RABBIT
MEDICINE
(ILMU
KEDOKTERAN UNTUK KELINCI)
Oleh:
Drh. S. Dharmojono
PENDAHULUAN
Sudah cukup lama kelinci dipelihara sebagai
hewan kesayangan (pet animal), hal
ini diketahui dengan makin banyaknya kelinci dibawa kepraktek Dokter Hewan.
Menjadikan kelinci (Rabbit) sebagai hewan kesayangan pasti memerlukan pengetahuan
khusus tentang kelinci seperti: anatomi, fisiologi, nutrisi, perilaku (behaviour), karakter biologic, penyakit-penyakit, teknik
menguasai (how to restraint),
menangkap, mengangkat, perawatannya, pengobatannya, bagaimana instinknya, dsb,
karena meskipun sama-sama kecil ukurannya, bertaring (insicivum), berbulu, tetapi kelinci jelas bukannya anjing kecil
atau kucing, bukan?.
Mempelajari kelinci dari aspek-aspek ilmu
yang tersebut diatas merupakan keharusan bagi Dokter Hewan praktisi, karena
sangat menantang, asyik dan menyenangkan.
ASAL
USUL KELINCI
Ordo Lagomorpha,
family Leporidae, termasuk hewan tua, eksistensinya sudah ada sejak zaman
eosen, bentuk yang sekarang sudah ada pada zaman pleistosen. Lagomorpha dahulu
dimasukan kedalam Rodentia karena memiliki gigi seri pengerat. Berdasarkan
serologic dan morphologic lebih berdekatan dengan hewan berkuku.
Ciri khas gigi-serinya (insicivum) panjang
dan terus bertumbuh. Ada 2 pasang gigi-seri atas. Persis dibelakang pasangan
terdepan ada yang lebih kecil dan tidak berfungsi. Ada celah (diastema) antara
taring dan geraham palsu.
Telinganya lebar dan panjang kebalikannya
ekornya pendek. Secara alaminya tubuhnya pipih dibagian samping agar larinya
kencang berlomba dengan predatornya. Kaki belakangnya jauh lebih panjang
dibandingkan dengan kaki depannya. Kaki depannya dengan 5-jari sedangkan kaki
belakangnya dengan 4-jari, cakarnya sangat kuat. Bagian atas kaki tertutup bulu
panjang seperti sikat berfungsi sebagai “shock breaker” ketika meloncat. Warna
bulu tidak mencolok, sering merupakan kombinasi warna coklat, putih, abu atau
hitam
Kelinci termasuk hewan adaptif, kelinci dapat
menyesuaikan diri dengan habitat hidupnya. Kelinci hidup di daerah dingin
bahkan di antartika Amerika Utara, Canada, Alaska, bisa hidup didarah iklim
panas seperti Indonesia dapat pula didaerah tandus di California, Arizona,
Meksiko.
Kelinci juga adaptif terlihat dari fisiologi
meluruh bulu. Sesuai dengan pergantian musim, kelinci dapat meluruh bulu satu
sampai tiga kali tiap musim secara teratur. Proses meluruh ini berkaitan dengan
suhu dan intensitas cahaya. Telinga yang panjang dan kapilarisasi yang intensif
juga salah satu upaya penyesuaian suhu tubuh.
Karena kemampuannya adaptasi dan cepatnya
berkembang biak sekaligus kelinci dapat menjadi sumber daging/bulu tetapi
sekaligus dapat menjadi hama pertanian seperti di Australia dan New Zealand.
Cepatnya berkembang karena kelinci secara seksual cepat matang, pada umur 3
bulan sudah mulai berbiak, masa hamil 42 hari, paskapartus dan masa birahi
cepat, anak yang dilahirkan (jumlah litter) banyak.
Kelinci mungkin dahulunya berasal dari Eropa
Barat dan Afrika Utara. Di Indonesia ternyata banyak ras kelinci juga. Kelinci
makin popular sebagai hewan kesayangan mungkin karena relative “mudah”
perawatannya, tidak memerlukan makanan banyak dan murah, ruangan cukup kecil
mudah berteman dan dibelai oleh anak balita sekalipun, dapat dipelihara didalam
rumah (indoor) maupun diluar rumah (outdoor). Warna dan panjang bulunya
bermacam-macam dan indah, cara jalannya, warna mata dan telinganya khas.
Alangkah lucu dan indah-cantiknya mahluk ini.
Memang tujuan memelihara kelinci tidak
semata-mata untuk hewan ke-sayangan saja, karena ada bangsa kelinci besar yang
dipelihara untuk produksi dagingnya, karena merupakan sumber protein yang baik,
mudah dikembangkan sehingga murah harganya. Di Solo (Tawangmangu), Lembang, dsb
sangat terkenal dengan sate daging kelinci. Kulit dan bulunya dapat untuk kerajinan
sepatu, tas, dompet atau peci. Kelinci juga mempunyai cukup intelegensia, dapat
diajari kebersihan dengan buang air kecil/besar ditempatnya (dalam litter box).
KARAKTERISTIK
ANATOMI DAN BIOLOGI
Gigi kelinci adalah system akar terbuka (open rooted teeth), sehingga akan
tumbuh sepanjang hayatnya. Rumus giginya adalah 2/1, 0/0, 3/2, 3/3, berbeda
dengan bangsa hewan mengerat (rodentia)
lainnya. Kelinci mem-punyai 2 (dua) pasang gigi seri atas (upper incissors). Pasangan gigi seri atas yang kedua lebih kecil
dan terletak langsung dibelakang pasangan gigi seri atas yang pertama dengan
kurang pinggiran pengirisnya (cutting
edge).
Malaoklusi (malocclusion) dan pertumbuhan lebih (overgrowth) gigi-seri ini sering terjadi, biasanya tumbuh sampai
sepanjang 10-12 cm pertahun se panjang masa hidup (life span) kelinci tersebut.
TELINGA
KELINCI
Telinga kelinci mempunyai vaskularisasi
(jaring-jaring pembuluh darah) yang sangat intensif karena telinga harus
berfungsi pula membantu pengaturan suhu tubuh selain sebagai indera
pendengaran. Telinga kelinci merupakan organ yang sensitive dan rapuh (fragile), sehingga janganlah dipakai sebagai
bagian dari cara memegang dan menguasainya (physical
restraint).
SKELETAL
KELINCI
Demikian pula tulang kerangka (skeletal) kelinci adalah organ yang fragile, karena hanya merupakan 8% saja
dari berat badannya, bandingkan dengan skeletal
kucing, misalnya, merupakan bagian 13% dari berat badannya. Tulang-tulang
yang panjang, terutama tulang belakangnya (lumbal-spinal
vertebrae) di “balut” oleh otot (muscles)
yang kuat dan bermassa massif, menjadikan tulang belakang kelinci rawan
terhadap trauma fisik dan mudah menderita fraktura.
ALAT
PENCERNAKAN (APPARATUS DIGESTIVUS)
Alat pencernakan kelinci terdiri dari lambung
yang berkelenjar (glandular stomach) dan usus caecum yang relative besar. Lambungnya sederhana, berdinding tipis
dan dengan jelas ada separasi-separasi atau kitab-kitab kelenjar (separated glandular) dan ada bagian
yang tidak berkelenjar (non glandular areas). Ujung Ilium nya berkembang dan membentuk sacculus rotundus yang berdinding tipis.
Didalam sacculus rotundus ini
terdapat banyak sekali jaringan limfe yang mempunyai susunan menyerupai sarang
lebah (honey comb). Caecum nya besar dan memiliki kapasitas
10 kali lebih besar dibandingkan kapasitas lambungnya. Dindingnya tipis dan
memakan ruangan (voluminous) banyak
didalam rongga abdomen. Dalam caecum ini
lah terutama pencernakan selulosa (cellulose)
berlangsung. Sebenarnya kelinci adalah tergolong herbivore.
FESES
KELINCI
Kelinci akan menghasilkan 2 (dua) jenis feses,
yakni
- Feses
berbentuk pellets lembek dan
berlendir (mucous pellets) yang
disebut cecotrope. Cecotrope
ini dibentuk didalam caecum dan
didefikasikan pada pagi hari sekali bahkan dimalam hari (night feces), sehingga biasanya pemelihara/pemilik
kadang tidak mengetahuinya. Cecotrope
dihasilkan sekitar 4-8 jam setelah makan dan segera dikeluarkan lewat
anus
- Feses
yang berbentuk pellets kering (dry pellets). Feses kering ini
dihasilkan selama 4 jam pertama setelah diberi makan dan belum dicerna
secara sempurna.
ALAT
KELAMIN (APPARATUS UROGENITALIS)
Dari aspek anatomi, seperti halnya pada
kucing, kelinci jantan mempunyai alat kelamin menghadap kebelakang (caudal) dan tidak mempunyai tulang
penis (os penis). Scrotumnya
terletak disebelah depan (cranial)
dari penis nya. Saluran selangkangnya (inguinal
cannal) berhubungan dengan kantong selangkang (inguinal pouches) dan tetap terbuka selama hidupnya, sehingga
testikelnya dapat keluar masuk ke dan dari rongga abdomen.
Pada kelinci betina, tanduk rahimnya (cornua uteri) panjang dan terpisah dan
terbuka kedalam vagina melalui dua lobang (cervices).
Saluran kencing (urethra) membuka
juga kedalam vagina dan membentuk vestibula
uro-genital sinus. Umumnya lobang urogenital
pada kelinci betina hanya satu. Karakteristik apparatus genitalis inilah yang membedakan kelinci dengan bangsa rodentia lainnya, dimana lobang kencing
dan kelamin (vagina) terpisah.
JENIS
KELAMIN
Bagi yang belum berpengalaman, menentukan
jenis kelamin kelinci muda memang agak sulit. Dengan cara mencototkan (everting) jaringan perennial, jenis kelamin kelinci dapat diidentifikasi. Kelinci
jantan mempunyai selubung penis (tubular
penis) dengan lobang bukaan yang bulat. Yang betinanya mempunyai celah
sebagai lobang vulva. Penis (jantan) maupun vulva (betina) terletak didepan
bawah (cranioventral) dari anus.
Untuk menentukan jenis kelamin kelinci
dewasa, maka penis dapat di procotkan dari kulit kulupnya (prepuce), sedangkan testikelnya dapat di palpasi adanya.
PERILAKU
SEKSUAL
Kelinci adalah bangsa “induced ovulators”. Meskipun kelinci betina tidak mengenal masa
estrus (estrous periods), namun
betina kelinci mempunyai 7-10 hari masa kawin yang diikuti dengan 1-2 hari masa
inaktif (period of inactivity). Masa birahi atau suburnya (receptivity) biasanya ditandai dengan
pembengkakkan dan warna kemerahan pada vulva dan perilaku mem-persilahkan
jantannya melakukan gerakan-gerakan mengawini.
Kelinci betina dapat tetap “menerima
jantannya” meskipun sedang bunting dan atau sedang menyusui anak-anaknya.
Puncak libido seksualnya pada hari ke
26-39 setiap paska melahirkan.
Kelinci mempunyai masa berbiak (breeding life) rata-rata antara umur
4,5 bulan sampai usia 4 tahun dan dapat melahirkan anak antara 7-11 ekor setiap
kelahiran (litter), kemudian dengan
bertambahnya usia jumlah anaknya menurun. Penurunan angka jumlahnya litter ini mungkin sekali secara
fisiologik karena terjadinya fibrosis endometrial yang progresif (progressive endometrial fibrosis)
sehingga menyebabkan tidak dapatnya sel telur “tertanam” didalam uterus.
Data-data fisiologik kelinci disajikan dalam table sbb:
DATA
FISIOLOGI KELINCI
Berat
badan Jantan dewasa (buck) 2-5 kg
Berat
badan betina dewasa (doe) 2-6 kg
Berat
ketika lahir 30-80
gram
Suhu
badan (rectal) 38,5-40 C
Kesempatan
hidup (life span) 5-15 tahun
Porsi
makanan 5-100
gram/hari
Kebutuhan
minum 5-100
ml/hari
Gastro intestinal transit time 4-5
jam
Dewasa
kelamin (jantan) 6-10
bulan
Dewasa
kelamin (betina) 4-9
bulan
Masa
fertile (dapat bunting) 4,5
bulan – 4 tahun
Periode
menstruasi induced
ovulation
Masa
bunting 29-35
hari
Jumlah
anak per kelahiran (litter size) 4-10 ekor
Umur
sapih 4-6
minggu
Respirasi 30-60/menit
Volume tidal 4-6
ml/kg
Sistole/diastole 130-325
detakan/menit
KEBUTUHAN
NUTRISI
Makanan kelinci komersial (bikinan pabrik)
umumnya di peruntukkan kelinci penghasil daging dan kulit/bulunya. Untuk
kelinci sebagai hewan kesayangan (pet
rabbits), makanan komersial kurang cocok karena tidak selalu imbang
peruntukannya. Makanan komersial umumnya tinggi energinya dan kurang serat
kasarnya (fiber).
Ketidak mampuan kelinci memuntahkan makanan
(regurgitasi) dan sem-pitnya saluran pyloricnya
(pyloric lumen) merupakan keadaan
predisposisi terjadinya sumbatan khususnya oleh bulu-bulu yang ikut tertelan
yang di-kemudian hari membentuk bola rambut/bulu (hairball) didalam saluran pen cernakannya.
Seperti halnya pada kucing, bola rambut
sering terjadi. Pencegahannya antara lain dengan pemberian makanan tinggi serat
(high fiber diets), memberi lingkungan (habitat) sealami mungkin, jauhkan dari yang dapat membuat stress
dan kebosanan (stress and boredom). Kelinci
juga seperti halnya kucing gemar bersolek diri dengan menjilati dan menggigit tubuhnya
(berarti bulunya) sendiri dengan gigi dan lidahnya, sehingga bulu/rambut ikut
tertelan.
Nutrisi terbaik untuk kelinci sebagai hewan
kesayangan adalah yang mengandung tinggi kadar serat antara 18-24% dan
kandungan protein kasarnya (crude
protein) 14-17%. Makanan ini berupa pellets
dan dosis makannya adalah ¼ cangkir untuk setiap 2,3 kg berat badannya dan
dibagi kedalam 2X pemberian perharinya. Sedangkan sayuran (hijauan) misalnya:
kale mustard, wortel, brokoli, dll.
dapat diberikan sepuas-puasnya (ad libitum). Pada waktu kelinci betina bunting, nutrisinya
dapat ditambah pellets nya untuk
memenuhi tambahan kebutuhan energi dan protein.
Mikroflora dalam alat pencernakan (intestinal microflora) memegang peranan
penting dalam proses pencernakan, tetapi mikroflora ini sangat sensitive
terhadap kondisi pH didalam pencernakan (intestinal
osmolarity pH) dan beberapa factor lainnya lagi. Oleh karena itu pergantian
makanan, terutama untuk kelinci yang muda (usia 4-12 minggu) harus dilakukan
setapak demi setapak selama 4-5 hari. Selama masa itu sebaiknya pola makan lama
dan yang baru diproposionalkan pergantiannya dengan maksud tidak meng-ganggu
hidupnya mikroflora.
Kelinci yang barusan disapih sangat sensitive
terhadap makanan yang tinggi karbohidrat. Kejadian enterotoksimia berkaitan
dengan pemberian makanan tinggi karbohidrat ini. Dalam client education, perihal nutrisi sangat penting karena nutrisi
termasuk kedalam kedokteran preventif, misalnya banyak orang/clients mengira bahwa wortel dan lettuce itu baik bagi kelinci, padahal
pemberiannya ada batasnya.
PERKANDANGAN
Meskipun kelinci baik dikandangkan didalam
kandang yang berlantaikan kawat ayam (1 x 2,5 cm), seyogyanya disebelah sisi
diberikan lantai misalnya dari plexiglass
atau fiberglas. Banyak kandang
kelinci bikinan pabrik untuk pemeliharaan kelinci didalam rumah (indoor). Kandang kelinci harus
mempunyai ventilasi (pergantian udara) yang baik dan yang mudah di bersihkan.
Didalam lingkungan dengan kelembaban tinggi
dan suhu lebih dari 29,5 C menyebabkan kelinci menderita stress berat bahkan dapat menyebabkan kematian mendadak. Kelinci
yang dibiakkan dapat menjadi mandul apalagi untuk bangsa kelinci berbulu
tebal/lebat atau kelinci yang cukup tua usianya. Bagi yang sedang bunting atau
barusan dilahirkan kondisi seperti tsb menyebabkan mortalitas tinggi. Rumput
kering (grass gray) baik dipakai
sebagai penghangat (semacam kasur) dan empuk karena edible, meskipun banyak penyayang kelinci lebih suka menggunakan bahan
inedible yang dapat diserap seperti:
serpihan kayu atau bahan selulosa yang dijual (pelleted cellulose).
Karpet seyogyanya tidak dipakai untuk alas
kandang kelinci untuk tidur atau sarang karena karpet sulit dibersihkan dari
bulu-bulu kelinci yang rontoq, disamping itu kelinci suka mengkrikitinya.
Potongan cedar juga jangan dipakai
karena suka berdebu dan berpotensi sebagai “irritating
oils” yang mungkin mencemari atau melekat/lengket.
Untuk pemeliharaan kelinci diluar rumah (outdoor), harus dilengkapi dengan tempat
beristirahat dan berteduh (shelter and
shade). Seperti halnya dengan spesies lainnya system perkandangan dan
sanitasi merupakan syarat ma-nagemen umum.
Kelinci kesayangan yang dipelihara didalam
rumah (indoor rabbits), bila se-dang
tidak diajak bermain atau bercengkerema harus dimasukkan kedalam kandangnya,
karena naluri kelinci adalah binatang mengkrikiti (rodent), jadi mungkin saja karpet, furniture, kabel, dll akan
dikrikiti, dirusak, bahkan termakan yang dapat membahayakan alat pencernakannya,
misalnya : keracunan, sumbatan didalam usus, dll.
Kelinci juga sensitive terhadap perubahan
suhu lingkungan, misalnya dari dalam rumah kemudian dikeluarkan dari
kandangnya, dari indoor ke outdoor, perubahan
lingkungan (draft) yang berlebihan (excessive draft), dll
Harus berhati-hati juga dijaga terhadap
predator yang ada disekelilingnya (anjing, kucing, serangga, tawon, anak nakal,
dll.
TEKNIK
MEMERIKSA KELINCI
Cara
menguasai (restraint methods)
Kelinci yang sedang meronta-ronta sangat
rawan terhadap terjadinya luxatio atau
fraktura terutama pada tulang lumbarnya (os
lumbar vertebralis), karena itu
menguasai kelinci secara fisik perlu mendapat perhatian.
Kelinci dapat digendong sambil dibelai pada
bagian bahunya dengan sebelah tangan seraya menempatkan kepalanya dibawah lengan
dan menempatkan tangan lainnya dibawah rump
untuk menunjang berat badannya (lihat lampiran, figure-1).
Cara lainnya adalah dengan menjumput
seperempat bagian tubuh belakang nya untuk mencegah kelinci untuk tidak
menendang.
Menguasai kelinci secara fisik dapat pula
dilakukan dengan mendekatinya dari belakang dan menempatkan kedua tangan kita
dibawah ketiaknya melebar kekaki depannya dan sisipkan dengan rata tangan yang
lainnya kebawah bagian abdomen melebar kearah kaki belakangnya. Dengan cara
demikian tulang belakang kelinci akan terjaga dengan memegang bagian abdomen.
Setelah terkuasai dengan baik dan aman, Dokter Hewan dapat memeriksa kelinci
dengan seksama dan melakukan pengobatan.
Membungkus kelinci dengan handoek atau menempatkan kelinci kedalam
kantong (yang dibuat dari kain yang tebal tetapi empuk) dapat pula di lakukan.
Pemeriksaan
umum
Dokter Hewan harus melakukan client education, bahwa kelinci sebagai pet animal perlu pemeriksaan umum sekali
setahun. Pemeriksaan umum meliputi pemeriksaan terhadap parasit (ekto dan endo)
dan analisa darah. Untuk kelinci yang lebih tua apalagi dalam kecurigaan
mengidap sesuatu penyakit diperlukan pemeriksaan kimia-serum (serum chemistry evaluation). Hal ini disebabkan karena kelinci pandai
menyembunyikan penyakitnya, sehingga sulit diketahui oleh pemilik bahkan oleh pemelihara
sehari-harinya sekalipun. Baru setelah perilaku kelinci dapat diamati agak lama
dan berubah, barulah sadar bahwa kelincinya sakit sudah agak lanjut. Jarang
sekali kelinci dibawa ke Dokter Hewan karena menderita penyakit yang akut.
Pada dasarnya pelaksanaan pemeriksaan umum
sama dengan pada spesies hewan lainnya. Pemeriksaan harus dilaksanakan secara
sistematis. Lakukan mulai dari memeriksa telinga karena kemungkinan adanya otitis, mites, dll.
Rongga mulut perlu diteliti dengan cermat
kemungkinan adanya mal occlusion.
Kemudian periksa bagian abdomen dengan palpasi, mungkin dapat diraba sesuatu yang
keras (misalnya: batu kandung kencing, bola rambut, dsb).
Lakukan penimbangan berat badan, banyak sekali
kelinci kesayangan yang menderita obesitas. Vaksinasi pada kelinci sepanjang
saat ini belum dilakukan.
Untuk memeriksa
rongga mulut diperlukan otoscope yang
bidang lihatnya luas. Vaginoscope
yang berlampu (vaginal speculum)
untuk anjing dapat dipergunakan untuk membuka mulut dan mempertahankan agar
pipi dan rahangnya tetap terbuka yang memberi fasilitas kepada Dokter Hewan
untuk memeriksa. Untuk memeriksa pasien kelinci ada kalanya obat sedative diperlukan.
HARGA NORMAL CBC DAN
PROFIL KIMIA SERUM KELINCI
Parameter Nilai
normal
CBC
Hb (g/dl) 8-17,5
PCV (%) 30-50
RBC (x 106/ul ) 4-8
Platelets (x 103/ul) 290-650
WBC (x 103/ul) 5-12
Neutrophils (%) 35-55
Lymph (%) 25-50
Mono (%) 2-10
Eos (%) 0-5
Baso (%) 2-7
PROFIL KIMIA SERUM
ALP (IU/L) 4-16
ALT (IU/L) 14-80
AST (IU/L) 14-113
Bicarbonate (mEq/L) 16,2-31,8
Total bilirubin (mg/dl) 0-0,75
Calcium (mg/dl) 8-14
Chloride (mEq/L) 92-112
Cholesterol (mg/dl) 35-60
Creatinine (mg/dl) 0,8-2,5
Glucose (mg/dl) 75-150
LDH (IU/L) 34-129
Total lipids (mg/dl) 280-350
Phosphorous (mg/dl) 2,3-6,9
Potassium (mEq/L) 3-7-6,8
Total protein (g/dl) 5,4-7,5
Albumin (g/dl) 2,5-4,5
Globulin (g/dl) 1,9-3,5
Sodium (mEq/L) 138-155
Triglycerides (mg/dl) 124-156
Urea nitrogen (mg/dl) 15-30
Injection &
Venipuncture
Cara2 suntikan
Sebagaimana pada
spesies lain, maka memberikan suntikan untuk kelinci dapat dilakukan per
intramuskuler, intravenous, intraperitonium atau intraoseus (melalui
tulang).
Untuk suntikan
intramuskuler, tempat suntikan paling aman adalah pada m. quadriceps atau kelompok otot kaki belakang dengan spuit uk 23-25 ga.
Untuk suntikan
intravenous melalui v. saphena lateralis
atau v.cephalica (lihat lampiran,
figure 2). Untuk melakukan suntikan intravenous disini memang agak sulit
apalagi kalau kelinci sedang shock
atau meronta. Banyak Dokter Hewan praktisi menggunakan v. auriculo marginalis (lihat lampiran, figure-3).
Suntikan intravenous
seyogyanya dilakukan bila dalam keadaan darurat saja, karena berpotensi
terjadinya iritasi perivaskuler yang dapat menye babkan batas pinggir pinna nekrosis
dan mengelotok/mengelupas (to slough).
Sedangkan suntikan melalui
tulang (peroseous) dapat dilakukan
melalui fossa trochanterica dari os femur dengan menggunakan jarum spinal
(spinal needle).
Pengambilan sample
darah
Untuk memperoleh
sample darah untuk analisa darah, maka sample darah dapat diperoleh dari art. Auriculo centralis dengan memencet
arteria dengan jari-jari agar terjadi vasodilatasi v. saphena lateralis, v. jugularis atau v. cephalica. (lihat lampiran,
figure-5).
Gunakan spuit ukuran
23-25 ga, kalau vena-vena dimaksud terlalu kecil, maka gunakan spuit uk . 27
ga.
Untuk memperoleh
sample darah sedikit saja dapat diperoleh dari v. auriculo marginalis. Untuk memperoleh sample darah setetes saja
dapat diperoleh dengan tusukan (clipped)
pada kuku jari.
Untuk melakukan phlebotomy paling baik dengan menguasai kelinci
kedalam kantong kain (seperti telah disinggung terhahulu) atau kelinci
dibungkus kain handoek tebal termasuk
menutup matanya.
Obat-obatan dalam
kedokteran Kelinci
Didalam daftar
disajikan obat-obatan yang dipakai dalam kedokteran kelinci meliputi untuk
anesthesia, anti-infeksi,dll.
Pilihan antibiotika
untuk kelinci hanya terbatas karena banyak antibiotika yang juga akan mematikan
mikroflora yang dibutuhkan, difihak lain menyebabkan mikro-organisme pathogen malah
menginvasi kedalam tubuh menyebabkan kelainan fungsi alat pencernakan. Pada daftar
juga disajikan obat-obatan yang dapat meracuni kelinci.
OBAT ANTI-INFEKSI UNTUK KELINCI
Nama obat Dosis,
aplikasi dan frekwensi
Amikacin sulfate 10 mg/kg sc atau
im setiap 8-12 jam
Amprolium 9.6%
solution 1 ml/7 kg
peroral 1Xsehari selama 5 hari
Carbaryl 5% powder Taburkan 2x seminggu
Chloramphenicol
palmitate 30-50 mg/kg
peroral setiap 12 jam selama 5-7 hari
Chloramphenicol
sodium succinate 30 mg/kg im atau iv
tiap 8 jam selama 5-7 hari
Doxycycline 2,5 mg/kg
peroral setiap 12 jam
Enrofloxacin 5-10 mg/kg
peroral, im atau sc tiap 12 jam
Fenbendazole 10-20 mg/kg
peroral diulang setelah 2 minggu
Gentamicin
sulfate 2,5
mg/kg sc/im tiap 8 jam selama 5 hari
Griseofulvin 12,5-25
mg/kg peroral tiap 12 jam selama 30 hari
Ivermectin
1% solution 0,2-0,4
mg/kg sc diulang setelah 10-14 hari
Lime
sulfur Celup
tiap minggu sampai 4-6 X (hati-hati)
Metronidazole 20 mg/kg
peroral tiap 12 jam
Neomycin 30 mg/kg
peroral tiap 12 jam selama 5 hari
Oxytetracycline 15 mg/kg im tiap
8 jam selama 7 hari
Penicillin,
benzathene 42000-60000
IU/kg im tiap 48 jam selama 3-4 X
Piperazine
salt 200
mg/kg peroral diulang setelah 2-3 minggu
Praziquantel 5-10 mg/kg
peroral, sc, im diulang setelah 10 hari
Tidak ada komentar:
Posting Komentar