Rabu, 19 Oktober 2016

AvMed-I

AVIAN MEDICINE
(KEDOKTERAN UNTUK BURUNG)

Drh S. Dharmojono

Kata Pengantar
                                  
Avian Medicine (AvMed) merupakan peluang besar bagi profesi Kedokteran Hewan. Penyayang/penggemar bangsa Avian meliputi segala lapisan social ekonomi ma-syarakat di Indonesia dan Indonesia adalah Negara kaya akan fauna dan flora, khu susnya bangsa burung.
Menurut pengamatan penulis, AvMed belum mendapatkan perhatian serius dari para Dokter Hewan praktisi, sehingga penyayang burung tidak mengetahui bahwa Dokter Hewan praktisi adalah partner terdekat mereka. Terdorong kenyataan ini, maka penulis termotivasi mencari referensi disekitar AvMed ini dan yang didapatkan adalah daftar bacaan sekitar tahun 1995-1997. Inipun kalau disimak baik-baik bagi Dokter Hewan praktisi di Indonesia sepertinya masih di “awang-awang” untuk menjang-kaunya. Sudah demikian majunya AvMed dinegara “sana” yang menjadikan ragu-ragu bagi penulis untuk menginformasikannya.
Namun demikian Dokter Hewan praktisi harus menuju kesana, mau tidak mau! Apabila tidak, Dokter Hewan Indonesia makin ketinggalan dibidang AvMed ini.
Kalau penulis tidak menginformasikan AvMed ini dikalangan kolega muda, khawatir kalau teknologi dibidang AvMed ini belum sedemikian, karena memang di Indonesia hal ini masih merupakan impian. Sekali lagi mau tidak mau perkembangan AvMed harus diraih menjadi kenyataan dikalangan Dokter Hewan praktisi di Indonesia.
Buku kecil ini disusun sepraktis mungkin, karena penulis bukanlah seorang akademisi ataupun peneliti, tetapi adalah praktisi, jadi yang paling mungkin mulai dipraktekan oleh Dokter Hewan praktisi. Masih banyak hal-hal yang lebih “canggih” yang didalam buku ini belum dikemukakan misalnya: endoskopi, orthopedic, uji-uji laboratorium seperti Bone Marrow Aspiration, abdominocentesis, dll.
Semoga buku kecil ini dapat menjadi pendorong bagi Dokter Hewan praktisi untuk lebih mendalami AvMed di Indonesia mulai sekarang juga. Partner terdekat bagi para penyayang dan pengagum bangsa burung adalah Dokter Hewan dan itu adalah Anda! Bahkan Anda ikut bertanggung jawab akan pelestarian (konservasi) bangsa burung di Indonesia !
Saran-saran dari manapun juga datangnya sangat penulis hargai baik mengenai isi maupun performan buku ini. Penulis mengucapkan banyak terima kasih dengan tulus, terutama kepada sahabat saya Ir Darmanung Siswantoro yang telah mendisain Cover buku AvMed ini.

Jakarta, 20 Desember 2015
Penulis,

Drh S. Dharmojono
AVIAN MEDICINE
(KEDOKTERAN UNTUK BURUNG)

Drh S. Dharmojono


PENDAHULUAN

Kedokteran Hewan untuk bangsa Burung (Avian Medicine) sangat menarik, sebentar atau lama akan menjadi spesialisasi dalam Kedokteran Veteriner. Penyayang dan penggemar burung meliputi segala lapisan sosial maupun ekonomi masyarakat di Indonesia dan Indonesia adalah Negara kaya akan fauna khususnya bangsa burung.
Bagi Dokter Hewan, Avian Medicine merupakan peluang, akan tetapi tidak boleh hanya superficial saja. Dokter Hewan yang berminat mendalami Avian Medicine (selanjutnya AvMed) harus benar-benar focus terlebih dahulu pada basic dan clinical avian medicine. Kebanyakan “ahli burung” pada saat ini masih mendasarkan “keahliannya” pada pengetahuan empiris saja.
Dalam buku kecil ini akan disajikan bekal pengetahuan akan basic of AvMed dalam praktek, meliputi bagaimana teknik menguasai (how to restraint) bangsa burung dengan aman sebagai hewan kesayangan (pet birds), teknik pemeriksaan fisik, prosedur klinik, teknik diagnosis penyakit-penyakitnya dan tata laksana terapi yang akan dilakukan. Juga akan dibahas Avian Nutrition, penyakit-penyakit, kulit/bulu, apparatus digestivus dan penyakit menular antar burung, dsb

DASAR-DASAR AVIAN MEDICINE

Terlepas sudah lama berkecimpung atau baru mulai praktek dibidang AvMed, Dokter Hewan pasti membutuhkan pengetahuan dasar tentang bangsa burung, species, ekologi, nutrisi, penyakit-penyakit burung baik yang menular atau yang tidak menular.
Sebelum hal tersebut diatas dikuasai, pasti Dokter Hewan harus mengetahui dahulu bagaimana menguasai secara fisik bangsa burung (how to restraint bird physically), untuk terlaksananya pemeriksaan, kemudian teknik pengambilan sample, venipuncture, terapi, dll.
Praktek AvMed memang tidak seluruhnya berbeda dengan praktek hewan kecil lainnya, asal difahami terlebih dahulu dasar-dasarnya.



MEMBAWA BURUNG KE PRAKTEK DOKTER HEWAN

Seyogyanya bertemu klien dengan pasien burung membuat perjanjian terlebih dahulu (appointment), meskipun dalam papan praktek telah tertulis jam praktek regular nya. Hal ini diperlukan oleh baik Dokter Hewan maupun klien, karena Dokter Hewan perlu memberi pengarahan terlebih dahulu sebelum bertemu dokter tentang bagaimana dan apa yang harus dilakukan/disiapkan klien dengan burungnya (dalam rangka client education). Ada hal-hal khusus yang berbeda dari pasien hewan lainnya, misalnya anjing atau kucing.
Pada waktu kondisi lingkungan dingin, misalnya, jangan menggunakan AC mobil, malah bangsa burung perlu diselimuti. Bangsa burung kecil masukkan dulu dalam kotak (misalnya bekas kotak sepatu) baru kemudian diselimuti. Burung besar dan beringas harus dibawa bersama kurungannya/kandangnya, baru kurungannya yang diselimuti dengan kain yang agak tebal agar burung tidak stress karena perubahan-perubahan lingkungan selama dalam perjalanan. Meskipun burung dapat dibawa diluar kandang/kurungan, kalau kurungan itu cukup kecil dan mudah dibawa seyogyanya kurungan dibawa karena Dokter Hewan perlu memeriksa kurungan tersebut misalnya cukup ruang bergerak, feses, urine, muntahan, darah, dsb, disamping itu untuk persiapan barangkali burung perlu dirawat inap, sehingga kurungannya sendiri dapat dipergunakan, karena burung akan stress dengan tinggal didalam kurungan yang bukan biasanya. Juga diminta agar klien menaruh kertas minyak/lilin dilantai kurungannya 24 jam sebelum konsultasi karena burung bila dibawa kedalam lingkungan lain cenderung mengeluarkan ekresi semacam diare atau keluaran (droppings) lainnya, bahan mana jumlah dan konsistensinya perlu diketahui oleh Dokter Hewan. Ketika membawa kurungan, tempat minum perlu dikosongkan agar air tidak mencemari keluaran lainnya. Perlu diingatkan juga agar klien membawa contoh makanan sehari-hari yang diberikannya.

ANAMNESE

Melakukan anamnese (pengumpulan data dengan cara tanya jawab dengan klien) agak berbeda dari pasien hewan kecil lainnya. Anamnesis pasien burung banyak difokuskan kepada pertanyaan-pertanyaan disekitar managemen sehari-hari.

Diantara rangkaian managemen yang penting adalah perihal jenis dan cara memberikan makanan (nutrisi) baik kwantitas dan kwalitasnya. Dalam AvMed (juga exotic animal medicine lainnya ), nutrisi merupakan persoalan besar, karena burung yang tinggal (bertahun-tahun) di dalam sangkar, 100% makanan dan minuman dll tergantung kepada manusia pemilik / pe meliharanya. Masalah  nutritional disorder sangat banyak dijumpai dalam praktek AvMed, bahkan merupakan problema terbesar. Hewan (burung) hidup dalam sangkar tidak lagi mempunyai struggle for life, jadi problema burung sama sekali masalah managemennya.
Burung yang dipelihara telah lama dan ada didalam sangkar jarang sekali sakit oleh penyakit menular, melainkan banyak menderita penyakit malnutrisi dan mismanagemen. Apakah burung tersebut telah lama dipelihara atau baru saja dibeli sangat penting untuk diketahui. Burung yang baru dibeli/diperoleh mungkin membawa penyakit menular.
Perlu ditanyakan juga apakah burung tsb pernah menderita sakit /kelainan, karena seringkali pemilik telah membeli sendiri “obat-obatan” ditoko (pet shop) dan mendengar dan melaksanakan “saran-saran” penjualnya yang tidak dijamin kebenarannya. Mereka adalah asal jualannya laku (sell oriented) bukan “client and patient oriented” sebagaimana dokter yang profesional.
Lakukan analisa data yang diperoleh apakah penyakit yang sekarang di keluhkan ada hubungan nya dengan penanganan terdahulu.
Anamnesis lain yang perlu adalah adanya muntah-muntah, diare, batuk / bersin (sneezing), polyuria, polydepsia, dll.
Perlu ditanyakan juga (hati-hati jangan sampai menyinggung perasaan klien), berkenaan dengan adanya zoonosis/anthropozoonosis, yaitu adakah anggota keluarga terutama orang yang diserahi pemeliharan sehari-hari mengidap se suatu penyakit, misalnya jamur, parasit, tuberculosis, psittacosis yang semuanya itu adalah penyakit-penyakit zoonosis.

KURUNGAN DAN PERILAKU BURUNG

Sebenarnya lebih baik kalau pasien burung ketika berkonsultasi dibawa bersama kurungannya, karena kondisi kurungan, ukurannya, lantai, tempat makan/minum, bahan kurungan, rantai dll, perlu mendapat perhatian. Dalam kondisi seperti itu Dokter Hewan dapat memperkirakan perilaku burung sehari-harinya.
Untuk menangkap / memegang, dipersilahkan dahulu oleh pemeliharanya, karena bagi burung, Dokter Hewan atau Paramedik dengan pakaian prakteknya toh “orang asing” yang bagi burung merupakan sumber stress. Perilaku burung dalam kurungan sangat penting diperhatikan, misalnya, tidak bertengger, melainkan mendekam dilantai kurungan, sayapnya lunglai atau terkulai, kaki diangkat sebelah, mencucuki bulu, dll merupakan data-data yang penting, bahkan kadang merupakan gejala kritis .
Feses, “urine” dan droppings” dan lainnya, perilaku yang tidak seperti bia sanya, dll, merupakan bahan client-education agar pemilik segera mengetahui kapan harus konsultasi ke dokter bila melihat keadaan-keadaan seperti tsb.
Apakah yang dibutuhkan bagi burung itu, agar diperhatikan ukuran kurungannya cukup mamadai ruangannya, dari bahan apa kurungan dibuat. Kurungan yang terbuat dari logam galvanized menjadi sumber keracunan zinc (Zn), kurungan yang dilas dengan lead-solder berpotensi keracunan Pb, karena burung suka mencucukinya, apalagi dalam keadaan stress. Tempat bertengger kemungkinan berkarat, kasar, tajam yang dapat melukai kaki dan telapak jari-jari.
Anti tick collar atau mite-protector (karena ketidak tahuan pemiliknya), kadang dikenakan pada burung, padahal tick collar tersebut berpotensi meracuni burung. Disamping itu memang collar seperti itu (biasanya untuk anjing atau kucing) tidak efektif untuk menanggulangi ektoparasit pada burung.

Perhatikan ekresi (droppings) yang ada dilantai kurungan. Ekresi yang mengandung senyawa urates akan berwarna off-white. Banyak burung dikonsultasikan karena “diare” yang sebenarnya itu adalah bahan urates cair. Urates cair ini mungkin keluar karena stress atau diets terlalu tinggi kadar airnya (misalnya jeruk, semangka, ketimun, dll), tetapi bisa juga memang gejala dari suatu penyakit. Bahan ini dapat diambil dengan spuit atau pipet dari lantai kurungan untuk pemeriksaan laboratorium. Pada pasien burung, urine analisis perlu dilakukan rutin dalam rangka preventive medicine.

Penyakit gastrointestinal umumnya menyebabkan diare, maka perlu membuat preparat ulas langsung (direct-smear) dari fecal dan diwarnai dengan Gram untuk melihat kemungkinan adanya Giardia yang merupakan parasit utama bangsa burung, atau mungkin ditemukan bakteri tahan asam/Gram negative atau jamur, kapang, yeast, dll. Pemeriksaan ulas feses juga perlu dilakukan, meskipun jamur atau ragi atau kapang jarang ditemukan. Pada pasien burung mikroorganisme Gram negative jarang ditemukan, dari penelitian yang ada hanya ditemukan kurang dari 5% dari kasus.

CARA MENGUASAI BURUNG

Yang pertama harus diingat adalah jangan sampai memegang pasien burung dengan dadakan, sedemikian rupa sehingga menyebabkan kaget, stress atau kesakitan, sehingga burung meronta-ronta dan sebaliknya jangan sampai burung melukai anda. Burung bangsa kecil seperti canary atau budgerigars mudah stress dan marah, sehingga suka mencubit dengan paruhnya (inflict annoying pinch) yang mungkin menciderai kulit. Burung kakatua (dan sebangsa cockatiels) atau yang lebih besar apabila mencubit (menggigit) atau mencakar bisa menyebabkan luka yang serius.
Amazons, macaws dan cockatoos dapat melukai tangan dan jari-jari kita, oleh karena itu bungkuslah tangan kita dengan kain tebal atau paper-towel (lihat halaman 10, figure 2), sehingga burung tidak mengetahui dimana yang dapat digigit. Memakai sarung tangan dari kulit justru menakutkan burung, sehingga burung malah makin agresif yang sebenarnya adalah manifestasi dari ketakutan dan stress. Disamping itu memakai sarung tangan kulit akan sulit bagi kita memperkirakan kencangnya cekaman kita, mungkin terlalu kencang, sehingga mencekek tubuh burung, bahkan menyebabkan sesak nafas dan mati. Patut diingatkan, bahwa burung tidak memilikki diafragma sehingga menguasai burung dengan mencekam bagian dada sangatlah berbahaya.

Bagian kepala burung berstruktur keras dan tidak mudah terluka, karena itu menguasai burung upayakan dahulu bagian kepalanya, kemudian kaki dan sayapnya (lihat halaman 10, figure 2).
Hati-hatilah dengan burung bangsa psittacine (berparuh seperti catut), paruh dan cakarnya sangat berbahaya.
Seperti halnya anjing atau kucing, tingkat keliaran dan kegalakan burung memang sangat bervariasi, sehingga sebelumnya tanyakan kepada pemilik atau pemelihara burung akan perilaku burung tersebut, kalau perlu minta bantuan pemiliknya. Dengan mengurangi lampu penerangan dalam kamar periksa dapat mengurangi keliaran burung. Tutup tempat periksa untuk mencegah burung lepas terbang kalau cara menguasainya kurang benar.
Mengeluarkan burung dari kurungan cukup sulit dan harus sabar tidak boleh tergesa-gesa dan terlalu kasar. Bungkus tangan, dekati burung dari belakang. Biasanya burung akan lari mencengkeram jeruji kurungan dengan cakar dan atau paruhnya. Kalau sudah demikian pegang (jepit) kepala bagian bawah dengan jari kita, kemudian baru cakarnya dan minta asisten/pemilik untuk melepaskan paruh atau jari-jari burung dari cengkeramannya. Kedua sayap ditangkupkan ke tubuhnya dengan tetap menjepit kepalanya diantara jari-jari kita (jari telunjuk dan jari tengah).
Untuk bangsa burung besar diperlukan 2 orang untuk memegangnya. Burung macaws wajahnya tidak berbulu jadi harus hati-hati memegang kepalanya karena mudah terluka. Pegang kaki diatas cakarnya dan sayapnya katupkan ketubuhnya. Apabila burung telah berhasil dikuasai, karena pemeriksaan fisik mungkin memerlukan waktu agak lama, maka kain/handoek yang dipakai memegangi dilepaskan karena burung yang meronta akan cepat naik suhu badannya.
Apabila situasi sedemikian rupa sehingga burung (terutama bangsa cockatoo atau burung besar) menggigit kita dan sulit dilepaskan, maka terpaksalah lepaskan burung tersebut diatas meja atau dilantai, dengan demikian biasanya burung akan melepas gigitannya, tetapi sebelumnya ruang periksa juga harus tertutup agar burung tidak terlepas terbang. Sediakan jala perangkap burung untuk keperluan menangkap kembali burung yang lepas tsb.

MEMERIKSA PASIEN BURUNG

Lakukan pertama kali pemeriksaan fisik sebagaimana spesies lainnya. Burung tidak biasa dikekang (restraint) terlalu lama, maka pemeriksaan harus cepat, namun jangan meninggalkan ketelitian, sistematika dan objek periksa, lakukan dengan lembut.
Mulailah memeriksa dari kepala, mata, paruh, nostril, telinga yang letaknya caudo-ventral dari mata, sibak bulu-bulunya maka telinga akan mudah dilihat. Mulut burung akan mudah dilihat/dibuka dengan membiarkan dia menggigit pinset atau penlight. Dapat dilihat choanal slit nya pada soft palate nya. Papilla kecil terlihat ditepi, papilla mana menjadi tumpul/membulat (blunted) bila burung menderita hipovitaminosis A. Lakukan palpasi pada bagian leher dan tembolok pada bagian bawah leher. Otot dada (breast muscle) dapat dipakai sebagai indikasi buruk atau baiknya kondisi burung. Normalnya otot dada berbentuk convex – bila terjadi penyakit apalagi yang sudah lama, maka otot dada menjadi atrofi yang bila diraba terasa concave sampai tipis atau tajam seperti anjungan kapal (lihat halaman 10, figure 4).

Lakukan auscultasi adakah arythmiasis. Kecepatan detak jantung bangsa burung makin besar makin lambat, sebaliknya bangsa burung kecil suara detak jantungnya seperti knalpot motor.
Lakukan juga palpasi pada daerah abdomen, adakah terasa ada massa, cairan, pembengkakkan organ, dll. Hasil palpasi abdomen pada berbagai spesies bu rung dapat berbeda-beda, sehingga diperlukan pengalaman untuk menentukan normal atau abnormal. Misalnya abdomen burung canary (berat badan hanya 20 gr) akan terasa lebih besar dibandingkan dengan budgerigars dengan berat badan 35 gr. Periksa sayap-sayap, kaki, bulu terbang sayap (flight feathers). Ingat bahwa dalam melakukan pemeriksaan seperti tersebut harus dilakukan dengan cepat, karena bila terlalu lama burung akan stress dan detak jantungnya akan meningkat demikian juga suhu badannya, suatu keadaan yang tidak boleh terjadi pada burung.
Burung yang tidak mau/mampu bertengger lagi merupakan kondisi kritis, agar ditenangkan dahulu jangan segera melakukan tindakan. Tindakan emergency terdiri dari: penghangatan, pemberian oksigen, infuse glucose subkutan atau langsung ke dalam temboloknya (proventriculus). Tindakan-tindakan ini harus dilakukan dengan keterampilan (skill) yang tinggi untuk tidak menjadikan burung lebih stress. Lakukan perlakuan demikian sampai keadaan burung menjadi stabil.
Pasien burung harus ditimbang berat badannya dan untuk burung yang harus dirawat inap, penimbangan berat badan harus dilakukan setiap hari untuk memonitor progress penyakitnya dan keadaan holistiknya. Untuk mengetahui hal ini dokter hewan dituntut untuk mengetahui berat badan standar/normal dari setiap bangsa burung. Berat badan yang menurun menunjukkan adanya malnutrisi (baik kwalitatif maupun kwantitatif) atau sedang mengalami de- hidrasi.

MENGAMBIL SAMPLE DARAH

Test darah dilakukan apabila dari pemeriksaan fisik kurang diperoleh data untuk menegakkan diagnosis. Pengambilan sample darah tidak boleh lebih dari 1% dari berat badannya, ini berarti sample darah dapat diambil sebanyak 1ml/100 gr berat badan burung, misalnya sample darah burung Parrot dengan berat badan 350 gr dapat diambil darahnya sebanyak 3,5 ml.
Pengambilan darah untuk sample, atau kalau ingin melakukan venipuncture atau infuse (fluid administration) ada 3 (tiga ) pilihan vena, yaitu,

  • untuk bangsa burung dengan berat badan > 300 gr paling baik melalui vena metatarsal medialis, karena vena ini lambat jalan darahnya dan jarang terjadi hematoma. Untuk melakukan infuse dengan melalui vena ini juga cukup aman asal dilakukannya dengan perlahan

  • Vena Jugularis dapat pula dipilih. V. Jugularis sebelah kanan lebih besar dari pada yang sebelah kiri, meskipun v. jugularis kanan maupun kiri sama baiknya untuk melakukan venipuncture.

  • Bila vena jugularis yang dipilih, posisikan burung sedemikin rupa sehingga bagian kepala dan tubuh terletak rata atau sejajar dengan meja periksa. Kuasai (restraint) dengan mantap bagian kepala burung, bengkokan leher sedikit sehingga v. jugularis kelihatan jelas. Arahkan jarum syringe ke tubuh  dan cari vena jugularis dengan meniup bulu dada leher atau dicari bagian leher yang tidak berbulu atau berbulu sedikit yaitu dibagian ventrolateral.

  • Vena lainnya yang dapat dipilih adalah vena cutaneus ulnaris atau vena sayap yang lokasinya ada dipermukaan medial siku (elbow), hanya saja untuk burung yang kurang kooperatif (agak liar) sulit memilih vena ini, sehingga mungkin sekali terjadi hematom.

Untuk mendapat sample darah sedikit saja dapat dilakukan dengan mencucukkan jarum kecil steril pada kuku jari-kaki (toenail). Patut diingat bahwa cara ini menyakitkan dan mungkin mengejutkan oleh karena itu pertimbangkan baik-baik perlu-tidaknya cara ini (rewarding), karena pada burung yang sedang mengalami dehidrasi atau hypotensive sangatlah sensitif.
Sebelum pengambilan sample darah dari toenail, misalnya untuk check fungsi ginjal, maka kuku harus dibersihkan dahulu dari segala kotoran dan di perlakukan tindakan asepsis untuk mencegah infeksi dan peningkatan harga/nilai asam urik (spurious elevations of uric acid). Untuk kauterisasi kuku (setelah pengambilan darah) dapat digunakan silver-nitrate (AgN03) atau Ferric subsulfate (Fe2S04 ). Bila memakai AgNO3 haruslah berhati-hati dalam memegang burung agar jangan sampai menggigit bahan kimia tersebut, bila bahan itu tertelan akan menghancurkan mulut dan oesophagus.
Melakukan venipuncture pada burung kecil cukup sulit, mungkin agak meragukan pada permulaannya (intimidating), jadi pertimbangkanlah adanya benar-benar indikasi untuk melakukannya (few hints maybe helpful).

Untuk keperluan ini, untuk burung ukuran kecil paling baik memakai jarum ukuran 25 ga. Dapat pula dipakai jarum ukuran 27 ga, akan tetapi prosedurnya akan lebih lama, karena resiko terjadinya hematoma lebih besar, atau malah bisa terjadi pembekuan darah. Tarik dahulu syringe sebelum masuk kedalam vena untuk tidak banyak gerakan. Beri tanda pada syringe dengan bevel dari jarum sedemikian sehingga tidak mengambil darah lebih dari pada yang dibolehkan.
Lebih baik pergunakan syringe berukuran 3 ml untuk mengambil darah lebih dari 0,25 ml. Vena terletak dalam sudut yang sempit dan umumnya jarum tidak terhambat terlalu jauh kedalam vena. Pemegang dan tangan venipucturist harus kencang untuk meminimalkan pergerakan tetapi was-padalah agar burung tetap bebas bernafas.
Mata venipuncture harus terus terpasang (fixed) pada ujung jarum dan pemegangan dapat melihat volume darah yang dihisap kedalam syringe. Tidak waspada sebentar saja, misalnya mata tidak melihat kesasaran, vena dapat meleset atau bahkan vena terobek
Buatlah vacuum minimal karena dengan demikian akan mudah mengaspirasi dinding vena kedalam bevel jarum, kalau tidak dapat membuat vena kolep (collapsing)
Bila terjadi hematoma besar disebelah vena, tidak disarankan kemudian lalu beralih mengambil dari vena sebelah lainnya pada hari yang sama, karena kalau terjadi hematoma lagi dapat menyumbat peredaran darah, burung dapat mati.
UPAYA MENGATASI KEADAAN KRITIS

Suhu tubuh perlu dipertahankan. Burung yang sedang sakit akan mem-bentangkan sayapnya, maka dari itu hangatkan tubuh burung untuk me-ngurangi penggunaan energi. Inkubator bayi (orang) dapat dipakai meng-hangatkan burung yang sedang kritis. Atau bantal penghangat dapat dipakai pula dengan meletakkannya di bawah kurungannya.
Taruhlah thermometer alcohol di dalam sangkar untuk memonitor suhu lingkungan. Suhu ideal bagi burung adalah 85o-90o F. Lampu pemanas dapat pula dipakai, tetapi distribusi panasnya tidak merata dan memerlukan 24 jam menyala.

Kecepatan metabolisme burung sangat tinggi karena itu tanpa bantuan nutritional therapy burung akan cepat turun berat badannya, karena itu perlu nutrisi tambahan berupa mixed powder dicampur air sampai konsistensinya menyerupai cake butter. Saluran makan (feeding tube) terbuat dari logam dapat dipakai memasukkan makanan, sehingga masuk kedalam tembolok. Sebaiknya diukur dahulu panjang tube dari ujung paruh sampai ke pintu tembolok.
Untuk burung kecil masukkan tube lewat mulut sampai pintu tembolok, pertahankan tube tersebut dipegang ditempat sudut mulut sehingga tube tidak tergigit.
Untuk burung besar dapat memakai speculum kecil, kemudian masukkan tube dibelakang lidah kemudian turun kebekakang pharynx masuk kedalam oe-sophagus.
Pakailah tube yang berdiameter paling besar untuk menghindari masuknya makanan yang berupa bubur itu kedalam trachea. Banyaknya makanan adalah 1 ml untuk setiap 30 gr berat badan. Misalnya burung budgerigars dengan berat badan 30 gr cukup mendapatkan 1 ml makanan saja perharinya.
Burung macaws dengan berat badan 600 gr dapat diberikan bubur nutrisi 20 ml. Pemberian makanan tersebut (dengan tube feeding) dilakukan 3 kali sehari.
Burung yang menderita dehidrasi memerlukan terapi-cairan (fluid thera-py).Secara kasar dengan meraba turgor kulit tingkat dehidrasi dapat diperkirakan. Pelupuk mata (eye lids) dan bagian kepala yang tidak berbulu atau bagian leher dapat pula dipakai mengakses tingkat dehidrasi (lihat gambar).

Bila gejala dehidrasi terlihat dari pengamatan seperti tersebut, diperkirakan tingkat dehidrasi kurang lebih 10% dan fluid therapy harus segara dilakukan dengan dosis 60 ml/kg berat badan perhari. Fluid therapy sejumlah tersebut dapat mensuplai kebutuhan selama 24 jam.
Fluid therapy dapat pula dilakukan via subkutan. Cara yang paling mudah dilakukan adalah melalui:

  • Jaringan subkutan bagian proximal paha bagian medial (proximal medial thigh), hati-hati jangan menyuntikkan terlalu kedalam karena cairan dapat keliru masuk kedalam kantong udara  abdominalis (abdominal air sac).

  • Tempat lainnya adalah dalam subkutan sayap diatas siku (elbow). Cairan akan mengalir kebagian sayap (wing web) dan seringkali akan menyebar kedalam satu kaki.

  • Alternatif lain lagi adalah subkutan diantara scapula. Intravenous catheter dapat dipasang pada vena seperti telah diutarakan terdahulu namun mempertahankannya agak sulit karena venanya kecil. Intravenous fluids therapy diberikan menggunakan jarum ukuran 27 ga 3 (tiga) kali perhari

Suntikan intramusculer paling mudah diberikan melalui otot dada (breast muscles), dengan jarum ukuran 25-27 ga. Alternatif lain pada otot paha) (leg muscles), bahkan bagi burung lomba (misalnya racing pigeon) suntikan intramuskuler bukan diotot dada melainkan pilihan pada otot paha karena untuk terbang otot dada sangat diperlukan untuk membantu mengepakkan sayap.
Obat-obat nephrotoksik, misalnya aminoglycosides, dilarang disuntikkan lewat otot kaki. Burung, demikian pula bangsa reptile mempunyai system portal (renal portal system), sehingga darah dari bagian belakang (caudal) tubuh akan melewati ginjal sebelum bercampur dengan peredaran darah sistemik. Jadi bahan nephrotoksik dihantarkan ke ginjal dalam konsentrasi yang tinggi berpotensi menghasilkan catastrophic.

Intraosseous (kedalam tulang) dapat pula sebagai alternative terapi cairan (alternative fluid therapy), tetapi hanya untuk burung bangsa besar saja. Untuk kepentingan ini os ulna paling baik sebagai pilihan yang dapat dicapai melalui siku (elbow) atau carpus (lihat gambar halaman 16, figure 10, 11,12,13).
Sedangkan os humerus dan os femur berhubungan dengan kantong udara sehingga fluid therapy intraosseous tidak boleh lewat tulang-tulang ini karena akan masuk kekantong udara (air sacs).
Untuk melakukan fluid therapy intraosseous digunakan jarum ukuran 22 ga., atau menggunakan 1.5-in spinal needle sebagai intraosseous catheter. Sibakan bulu (tidak perlu dicukur) dari siku (elbow) kemudian diraba os olecranon. Bila siku ditekuk 90o, kemudian dapat diraba dengan ujung jari atau kuku jari untuk merasakan lekukan kecil persis dibagian distal olecranon. Masukkan spinal needle kedalam tulang dengan gerakan twisting. Ketika jarum masuk kedalam cortex akan terasa “bebas hambatan”. Lepas stylet dari jarumnya kemudian semprotkan larutan garam fisiologik steril (flush steril saline solution)  melalui jarum tersebut. Bila cairan keluar dari tulang, cairan tersebut dapat diraba adanya dalam jaringan subkutan.
Tambatkan jarum ditempat dengan pasti, rekatkan dengan plester dan jahit pada kulit dari elbow. Kemudian dibalut dengan a light figure eight bandage. Sebagai alternative dapat dipakai bagian distal ulna. Siapkan sisi carpal (pluck the carpal side) dan pasang preparat steril. Posisikan jarum ditengah ujung distal dari ulna, sejajar dengan bidang median dari tulang. Lakukan gerakan memutar yang lembut/luwes untuk dapat memasukkan jarum kedalam tulang. Bila jarum lewat bagian cortex akan terasa ringan tanpa hambatan. Lepas stylet dari jarumnya kemudian dibasuh/semprotkan (flush) dengan larutan saline steril melalui jarum tsb seperti telah diutarakan diatas. Bila cairan keluar dari tulang, cairan tersebut dapat diraba adanya dalam jaringan subcutan. Bila cairan berhasil masuk kedalam tulang, maka v. cutaneus ulnaris dapat dilihat menjadi memucat (to blanch) menunjukkan bahwa cairan telah benar-benar masuk kedalam jaringan kapiler tulang. Kenakan Elizabethian collar untuk menjaga agar burung tidak meraih kateter atau untuk mencegah gigitan burung terhadap slang (intraintravenous) tsb. Untuk keperluan Elizabethian collar dapat dibuat sendiri dari bahan film, bekas film Rontgen atau plastic dll semacamnya.
Cairan intraosseous dapat diinfusekan dengan cepat dalam beberapa menit. Tetesan infuse mungkin memerlukan pompa infuse untuk mengatasi hambatan dalam tulang dan secara teliti bisa mengukur volume cairan.
Buretrol’s burettes dapat pula dipakai mengukur volume cairan yang lebih kecil yang dimasukkan kedalam intravenous atau intraoseus
Memelihara burung sendiri untuk belajar akan lebih baik. Ada burung diruang tunggu praktek menunjukkan kepada clients bahwa anda penyayang burung dan juga menerima pasien burung.

MASALAH NUTRISI BURUNG

Telah diutarakan terdahulu bahwa anamnesis dalam AvMed lebih diarahkan kepada masalah managemen sehari-hari oleh pemiliknya. Pertanyaan utama yang harus dikemukakan adalah masalah makanan yang diberikannya sehari-hari, seberapa dan seberapa sering (frekwensi) makanan diberikan. Nutritional therapy baik preventif maupun kuratif adalah sangat penting.
Sistem kekebalan burung, disfungsi system imunitas sangat ditentukan oleh kualitas dan kuantitas nutrisinya. Burung piaraan umumnya justru sudah tahan terhadap penyakit-penyakit infeksi karena keteraturannya mendapatkan nutrisi.
Penyakit-penyakit non-infeksi justru sering ditemukan, misalnya defisiensi vitamin dan atau mineral disebabkan rusaknya system dan proses metabolic dan biokhemik dalam tubuh. Penyakit non-infeksi yang sering dijumpai pada pet-birds adalah misalnya hyperparathyroidism atau thyroid hyperplasia atau dysplasia, dll seperti akan dibahas kmudian.

MENGAPA DEFISIENSI NUTRISI SERING DIJUMPAI PADA PET BIRDS ?

Pengetahuan tentang nutrisi burung belum berkembang benar dibandingkan nutrisi pada  hewan kecil (anjing dan kucing) dan poultry. Seringkali dijumpai makanan ayam dipakai begitu saja untuk makanan burung karena poultry feed lebih mudah didapatkan dan memang perkembangan makanan unggas (poultry feed) sudah lebih dahulu diteliti. Orang mengira bahwa burung sama dengan ayam.
Bahaya dari “salah pandang” ini menjadi nyata ketika dilakukan penelitian nutrisi burung, misalnya pada burung cockatiels. Poultry feed ternyata banyak berbeda dari makanan burung cockatiels. Dari percobaan klinik cockatiels yang diberi makanan ayam (poultry feed) tercatat adanya depriasi nutrisi yang spesifik, misalnya defisiensi riboflavin pada anak ayam broiler yang disebut “curled toe paralysis”, pada burung cokatiels kondisi tersebut tidak terlihat, tetapi pada manifestasi klinik yang lain yaitu terjadinya dipigmentasi (ackromatosis) pada bulu-bulu pertama (primary feathers). Pada ayam keadaan seperti itu terjadi pada defiasiensi lysine.
Dahulu ada anggapan bahwa untuk burung bangsa psittacine makanan berupa biji-bijian merupakan nutrisi yang sudah komplit – ternyata biji-bijian kurang mengandung semua asam amino, vitamin, trace element dan makro elemen yang diperlukan oleh burung bangsa psittacine. Jadi biji-bijian (all seed diets) bukanlah makanan alam burung yang utama, karena defisiensi beberapa zat nutrisi asam amino, vitamin, trace element dan macro element seperti Ca dan Na.

Dari beberapa hasil study yang telah diterbitkan, sayangnya baru dilakukan kepada diet bangsa parrots liar (natural wild parrots).
Salah satu study yang lumayan panjang mengenai burung Engendered Puerto Rico parrot (Amazone vittata) menunjukkan bahwa bangsa burung parrots ini memerlukan 7 macam buah-buahan, biji-bijian dan dedaunan. Jadi nutrisi yang dibutuhkan bangsa parrots begitu bervariasi. Pada burung parrots yang dipelihara didalam sangkar yang diberi makanan biji-bijian saja akan hanya sebagian kecil saja nutrisi yang mereka peroleh. Disamping itu jenis biji-bijian dan buah-buahan yang dapat diberikan sangat berbeda kandungan nutrisinya dari yang sebenarnya mereka butuhkan, lain dari yang mereka dapatkan dari habitat alam aslinya.
Burung yang dipelihara didalam sangkar ditambah oleh perilaku burung yang suka memilih bentuk makanan tertentu yang diberikan, akan menambah makin seringnya burung piaraan menderita defisiensi nutrisi tertentu. Hal demikian membiasakan spesies burung yang dipelihara dalam sangkar akan memilih yang disukai saja diantara makanan yang disajikan, misalnya biji bunga matahari saja yang dimakan padahal hanya dari biji bunga matahari saja masih banyak kebutuhan nutrisi yang tidak terkandung.
Seperti diketahui dari perilaku bangsa burung psittacines suka memilih jenis makanan yang didasarkan kepada tekstur dan warnanya daripada rasa atau isi nutrisinya.
Seringkali pemelihara burung mengira bahwa burungnya sehat nafsu makannya baik karena suka makanan yang diberikannya, padahal yang sebenarnya pemelihara tidak mengetahui dibalik itu burung memerlukan nutrisi yang lain. Itu artinya burung memang bisa hidup, tetapi yang sejatinya burung hidup dalam keadaan kurang berkualitas.
Biji-bijian yang biasa dikonsumsi burung dalam sangkar umumnya mengandung lemak/minyak yang berkalori tinggi yang berarti akan mambatasi nilai makanan tadi dari segi mutunya, sehingga burung akan menderita nutritional deficiency.

MEMPERBAIKI MUTU MAKANAN BURUNG

Ada dua masalah yang umumnya dihadapi oleh penyayang burung, terutama bangsa psittacine, yaitu:

Pertama: untuk enaknya pemelihara, maka makanan burungnya diberikan berlebihan selama 24 jam sekaligus – atau tempat makanan diisi lagi begitu diketahui bahwa makanannya habis. Dengan cara demikian sebenarnya pemelihara tidak mengetahui seberapa banyak makanan yang dikonsumsi oleh burung itu perharinya. Pemelihara tidak menyadari bahwa mungkin saja burung tersebut tidak makan sudah selama 24-48 jam.
Bila makanan yang diberikan berupa buah, nasi, roti atau jagung dan dibiarkan didalam kurungan dalam waktu begitu lama, malah sampai sehari penuh, maka makanan tersebut mungkin sekali akan tercemar oleh mikroorganisme pathogen.

Kedua: bila pemelihara burung membeli makanan campuran berupa “supplemented seeds” atau “special treat diets” yang dikatakannya sebagai nutrisi imbang dan lengkap atau burung akan suka memakannya – harus diingat bahwa kedua pernyataan tsb berbau iklan yang berlebihan. Untuk memperbaiki kondisi nutrisi tersebut, harus diganti dengan nutrisi yang benar-benar lengkap (nutritionally complete diets).


PERLUNYA MEMBERI MAKAN DENGAN INTERVAL TERATUR

Pada burung bangsa psittacine, makanan sebaiknya diberikan setiap 1-2 jam sebanyak 2-3 kali sehari. Selama periode pergantian makanan, makanan sisa harus dibuang. Bila pemelihara burung memberikan makanan pada waktu-waktu terjadwal setiap harinya, akan menghasilkan efek ketergantungan (bonding). Cara pemberian makanan terjadwal meningkatkan kemung-kinan pemelihara makin tepat mengetahui seberapa jumlah makanan dan minuman yang dapat dihabiskan dalam jangka waktu tertentu, disamping itu ketika akan memberikan makanan dan minuman pemilik diingatkan agar tempat makanan dicuci bersih dan dikeringkan dahulu, dengan demikian perilaku higienis & sanitasi dapat ditingkatkan. Perlu disediakan tempat makanan dan minuman rangkap agar bila yang satu sedang dicuci dapat memakai yang lainnya.

 BERALIH DENGAN DIET BARU

Kesalahan yang umumnya diperbuat pemelihara burung adalah terbiasanya memberikan makanan tanpa variasi. Pemilik dan kemudian burungnya terbiasa dengan monophagism. Sebentar atau lama burung monophagism akan menderita defisiensi salah satu komponen nutrisi. Sekali burung menderita defisiensi nutrisi, maka pemelihara akan dihadapkan kepada keharusan mengganti diet, dan ini tidak mudah.
Tergantung kepada spesies burung dan umurnya, pergantian diet baru banyak tantangannya. Pergantian diet bagi burung usia muda, apalagi pada burung bangsa parrots kecil, memang tidak begitu masalah. Tetapi bagi burung usia tua akan menjadi masalah serius.
Jangan mengganti diet baru kepada burung yang sedang sakit atau dalam keadaan stress, misalnya kepada burung yang baru datang (karena berubah lingkungan), burung tangkapan baru, cuaca disekelilingnya sedang ekstrem (panas, dingin, angin, lembab, dll), atau burung sedang berganti bulu (molting).
Pergantian macam diet, baik macamnya, bentuknya maupun kualitasnya harus diberikan secara bertahap (step by step) kemudian harus diamati tingkat penyesuaian bangsa burung ybs. Perubahan diet ini mungkin memerlukan proses minggu bahkan berbulan-bulan. Burung yang sehat terutama bangsa cockatiels cepat menerima perubahan diet, mungkin hanya dalam waktu seminggu.

TAKTIK-TAKTIK MENGGANTI DIET

Mengganti diet yang benar, baik kuantitatif maupun kualitatif dapat dilakukan sbb:

  1. Tambahkan makanan yang baru (diet yang sudah benar) kedalam makanan yang lama, kemudian makin hari tambahkan makanan yang baru simultan dengan pengurangan makanan pola lama. Patut diingat, bahwa burung dipengaruhi selera makannya oleh warna dan tektur makanan, karena itu jangan dilupakan tambahan makanan yang disukai burung tsb, menurut pengamatan dan pengalaman pemelihara. Misalnya burung menyukai gula warna coklat, sayuran hijau atau wortel dsb. Dengan demikian akan mempermudah dan mempercepat burung beradaptasi dan mulai menyukai makanan diet baru.
  2. Apakah bentuk makanan pellets, potongan silindris (extruded) atau yang lainnya, coba hangatkan atau justru didinginkan terlebih dahulu, mana yang lebih disukai burung tsb. Pengalaman menunjukkan jangan sampai penghangatan makanan >105o F. Zaman sekarang penghangatan makanan dapat menggunakan microwave sebentar saja atau sebaliknya disimpan didalam lemari es asalkan tidak lebih rendah dari 35o-40o F.
  3. Kalau burung menyukai makanan bertektur lunak, berikanlah semacam baby cereal, buah-buahan dan sayuran, oatmeal dimasak atau gandum yang dibuat kream (cream of wheat). Kemudian setelah itu sedikit demi sedikit ditambahkan diet yang baru kedalam campuran yang dibuat tsb.

  1. Apabila burung sejak kecil dibiasakan makan dilolohkan (disuapi), lebih baik dilakukan diluar kurungan atau diletakkan makanan baru itu didalam kurungan yang letaknya strategis bagi burung, misalnya dekat mainan atau cermin kesukaannya. Dapat juga dicantelkan pada jeruji (bars) kurungan tsb.

  1. Cobalah pemelihara makan makanan itu sedikit, biasanya burung tertarik kemudian menirunya. Burung yang perilakunya seperti ini lebih mudah diajari makan diet yang baru.

  1. Mulailah memberikan diet baru setiap 2-3 hari sekali selang seling. Untuk burung bangsa besar, singkirkanlah dahulu makanan yang berupa biji-bijian. Untuk burung bangsa kecil (mis: budgerigars) amatilah, bila sampai sore hari tidak mau makan diet baru, berikan biji-bijian (seeds) terlebih dahulu agar burung tidak menderita hypoglycemia atau mengalami penurunan berat badan.

  1. Singkirkan semua makanan biji-bijian sebelum istirahat malam. Pada pagi harinya berikan makanan formula, dapat berbentuk yang lembek (moist), kering atau makanan kering yang dicampur irisan buah-buahan atau makanan baru pengganti biji-bijian. Tetapi biji-bijian tidak perlu ditambahkan pada siang harinya.

Stategi-strategi diatas tidak membahayakan burung karena porsi makanan sehari-hari (regular diet) akan diberikan esok harinya.
Untuk mencegah kelaparan, sangat penting memeriksa kondisi fisik burung dengan a.l. menimbang berat badan selama berlangsungnya pergantian diet tsb. Kebanyakan burung akan memakan habis biji-bijian dan “junk foods” lainnya seperti kentang, kacang, manisan, dll, sehingga seringkali burung menderita obesitas.
Dalam masa burung diganti menu makanannya dengan diet yang baru, maka perubahan fisik burung perlu diamati dengan teliti, karena kalau terlanjur dengan diet baru, maka burung akan sulit kembali kepada diet yang lama.
Untuk burung yang menolak makanan, haruslah diberi makan paksa melalui gavage atau tube feeding selama 1-3 hari untuk merangsang nafsu makannya.
Tidak selalu burung mau makan makanan buatan pabrik atau diet imbang yang sudah disusun baik, pendeknya diet imbang belum tentu (segera) disukai oleh burung tsb, oleh karena itulah untuk menjaga kemungkinan tsb perlu dipersiapkan tube feeding.

Strategi untuk memperbaikki diet burung seperti diutarakan diatas telah berhasil dilakukan dalam praktek AvMed. Bila menjumpai burung yang gagal dibawa kepada diet imbang yang seharusnya, seyogyanya kepada mereka selalu harus disediakan air minum khusus yang bersih dan food supplement untuk mengatasi kekurangan-kekurangan nutrisi didalam dietnya yang selama ini disukainya.
Burung-burung yang dibesarkan bukan oleh induknya sendiri, melainkan disuapi sejak kecil (hand reared) biasanya akan terus terbiasa dengan makanan tsb sehingga memerlukan waktu dan kesabaran tersendiri untuk 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar