat dapat dipakai pula dengan
meletakkannya di bawah kurungannya.
Taruhlah thermometer alcohol di dalam sangkar
untuk memonitor suhu lingkungan. Suhu ideal bagi burung adalah 85o-90o
F. Lampu pemanas dapat pula dipakai, tetapi distribusi panasnya tidak merata
dan memerlukan 24 jam menyala.
Kecepatan metabolisme burung sangat tinggi
karena itu tanpa bantuan nutritional
therapy burung akan cepat turun berat badannya, karena itu perlu nutrisi
tambahan berupa mixed powder dicampur
air sampai konsistensinya menyerupai cake
butter. Saluran makan (feeding tube)
terbuat dari logam dapat dipakai memasukkan makanan, sehingga masuk kedalam
tembolok. Sebaiknya diukur dahulu panjang tube
dari ujung paruh sampai ke pintu tembolok.
Untuk burung kecil masukkan tube lewat mulut sampai pintu tembolok,
pertahankan tube tersebut dipegang
ditempat sudut mulut sehingga tube
tidak tergigit.
Untuk burung besar dapat memakai speculum kecil, kemudian masukkan tube dibelakang lidah kemudian turun kebekakang
pharynx masuk kedalam oe-sophagus.
Pakailah tube
yang berdiameter paling besar untuk menghindari masuknya makanan yang berupa
bubur itu kedalam trachea. Banyaknya
makanan adalah 1 ml untuk setiap 30 gr berat badan. Misalnya burung budgerigars dengan berat badan 30 gr
cukup mendapatkan 1 ml makanan saja perharinya.
Burung macaws
dengan berat badan 600 gr dapat diberikan bubur nutrisi 20 ml. Pemberian
makanan tersebut (dengan tube feeding)
dilakukan 3 kali sehari.
Burung yang menderita dehidrasi memerlukan terapi-cairan
(fluid thera-py).Secara kasar dengan
meraba turgor kulit tingkat dehidrasi dapat diperkirakan. Pelupuk mata (eye lids) dan bagian kepala yang tidak
berbulu atau bagian leher dapat pula dipakai mengakses tingkat dehidrasi (lihat
gambar).
Bila gejala dehidrasi terlihat dari
pengamatan seperti tersebut, diperkirakan tingkat dehidrasi kurang lebih 10%
dan fluid therapy harus segara
dilakukan dengan dosis 60 ml/kg berat badan perhari. Fluid therapy sejumlah tersebut dapat mensuplai kebutuhan selama 24
jam.
Fluid
therapy
dapat pula dilakukan via subkutan. Cara yang paling mudah dilakukan adalah melalui:
- Jaringan
subkutan bagian proximal paha
bagian medial (proximal medial thigh),
hati-hati jangan menyuntikkan terlalu kedalam karena cairan dapat keliru
masuk kedalam kantong udara
abdominalis (abdominal air
sac).
- Tempat
lainnya adalah dalam subkutan sayap diatas siku (elbow). Cairan akan mengalir kebagian sayap (wing web) dan seringkali akan
menyebar kedalam satu kaki.
- Alternatif
lain lagi adalah subkutan diantara scapula.
Intravenous catheter dapat
dipasang pada vena seperti telah diutarakan terdahulu namun
mempertahankannya agak sulit karena venanya kecil. Intravenous fluids therapy diberikan menggunakan jarum ukuran
27 ga 3 (tiga) kali perhari
Suntikan intramusculer
paling mudah diberikan melalui otot dada (breast
muscles), dengan jarum ukuran 25-27 ga. Alternatif lain pada otot paha) (leg muscles), bahkan bagi burung lomba
(misalnya racing pigeon) suntikan
intramuskuler bukan diotot dada melainkan pilihan pada otot paha karena untuk
terbang otot dada sangat diperlukan untuk membantu mengepakkan sayap.
Obat-obat nephrotoksik, misalnya aminoglycosides, dilarang disuntikkan
lewat otot kaki. Burung, demikian pula bangsa reptile mempunyai system portal (renal
portal system), sehingga darah dari bagian belakang (caudal) tubuh akan melewati ginjal sebelum bercampur dengan
peredaran darah sistemik. Jadi bahan nephrotoksik dihantarkan ke ginjal dalam
konsentrasi yang tinggi berpotensi menghasilkan catastrophic.
Intraosseous
(kedalam
tulang) dapat pula sebagai alternative terapi cairan (alternative fluid therapy), tetapi hanya untuk burung bangsa besar
saja. Untuk kepentingan ini os ulna
paling baik sebagai pilihan yang dapat dicapai melalui siku (elbow) atau carpus (lihat gambar halaman 16, figure 10, 11,12,13).
Sedangkan os
humerus dan os femur berhubungan
dengan kantong udara sehingga fluid
therapy intraosseous tidak boleh lewat tulang-tulang ini karena akan masuk
kekantong udara (air sacs).
Untuk melakukan fluid therapy intraosseous digunakan jarum ukuran 22 ga., atau menggunakan 1.5-in spinal needle sebagai intraosseous
catheter. Sibakan bulu (tidak perlu dicukur) dari siku (elbow) kemudian diraba os
olecranon. Bila siku ditekuk 90o, kemudian dapat diraba dengan
ujung jari atau kuku jari untuk merasakan lekukan kecil persis dibagian distal olecranon. Masukkan spinal needle kedalam tulang dengan gerakan twisting. Ketika jarum masuk kedalam cortex akan terasa “bebas hambatan”. Lepas stylet dari jarumnya kemudian semprotkan larutan garam fisiologik
steril (flush steril saline solution) melalui jarum tersebut. Bila cairan keluar
dari tulang, cairan tersebut dapat diraba adanya dalam jaringan subkutan.
Tambatkan jarum ditempat dengan pasti, rekatkan
dengan plester dan jahit pada kulit dari elbow.
Kemudian dibalut dengan a light figure
eight bandage. Sebagai alternative dapat dipakai bagian distal ulna. Siapkan
sisi carpal (pluck the carpal side)
dan pasang preparat steril. Posisikan jarum ditengah ujung distal dari ulna,
sejajar dengan bidang median dari tulang. Lakukan gerakan memutar yang
lembut/luwes untuk dapat memasukkan jarum kedalam tulang. Bila jarum lewat
bagian cortex akan terasa ringan
tanpa hambatan. Lepas stylet dari jarumnya kemudian dibasuh/semprotkan (flush) dengan larutan saline steril melalui jarum tsb seperti
telah diutarakan diatas. Bila cairan keluar dari tulang, cairan tersebut dapat
diraba adanya dalam jaringan subcutan.
Bila cairan berhasil masuk kedalam tulang, maka v. cutaneus ulnaris dapat dilihat menjadi memucat (to blanch) menunjukkan bahwa cairan
telah benar-benar masuk kedalam jaringan kapiler tulang. Kenakan Elizabethian collar untuk menjaga agar burung
tidak meraih kateter atau untuk mencegah gigitan burung terhadap slang (intraintravenous) tsb. Untuk keperluan Elizabethian collar dapat dibuat sendiri
dari bahan film, bekas film Rontgen atau plastic dll semacamnya.
Cairan intraosseous
dapat diinfusekan dengan cepat dalam beberapa menit. Tetesan infuse mungkin memerlukan pompa infuse untuk mengatasi hambatan dalam
tulang dan secara teliti bisa mengukur volume cairan.
Buretrol’s
burettes
dapat pula dipakai mengukur volume cairan yang lebih kecil yang dimasukkan kedalam
intravenous atau intraoseus
Memelihara burung sendiri untuk belajar akan
lebih baik. Ada
burung diruang tunggu praktek menunjukkan kepada clients bahwa anda penyayang burung dan juga menerima pasien
burung.
MASALAH
NUTRISI BURUNG
Telah diutarakan terdahulu bahwa anamnesis
dalam AvMed lebih diarahkan kepada masalah managemen sehari-hari oleh
pemiliknya. Pertanyaan utama yang harus dikemukakan adalah masalah makanan yang
diberikannya sehari-hari, seberapa dan seberapa sering (frekwensi) makanan diberikan.
Nutritional therapy baik preventif
maupun kuratif adalah sangat penting.
Sistem kekebalan burung, disfungsi system
imunitas sangat ditentukan oleh kualitas dan kuantitas nutrisinya. Burung
piaraan umumnya justru sudah tahan terhadap penyakit-penyakit infeksi karena
keteraturannya mendapatkan nutrisi.
Penyakit-penyakit non-infeksi justru sering
ditemukan, misalnya defisiensi vitamin dan atau mineral disebabkan rusaknya
system dan proses metabolic dan biokhemik dalam tubuh. Penyakit non-infeksi
yang sering dijumpai pada pet-birds
adalah misalnya hyperparathyroidism
atau thyroid hyperplasia atau dysplasia, dll seperti akan dibahas
kmudian.
MENGAPA
DEFISIENSI NUTRISI SERING DIJUMPAI PADA PET
BIRDS ?
Pengetahuan tentang nutrisi burung belum
berkembang benar dibandingkan nutrisi pada
hewan kecil (anjing dan kucing) dan poultry. Seringkali dijumpai makanan
ayam dipakai begitu saja untuk makanan burung karena poultry feed lebih mudah didapatkan dan memang perkembangan makanan
unggas (poultry feed) sudah lebih
dahulu diteliti. Orang mengira bahwa burung sama dengan ayam.
Bahaya dari “salah pandang” ini menjadi nyata
ketika dilakukan penelitian nutrisi burung, misalnya pada burung cockatiels. Poultry feed ternyata banyak
berbeda dari makanan burung cockatiels.
Dari percobaan klinik cockatiels yang
diberi makanan ayam (poultry feed)
tercatat adanya depriasi nutrisi yang spesifik, misalnya defisiensi riboflavin pada anak ayam broiler yang
disebut “curled toe paralysis”, pada
burung cokatiels kondisi tersebut
tidak terlihat, tetapi pada manifestasi klinik yang lain yaitu terjadinya
dipigmentasi (ackromatosis) pada
bulu-bulu pertama (primary feathers).
Pada ayam keadaan seperti itu terjadi pada defiasiensi lysine.
Dahulu ada anggapan bahwa untuk burung bangsa
psittacine makanan berupa biji-bijian
merupakan nutrisi yang sudah komplit – ternyata biji-bijian kurang mengandung
semua asam amino, vitamin, trace element
dan makro elemen yang diperlukan oleh burung bangsa psittacine. Jadi biji-bijian (all
seed diets) bukanlah makanan alam burung yang utama, karena defisiensi
beberapa zat nutrisi asam amino, vitamin, trace
element dan macro element seperti Ca dan Na.
Dari beberapa hasil study yang telah
diterbitkan, sayangnya baru dilakukan kepada diet bangsa parrots liar (natural wild parrots).
Salah satu study yang lumayan panjang
mengenai burung Engendered Puerto Rico parrot (Amazone vittata) menunjukkan bahwa bangsa burung parrots ini memerlukan 7 macam
buah-buahan, biji-bijian dan dedaunan. Jadi nutrisi yang dibutuhkan bangsa parrots begitu bervariasi. Pada burung parrots yang dipelihara didalam sangkar
yang diberi makanan biji-bijian saja akan hanya sebagian kecil saja nutrisi yang
mereka peroleh. Disamping itu jenis biji-bijian dan buah-buahan yang dapat
diberikan sangat berbeda kandungan nutrisinya dari yang sebenarnya mereka butuhkan,
lain dari yang mereka dapatkan dari habitat alam aslinya.
Burung yang dipelihara didalam sangkar
ditambah oleh perilaku burung yang suka memilih bentuk makanan tertentu yang
diberikan, akan menambah makin seringnya burung piaraan menderita defisiensi
nutrisi tertentu. Hal demikian membiasakan spesies burung yang dipelihara dalam
sangkar akan memilih yang disukai saja diantara makanan yang disajikan,
misalnya biji bunga matahari saja yang dimakan padahal hanya dari biji bunga
matahari saja masih banyak kebutuhan nutrisi yang tidak terkandung.
Seperti diketahui dari perilaku bangsa burung
psittacines suka memilih jenis
makanan yang didasarkan kepada tekstur dan warnanya daripada rasa atau isi
nutrisinya.
Seringkali pemelihara burung mengira bahwa
burungnya sehat nafsu makannya baik karena suka makanan yang diberikannya,
padahal yang sebenarnya pemelihara tidak mengetahui dibalik itu burung
memerlukan nutrisi yang lain. Itu artinya burung memang bisa hidup, tetapi yang
sejatinya burung hidup dalam keadaan kurang berkualitas.
Biji-bijian yang biasa dikonsumsi burung
dalam sangkar umumnya mengandung lemak/minyak yang berkalori tinggi yang
berarti akan mambatasi nilai makanan tadi dari segi mutunya, sehingga burung
akan menderita nutritional deficiency.
MEMPERBAIKI
MUTU MAKANAN BURUNG
Pertama: untuk enaknya
pemelihara, maka makanan burungnya diberikan berlebihan selama 24 jam sekaligus
– atau tempat makanan diisi lagi begitu diketahui bahwa makanannya habis.
Dengan cara demikian sebenarnya pemelihara tidak mengetahui seberapa banyak
makanan yang dikonsumsi oleh burung itu perharinya. Pemelihara tidak menyadari
bahwa mungkin saja burung tersebut tidak makan sudah selama 24-48 jam.
Bila makanan yang diberikan berupa buah,
nasi, roti atau jagung dan dibiarkan didalam kurungan dalam waktu begitu lama,
malah sampai sehari penuh, maka makanan tersebut mungkin sekali akan tercemar
oleh mikroorganisme pathogen.
Kedua: bila pemelihara
burung membeli makanan campuran berupa “supplemented
seeds” atau “special treat diets”
yang dikatakannya sebagai nutrisi imbang dan lengkap atau burung akan suka
memakannya – harus diingat bahwa kedua pernyataan tsb berbau iklan yang berlebihan.
Untuk memperbaiki kondisi nutrisi tersebut, harus diganti dengan nutrisi yang benar-benar
lengkap (nutritionally complete diets).
PERLUNYA
MEMBERI MAKAN DENGAN INTERVAL TERATUR
Pada burung bangsa psittacine, makanan sebaiknya diberikan setiap 1-2 jam sebanyak 2-3
kali sehari. Selama periode pergantian makanan, makanan sisa harus dibuang.
Bila pemelihara burung memberikan makanan pada waktu-waktu terjadwal setiap harinya,
akan menghasilkan efek ketergantungan (bonding).
Cara pemberian makanan terjadwal meningkatkan kemung-kinan pemelihara makin
tepat mengetahui seberapa jumlah makanan dan minuman yang dapat dihabiskan
dalam jangka waktu tertentu, disamping itu ketika akan memberikan makanan dan
minuman pemilik diingatkan agar tempat makanan dicuci bersih dan dikeringkan
dahulu, dengan demikian perilaku higienis & sanitasi dapat ditingkatkan.
Perlu disediakan tempat makanan dan minuman rangkap agar bila yang satu sedang
dicuci dapat memakai yang lainnya.
BERALIH DENGAN DIET BARU
Kesalahan yang umumnya diperbuat pemelihara
burung adalah terbiasanya memberikan makanan tanpa variasi. Pemilik dan
kemudian burungnya terbiasa dengan monophagism.
Sebentar atau lama burung monophagism
akan menderita defisiensi salah satu komponen nutrisi. Sekali burung menderita
defisiensi nutrisi, maka pemelihara akan dihadapkan kepada keharusan mengganti
diet, dan ini tidak mudah.
Tergantung kepada spesies burung dan umurnya,
pergantian diet baru banyak tantangannya. Pergantian diet bagi burung usia
muda, apalagi pada burung bangsa parrots
kecil, memang tidak begitu masalah. Tetapi bagi burung usia tua akan
menjadi masalah serius.
Jangan mengganti diet baru kepada burung yang
sedang sakit atau dalam keadaan stress,
misalnya kepada burung yang baru datang (karena berubah lingkungan), burung
tangkapan baru, cuaca disekelilingnya sedang ekstrem (panas, dingin, angin,
lembab, dll), atau burung sedang berganti bulu (molting).
Pergantian macam diet, baik macamnya,
bentuknya maupun kualitasnya harus diberikan secara bertahap (step by step) kemudian harus diamati
tingkat penyesuaian bangsa burung ybs. Perubahan diet ini mungkin memerlukan
proses minggu bahkan berbulan-bulan. Burung yang sehat terutama bangsa cockatiels cepat menerima perubahan
diet, mungkin hanya dalam waktu seminggu.
TAKTIK-TAKTIK
MENGGANTI DIET
Mengganti diet yang benar, baik kuantitatif
maupun kualitatif dapat dilakukan sbb:
- Tambahkan
makanan yang baru (diet yang sudah benar) kedalam makanan yang lama,
kemudian makin hari tambahkan makanan yang baru simultan dengan
pengurangan makanan pola lama. Patut diingat, bahwa burung dipengaruhi
selera makannya oleh warna dan tektur makanan, karena itu jangan dilupakan
tambahan makanan yang disukai burung tsb, menurut pengamatan dan
pengalaman pemelihara. Misalnya burung menyukai gula warna coklat, sayuran
hijau atau wortel dsb. Dengan demikian akan mempermudah dan mempercepat
burung beradaptasi dan mulai menyukai makanan diet baru.
- Apakah
bentuk makanan pellets, potongan
silindris (extruded) atau yang
lainnya, coba hangatkan atau justru didinginkan terlebih dahulu, mana yang
lebih disukai burung tsb. Pengalaman menunjukkan jangan sampai
penghangatan makanan >105o F. Zaman sekarang penghangatan
makanan dapat menggunakan microwave
sebentar saja atau sebaliknya disimpan didalam lemari es asalkan tidak
lebih rendah dari 35o-40o F.
- Kalau
burung menyukai makanan bertektur lunak, berikanlah semacam baby cereal, buah-buahan dan
sayuran, oatmeal dimasak atau
gandum yang dibuat kream (cream of
wheat). Kemudian setelah itu
sedikit demi sedikit ditambahkan diet yang baru kedalam campuran yang
dibuat tsb.
- Apabila
burung sejak kecil dibiasakan makan dilolohkan (disuapi), lebih baik
dilakukan diluar kurungan atau diletakkan makanan baru itu didalam
kurungan yang letaknya strategis bagi burung, misalnya dekat mainan atau
cermin kesukaannya. Dapat juga dicantelkan pada jeruji (bars) kurungan tsb.
- Cobalah
pemelihara makan makanan itu sedikit, biasanya burung tertarik kemudian
menirunya. Burung yang perilakunya seperti ini lebih mudah diajari makan
diet yang baru.
- Mulailah
memberikan diet baru setiap 2-3 hari sekali selang seling. Untuk burung
bangsa besar, singkirkanlah dahulu makanan yang berupa biji-bijian. Untuk
burung bangsa kecil (mis: budgerigars)
amatilah, bila sampai sore hari tidak mau makan diet baru, berikan
biji-bijian (seeds) terlebih
dahulu agar burung tidak menderita hypoglycemia
atau mengalami penurunan berat badan.
- Singkirkan
semua makanan biji-bijian sebelum istirahat malam. Pada pagi harinya berikan
makanan formula, dapat berbentuk yang lembek (moist), kering atau makanan kering yang dicampur irisan
buah-buahan atau makanan baru pengganti biji-bijian. Tetapi biji-bijian
tidak perlu ditambahkan pada siang harinya.
Stategi-strategi diatas tidak membahayakan
burung karena porsi makanan sehari-hari (regular
diet) akan diberikan esok harinya.
Untuk mencegah kelaparan, sangat penting memeriksa
kondisi fisik burung dengan a.l. menimbang berat badan selama berlangsungnya
pergantian diet tsb. Kebanyakan burung akan memakan habis biji-bijian dan “junk foods” lainnya seperti kentang,
kacang, manisan, dll, sehingga seringkali burung menderita obesitas.
Dalam masa burung diganti menu makanannya
dengan diet yang baru, maka perubahan fisik burung perlu diamati dengan teliti,
karena kalau terlanjur dengan diet baru, maka burung akan sulit kembali kepada
diet yang lama.
Untuk burung yang menolak makanan, haruslah
diberi makan paksa melalui gavage
atau tube feeding selama 1-3 hari
untuk merangsang nafsu makannya.
Tidak selalu burung mau makan makanan buatan
pabrik atau diet imbang yang sudah disusun baik, pendeknya diet imbang belum
tentu (segera) disukai oleh burung tsb, oleh karena itulah untuk menjaga
kemungkinan tsb perlu dipersiapkan tube
feeding.
Strategi untuk memperbaikki diet burung
seperti diutarakan diatas telah berhasil dilakukan dalam praktek AvMed. Bila menjumpai burung yang gagal
dibawa kepada diet imbang yang seharusnya, seyogyanya kepada mereka selalu
harus disediakan air minum khusus yang bersih dan food supplement untuk mengatasi kekurangan-kekurangan nutrisi
didalam dietnya yang selama ini disukainya.
Burung-burung yang
dibesarkan bukan oleh induknya sendiri, melainkan disuapi sejak kecil (hand reared) biasanya akan terus
terbiasa dengan makanan tsb sehingga memerlukan waktu dan kesabaran tersendiri
untuk
Tidak ada komentar:
Posting Komentar